- Jungkook Givanno - (pt. 2)

3.3K 286 16
                                    

Jungkook terus berdiam diri seraya mengisap cerutunya di gudang sekolah. Meski hari telah sore laki-laki itu masih betah berada di dalam gudang. Di depannya terbaring sosok gadis yang sejak siang tadi masih belum sadar.

Jungkook mematikan rokoknya yang sudah pendek itu dan membuangnya ke sembarang arah, ia kemudian mengambil ponsel dari saku kemejanya untuk melihat jam. Sudah jam 6 sore, tandanya sekolah pasti sudah sepi karena bel pulang sudah berbunyi dari tiga jam yang lalu. Jungkook menghela nafas kasar menatap tubuh kaku Eunha yang masih terbaring. Pakaiannya sudah tidak berantakan lagi, Jungkook sudah merapikannya. Ia juga memasang peniti di kancing atas baju Eunha agar dada gadis itu tidak terekspos.

"Dia nggak mungkin mati gara-gara gue cium tadi, kan?" gumam Jungkook seraya menatap wajah imut Eunha yang masih berbaring.

Jungkook memperhatikan lekat-lekat wajah gadis itu, "Cantik sih..." gumamnya. Tatapannya kemudian beralih pada badan hingga kaki Eunha, "Coba aja lo nggak macem-macem sama gue. Hidup lo bakal aman."

Jungkook menghentikan monolognya saat melihat otot wajah Eunha mulai bergerak. Laki-laki itu langsung panik dan secepat mungkin berdiri dan bersembunyi di balik matras yang tersusun rapi namun berdebu itu.

Benar saja dugaan Jungkook, Eunha sadar dari pingsannya. Laki-laki itu mengintip Eunha yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Eunha menatap lurus pemandang loteng yang penuh jaring laba-laba diatasnya. Matanya mengerjab berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Eunha langsung merinding ketika ia mengingat kejadian sebelum ia jatuh pingsan di gudang ini. Bayangan Jungkook yang melecehkan tubuhnya membuat tubuhnya bergetar hebat. Eunha bahkan masih merasakan gejolak pada alat vital serta tubuhnya yang sempat dijelajahi tangan Jungkook.

Perlahan gadis itu bangun dari posisinya yang berbaring. Eunha beralih menatap tubuhnya, ada sebesit rasa lega melihat seragamnya masih lengkap dan tidak ada nyeri pada selangkangannya.

Gadis itu menatap peniti berwarna silver yang terpasang di kancing atas bajunya. Ia merasa sedikit heran, siapa yang memasang peniti itu di bajunya?

Satu-satunya orang yang terbesit di kepalanya hanyalah Jungkook. Jika memang cowok itu yang memasangnya, apa alasannya? Bukankah dia yang sudah menarik baju Eunha hingga robek seperti itu, dan untuk apa memasangkan peniti seperti ini?

Eunha memilih tidak peduli, entah itu Jungkook atau siapapun, intinya ia tidak akan memaafkan perbuatan Jungkook Givanno, laki-laki kurang ajar yang sudah melecehkan dirinya. Mengingat hal itu, Eunha kembali menangis. Ya, siapa yang tidak menangis setelah di lecehkan seperti itu.

Jungkook hanya bisa menatap lurus kedepan sambil bersandar pada tumpukan matras, mendengar tangisan Eunha yang sebenarnya membuat dirinya merasa tidak nyaman.

Eunha bangkit dari posisinya yang duduk. Perempuan ini menatap keadaan gudang ini, sedikit menyeramkan karena keadaan yang semakin gelap. Gudang ini juga tidak memiliki pencahayaan sedikitpun, membuat bulu kuduk Eunha berdiri. Setelah menghapus air matanya Eunha langsung bergegas pergi dari tempat itu. Gadis itu mempercepat langkahnya meninggalkan area gudang yang menyeramkan ini.

Jungkook keluar dari persembunyiannya saat Eunha sudah keluar dari gudang. Laki-laki itu kemudian mengambil tasnya dan berjalan keluar dari gudang dengan langkahnya yang santai.

-oOoOo-

"Eunha belum pulang, Bu?"

"Belum nih, Ibu juga nggak tau. Tumben dia belum pulang, mana udah malem gini..."

"Kali aja dia kerja kelompok bareng temennya, Bu."

"Iya kali, ya... Salah Ibu juga nggak beliin Eunha hape. Jadi susah kalau mau ngabarin."

Their StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang