TWENTY ONE

2.3K 369 313
                                    

Kedua tangan jieun bergetar. Tak henti-hentinya ia berdoa agar dokter bisa menyelamatkan mereka. Kini jieun sedang duduk diruang tunggu bersama Rayan yang ada disampingnya. Rayan juga menangis saat mengetahui di mobil itu ada mama dan adik nya.

Yang paling membuat jieun sedih adalah mobil kakaknya rusak parah hingga pintu mobil depan belakang copot. Apalagi bagian kiri mobil, tempat jisoo duduk dengan Nathan.

Jieun menangis histeris ketika melihat tubuh jisoo dan jungkook yang sama-sama memeluk nathan, seolah memberikan anak itu perlindungan agar tidak terluka. Jieun merasa sangat bersalah atas sikap egoisnya yang membuat kakaknya celaka. Jieun berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun ia tetap membenci Rayan karena jieun menganggap anak itu sumber masalah. Gara-gara rayan lah keluarga nya jadi berantakan..

Jieun tersentak ketika dokter yang baru saja keluar dari kamar rawat nathan memanggil nya. Dengan segera jieun berjalan menghampiri dokter itu.

"Iya, dok. Keponakan saya gimana?"

"Keponakan anda mengalami patah tulang di bagian kaki kanan dan tangan kanan. Ada pendarahan juga didalam kepalanya akibat benturan yang cukup keras."

"Terus nathan gimana, dok? Gak papa kan?"

Dokter itu menatap jieun dengan raut sedih. "Kritis."Satu kata itu membuat tubuh jieun mendadak lemas tak berdaya lagi. Keponakan nya mengalami luka yang parah, padahal posisinya nathan sudah dilindungi kedua orangtuanya. Lalu bagaimana kondisi jungkook dan jisoo?

"Dok, tolong selamatkan keponakan saya. Saya mohon..."

"Iya, anda tenang saja. Kami akan berusaha sebaik mungkin agar kondisi keponakan anda membaik."

Rayan tak bisa melepaskan pandangan dari tempat Nathan dirawat saat ini. Ia sempat mengintip nathan yang sedang tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan berbagai alat yang melingkar di tubuhnya.

"Nathan. Kamu kuat, kakak tunggu disini sampai nathan sembuh."

"Keluarga pasien!" Teriak suster dari ruangan sebelah yang memeriksa jungkook dan jisoo. Jieun lari dan menghampiri dokter yang baru saja keluar, begitupun rayan yang juga antusias.

"Dok, gimana keadaan kakak saya?"

"Mohon maaf, kedua pasien tidak bisa diselamatkan. Keduanya meninggal di pukul yang sama. Jam 4 lewat—"

"Gak mungkin, dok!" Teriak jieun histeris. Ia memukul dokter beberapa kali hingga para suster berusaha melindungi sang dokter.

"Kakak saya gak mungkin meninggal, dok! Kakak saya kuat, gak mungkin dia meninggal secepat ini!" Jieun kembali berteriak histeris.

"Kami paham dengan perasaan keluarga korban saat ini. Namun hasil pemeriksaan menyatakan tuan jungkook dan nyonya jisoo telah meninggal—"

"Enggak!" Potong rayan cepat. Rayan berdiri disamping dokter dengan tatapan tak percaya. "Dokter bohong kan?" Tanya rayan dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi.

"Tidak ada dokter yang ingin pasien nya tidak selamat. Kami tidak berbohong, kedua pasien telah meninggal dunia di pukul yang sama. Nyonya jisoo meninggal pada pukul 16:52 dan tuan jungkook 16:56. "

Rayan menangis begitu kencang mendengar pernyataan dari sang dokter. Dirinya berlari masuk kedalam ruangan, tidak mempedulikan teriakan beberapa suster yang tidak mengizinkan nya.

"PAPA, MAMA!" Teriak Rayan lalu mendekati tubuh papanya yang sudah ditutupi oleh kain putih.

"PAPA, ini rayan pah. Rayan disini...rayan gak akan pergi, pah." Rayan mengguncangkan tubuh jungkook, berharap papanya bangun.

Hi Son! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang