Sudah pukul 1 malam tapi jisoo masih terjaga. Matanya sudah terpejam namun ia tidak bisa tidur. Hatinya tidak tenang, gelisah seperti ada sesuatu yang terjadi. Jisoo membuka matanya lalu menatap sekeliling kamarnya yang gelap karena lampu sudah di matikan olehnya sejak pukul 10 malam. Ia sudah berusaha tidur namun tetap tidak bisa, padahal siang tadi dirinya begitu lelah karena sibuk menata ulang perabotan rumah nya agar terlihat lebih indah.
Jisoo akhirnya beranjak bangun dari tempat tidurnya, untuk menghidupkan lampu. Setelah itu Jisoo mengambil ponselnya dan mengecek notifikasi line nya. Siapa tahu saja ada pesan dari taehyung, namun ternyata tidak ada sama sekali. Jisoo kembali murung dan melempar ponsel itu asal.
"Sialan! Kim Taehyung sialan!" Umpat Jisoo lantaran kesal sendiri dengan dirinya yang belum bisa melupakan Taehyung. Padahal ia sangat menginginkan Taehyung pergi sejak dulu, tapi ketika Taehyung benar-benar pergi Jisoo jadi kebingungan sendiri. Itu lah yang Jisoo takutkan sejak dulu, Benci akan menjadi cinta. Itulah yang ia alami dengan Jungkook dahulu.
Ia membenci Jungkook karena selalu mengintilinya kemana-mana dan Setelah itu ia Jatuh cinta dengan Pria itu. Sekarang? Ia justru mencintai Taehyung setelah membencinya.Jisoo merasa dipermainkan oleh hatinya sendiri. Jisoo meremat selimut tebal nya lalu menariknya hingga jatuh kelantai. Itu adalah bentuk pelampiasan Jisoo karena merasa kesal tidak mendapat kabar dari Taehyung sama sekali.
"Huh, bisa gila lama-lama aku!"
Jisoo akhirnya memilih keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air dingin, namun saat ia melewati kamar Rayan ia mendengar suara Rayan yang sedikit ketakutan. Jisoo dengan cepat masuk kedalam kamar Rayan untuk memastikan apakah putranya baik-baik saja.
"Ray?"
Mata Jisoo terbelalak kala melihat putranya yang sedang mengigau dengan wajah gelisah.
"Rayan kamu kenapa, Nak?" Jisoo mendekat dan segera mengusap keringat yang membasahi kening rayan.
"Papa, jangan pergi..."
"Papa, jangan tinggalin Rayan."
"Papa, Rayan minta maaf..."
Jisoo terkejut, ia tidak menyangka jika Rayan sedang memimpikan papanya.
"Ray, bangun..." Jisoo menepuk pelan kedua pipi Rayan, hingga pada akhirnya sang empu bangun dari mimpi buruk nya.
"Hah!" Rayan yang tersadar langsung berusaha duduk dan menstabilkan nafasnya yang tak beraturan..
Jisoo menghela nafas lega. "Rayan, kamu baik-baik aja?"
Rayan mengangguk. "Rayan mimpi buruk, Ma." Rayan merengek layaknya anak kecil. "Rayan mimpi Papa meninggal, kayak nyata banget..." Ucapnya lalu memeluk Jisoo erat.
Dada jisoo rasanya sesak mendengar ucapan Rayan. Jisoo dapat memahami betapa takutnya Rayan terhadap mimpi buruk itu.
"Itu cuma bunga tidur..."
"Tapi kayak nyata, Ma. Rayan mimpi kalau papa meninggal di rumah sakit Berlin, ada paman Hoshi di-"
"Rayan kenal Hoshi?" Tanya Jisoo, ia tak menyangka jika putranya kenal dengan tangan kanan taehyung.
Dan Rayan langsung menutup mulut rapat-rapat karena tidak sengaja mengatakan hal yang membuat mama nya curiga.
"Jawab, Ray."
Rayan menatap mama nya sesekali, jujur ia akan sulit berbohong di depan mama nya terlebih mama nya memberikan tatapan setajam silet.
"Jawab, Ray. Gimana caranya Rayan kenal sama hoshi, sedangkan hoshi itu tangan kanan Taehyung. Atau kamu menyembunyikan sesuatu sama mama?" Tanya Jisoo sedikit memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Son! ✔️
Teen FictionJisoo merasa dirinya hancur ketika dokter mengatakan ia sedang mengandung. Jisoo tentu saja bingung karena dirinya tidak pernah melakukan hubungan suami istri dengan pria manapun. Bagaimana bisa dirinya hamil? Siapa yang menghamilinya, tetapi jiso...