"Jisoo, kamu lagi apa?" Tanya jungkook melalui telfon.
"Sedang pusing. Bagaimana caranya agar pusing ku hilang?" Tanya jisoo meminta saran.
"Mengakhiri hidup, hehe."
"Hah?"
"Berdiri di tengah-tengah rel kereta api, dan biarkan tubuh mu dilindas. Ku jamin rasa sakitnya tidak berlangsung lama."
"Hm, baiklah,"ujar jisoo yang langsung mematikan panggilannya.
***
"Jisoo berdiri ditengah-tengah rel kereta api. Di depan sana ada kereta yang melaju begitu cepat. Jisoo berani melakukan ini karena saran bodoh dari Jungkook. Mungkin ini cara yang tepat untuk mengakhiri penderitaannya. namun ketika kereta api itu semakin mendekat kearah Jisoo, Jisoo begitu ketakutan hingga akhirnya ia melompat menjauhi rel kereta itu.
"Hihi takut banget..." Ujar Jisoo mengusap kedua lengannya yang merinding.
Jisoo merasa putus asa karena dari kemarin selalu gagal melakukan tindakan bunuh diri. Setiap malam Jisoo merasa sedih dan menangis memikirkan masa depannya nanti. Perutnya semakin lama semakin membesar bahkan kandungannya akan memasuki bulan ke tiga.
Tidak ada yang bisa diharapkan lagi dan siapakah laki-laki yang nantinya mau menjadi suaminya. Apakah orang itu bisa menerima kekurangan Jisoo? Yang memiliki anak diluar pernikahan, apalagi jisoo juga tidak tahu siapa yang menghamilinya.
Jisoo berjalan gontai menyusuri jalan lintas. Dirinya sudah kehilangan semangat setelah mengetahui ada nyawa lain di dalam tubuhnya. tiba-tiba saja Jisoo memiliki ide jahat lagi untuk melakukan bunuh diri. Yaitu lompat dari jembatan yang di bawah jembatan itu ada sungai yang sangat deras. Tanpa pikir panjang Jisoo langsung berjalan mencari jembatan yang ia maksud.
"Daripada di lindes kereta api, mending jatuh aja dari jembatan yang bawahnya ada sungai. pasti rasanya nggak begitu sakit." Pikir Jisoo dangkal.
Jisoo kini sudah berdiri di jembatan menghadap aliran sungai yang deras di bawah sana. ada rasa ngeri juga saat melihat aliran sungai yang begitu deras sekali apalagi batu-batu besar yang jumlahnya tidak sedikit. Jisoo takut kepalanya terhantam batu dan berdarah.
Sial! Mengapa Jisoo setakut ini? Padahal awalnya ia sangat yakin sekali bisa melakukannya.
"Loncat! Loncat!" Ucap seseorang di belakang jisoo sambil bertepuk tangan.
"Astaga, jungkook!" Jisoo berteriak kesal saat tahu orang itu adalah jungkook. Bagaimana bisa Jungkook ada disini, apakah dia mengikuti jisoo?
"Ayo loncat. Aku akan memvideo nya," ujar jungkook sembari mengarahkan kamera hp kepada jisoo.
Jisoo begitu kesal karena jungkook selalu saja ada disaat yang tidak tepat. Dari kemarin hingga sekarang Jungkook benar-benar meresahkan. Jisoo yang tidak mau di video lantas segera turun dan berlari mengejar jungkook yang terus-terusan memvideo dirinya.
"Jungkook! Bener-bener gak ada akhlak ya!" Marah jisoo, melempari jungkook dengan batu. "Kamu pasti ngikutin aku ya?!" Tebak jisoo yakin.
Jungkook tersenyum tipis lalu menatap jisoo dengan tajam. "Aku ngikutin kamu dari klinik kemarin."
Tubuh jisoo langsung kaku dan matanya menatap jungkook takut. Jadi, apa jungkook tahu jika jisoo...?
"Kamu hamil?"
Jisoo kembali tak berkutik saat Jungkook menanyakan hal itu. Jisoo mundur beberapa langkah, kakinya lemas, keringat dingin nya tiba-tiba menetes dari dahi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Son! ✔️
Ficção AdolescenteJisoo merasa dirinya hancur ketika dokter mengatakan ia sedang mengandung. Jisoo tentu saja bingung karena dirinya tidak pernah melakukan hubungan suami istri dengan pria manapun. Bagaimana bisa dirinya hamil? Siapa yang menghamilinya, tetapi jiso...