Berapa umur kalian?
Kok bisa nemu cerita ini, hm?Rayan menunduk sedih di taman belakang sekolahnya. Dirinya sengaja pergi sendirian untuk menenangkan kondisi hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Mengenai ucapan mama nya kepada Acha, Rayan sungguh tidak enak hati. Tapi dirinya tidak menyalahkan mamanya, apapun yang mama nya lakukan pasti untuk kebaikan nya juga.
Tenggelam dengan pikirannya sendiri Rayan tidak sadar jika sudah ada Taehyung disampingnya. Ia baru sadar ketika taehyung tiba-tiba bertanya padanya"Ayo, Pulang."
Rayan yang tersadar langsung bergeser menjauhi taehyung. Taehyung menghela nafas berat.
"Apa yang harus papa lakuin agar rayan bisa menerima papa?"
Rayan mendengar itu justru geli dan enggan menjawab, namun taehyung tidak mundur begitu saja ia tetap mengajak rayan mengobrol.
"Papa tahu kesalahan papa. Papa brengsek, sudah bikin kamu dan mama mu menderita. Tapi apa salah kalau papa berusaha bertanggung jawab dan memperbaiki semuanya?" Tanya taehyung, berharap agar rayan menjawab ucapannya.
Tanpa melirik kearah taehyung, rayan pun menjawab. "Gak perlu, Om. Cukup pergi dari hidup Ray dan Mama aja."
Taehyung tertegun dengan ucapan putranya. Haruskah dirinya pergi?
"Kamu mau papa pergi dari hidup kalian?" Tanya taehyung kembali dan langsung di angguki oleh Rayan.
"Apa itu membuat kamu bahagia? Apa dengan itu kamu memaafkan, papa?" Tanya taehyung sekali lagi mencoba memastikan.
"Ya." Singkatnya dengan nada dingin.
Taehyung mengangguk pelan. Bibirnya sedikit tertarik ke atas untuk tersenyum tipis. Ya setidaknya senyuman itu untuk menutupi hatinya yang terluka.
"Oke, kalau itu mau Rayan. Asal Rayan dan mama bahagia, pasti akan papa lakukan."
Rayan terenyuh dengan ucapan taehyung. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Sebenarnya rayan berharap taehyung menolaknya dan tetap keras kepala untuk mendekatinya. Namun apa yang rayan inginkan kali ini tidak sesuai ekspektasi. Taehyung justru mengiyakan keinginannya. Itu artinya...Rayan akan kehilangan papa nya lagi?
"Kamu nangis ya, Myah?" Tanya Jimin yang baru saja tersadar jika mata myah bengkak seperti mata kodok.
Myah menggeleng pelan dan tetap sibuk memainkan game di Ponselnya.
"Matanya bengkak gitu. Kamu nangis kenapa?" Tanya Jimin sekali lagi. Walau terlihat becanda tetapi Jimin serius khawatir dengan Myah.
"I don't cry. Poppy is too worried about me."
Jimin nenyebikkan bibirnya mendengar putri tengil nya berbicara bahasa asing.
"Gaya nya pake bahas belanda." Ledek Jimin sedikit tertawa.
"Kok bahasa belanda? Bahasa inggris poppy!"
"Ya, Papi cuma nge-Tes konsentrasi kamu aja kok."
Bibir myah merengut, hari ini mood nya berantakan. Malas melihat poppy dan mommy nya yang tidak jelas. Kedua orangtuanya selalu saja mengganggu myah. Hingga terkadang myah heran, apakah myah anak mereka? Mereka orang tua atau kakak myah? Pasalnya mereka sering sekali jahil dengan Myah sampai Myah frustasi rasanya.
"Ya ampun...udah gede kamu ya. Gak nyangka, padahal dulu kecil banget kayak anak tikus. Sekarang udah sebesar ini..." Jimin menatap putrinya bangga. Tentu lah, membuat Myah tidak gampang brader...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Son! ✔️
Teen FictionJisoo merasa dirinya hancur ketika dokter mengatakan ia sedang mengandung. Jisoo tentu saja bingung karena dirinya tidak pernah melakukan hubungan suami istri dengan pria manapun. Bagaimana bisa dirinya hamil? Siapa yang menghamilinya, tetapi jiso...