Untuk pertama kali Juan memutuskan tidak lembur hari ini. Ia akan pulang sore dari kantor. Pria itu benar-benar memikirkan ucapan Putri. Juan tidak yakin ia bisa membuka hati, tapi setidaknya Juan harus mengubah sifatnya pada Naina, agar tidak merasa bersalah lagi dengan perempuan itu.
Sampai di rumah Juan tidak melihat kehadiran Naina. Padahal biasanya perempuan itu duduk di ruang tengah menonton tv atau berada di dapur bereksperimen dengan masakan. Juan tahu kebiasaan Naina karena ia sering memantau cctv di rumah.
Juan memilih tidak terlalu memikirkannya. Mungkin saja Naina mandi atau tidur di kamarnya. Juan langsung masuk ke kamar miliknya untuk mandi dan ganti baju. Juan dan Naina sama sekali belum pernah tidur satu kamar selama pernikahan mereka. Tentu saja itu semua kemauan Juan.
Begitu keluar dari kamar ia menjumpai Naina yang sedang mengupas buah apel di meja makan. Perempuan itu menatap Juan seperti menatap hantu saking terkejutnya.
"K-kok udah pulang?" tanya Naina ketika ia sudah mengondisikan ekspresinya.
Juan berdehem kecil. "Nggak ada kerjaan di kantor," jawab Juan. Ia langsung mengambil gelas dan menuangkan air untuk ia minum.
Naina memilih tidak menanggapi lagi. Ia mengupas buah yang mau ia makan dengan cepat. Perasaan Naina saat ini sangat sulit dijelaskan. Kalau saja Naina tidak mendengar percakapan Juan tadi siang. Mungkin perempuan itu sudah kegirangan karena Juan pulang cepat.
"Aw!" pekik Naina ketika tangannya terkena pisau buah itu.
Juan terkejut, ia langsung menatap istrinya yang sedang memegang telunjuknya yang berdarah. Juan yang jadi panik langsung memegang tangan Naina dan membawanya ke wastafel untuk dicuci.
Jujur Naina terkejut setengah mati. Baru kali ini Juan deka sekali dengannya seperti sekarang. Dari dulu pria itu selalu menjaga jarak.
"Tunggu di sini, biar saya ambilin plester dulu," ucap Juan kemudian pergi meninggalkan Naina.
Naina menatap punggung Juan dengan pandangan tidak percaya dan bingung. Aneh sekali, pikirnya. Tadi siang ia dengan jelas mendengar kalau Juan ingin menikah lagi. Tapi apa-apaan sifatnya ini?
Jangan-jangan Juan bersikap baik pada Naina agar Naina mengizinkan Juan menikah?
Naina langsung tersenyum miris begitu menyadarinya. Ternyata Juan benar-benar ingin pernikahan mereka selesai dan menikah lagi. Bisa-bisanya Naina sempat berpikir kalau Juan mulai luluh padanya.
Juan kembali dengan kotak P3K di tangannya. Ia meletakkan kotak itu di meja makan dan mengeluarkan plaster dan menghampiri Naina yang masih berdiri dekat wastafel.
"Ini plasternya," ujar Juan sambil menyerahkan plaster pada Naina.
"Nggak usah repot-repot, Mas. Nanti juga lukanya kering sendiri kalau dikasih kopi," balas Naina dengan pembawaannya yang lembut.
"Jangan! Yang kayak gitu nggak steril. Sini tangan kamu!"
Naina mau tidak mau menurut ketika tangannya diambil paksa oleh Juan. Setelah memakaikan plaster itu Juan langsung menjauh dari Naina.
"Lain kali kalau mau kupas buah, hati-hati!" Setelah berkata seperti itu Juan pergi dari sana meninggalkan Naina yang masih kebingungan.
***
Malam ini Naina menyiapkan makan malam untuk dirinya seorang. Juan belum keluar dari kamar sejak tadi sore. Naina sebenarnya ingin memanggil Juan untuk makan bersama, tapi ia jadi ragu. Kalau saja ia tidak mendengar percakapan itu tadi siang, Naina pasti dengan senang hati memanggil Juan untuk makan malam bersama. Karena mereka jarang makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Story
FanfictionKumpulan Short Story Eunkook. Ada part bahasa non baku! Update sesuka hati author!