"Kenapa kamu lakuin ini sama aku, Jungkook?!" kata Eunha geram, ia meremas ponsel pemberian ibunya itu. Eunha mulai berpikir kalau semua bullyan yang ia terima ialah suruhan Jungkook. Eunha yakin Jungkook sengaja menghilang dan menyuruh orang-orang untuk menindasnya di sekolah.
"Lakuin apa?"
"Kamu jangan pura-pura nggak tau! Apa salah aku sama kamu, Jungkook? Apa?!" Mata Eunha sudah mulai berair. Ia merasa sangat kesal dan sakit hati di perlakukan seperti pecundang dengan orang-orang seisi sekolah, padahal ia sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun.
"Lo ngomong apaan? Gua nggak paham."
"hiks... Aku salah apa? Aku... Hiks... Aku... udah minta maaf soal numpahin minuman itu. Aku salah apa, Jungkook? Hiks..."
Dari seberang sana, Jungkook terkejut saat tangis Eunha pecah. Ia menatap bingung pada layar ponselnya, ia bingung kenapa Eunha menangis padahal ia cuma menelfon, tidak melecehkannya lagi.
"Kenapa? Hiksss... Kenapa kamu kejam banget? Hiks... Huwaaaa.... Hiks..."
Jungkook masih diam sambil mendengar celoteh Eunha yang diiringi tangis pilu. Jujur, ia sebenarnya merasa aneh saat mendengar tangis Eunha yang terdengar begitu pilu.
"Aku...hiksss... Aku disiram air pell... Di kunciin di wc hiks... Lokerku... diisi sampah hiks... Kenapa kamu tega banget, Jungkook?"
Jungkook mulai menyimpulkan sesuatu dari celotehan Eunha. Laki-laki itu merasa tercubit hatinya saat mendengar semua apa yang Eunha katakan. Ia akui ia juga jahat dengan gadis itu, dan jujur selama seminggu ini Jungkook menyesal. Ia menghubungi Eunha ingin meminta maaf sekaligus membuat kesepakatan dengan gadis itu.
"Kenapa kamu gitu sama aku? Hiks huwaaa... Aku... Aku salah apa? Huuuuww... Aku... Aku minta maaf sebesar-besarnya sama kamu, Jungkook... Hiks... Aku rela cium kaki kamu asal kamu jangan giniin aku lagi..."
"Lo di mana sekarang?" tanya Jungkook. Dia tidak memperdulikan celotehan Eunha. Tapi laki-laki itu bisa menyimpulkan kalau Eunha dalam keadaan tidak baik sekarang.
"Jelas aku di gudang sekolah... Orang-orang suruhan kamu ngunciin aku disini."
Jungkook langsung memutuskan panggilannya begitu saja. Ia kemudian memakai helm full face yang ia gantung di spion motor besarnya dan mengendarai motor itu untuk masuk ke dalam kawasan sekolah. Ya, dari tadi laki-laki itu memarkir motornya di depan sekolahnya.
Jungkook mengendarai motornya hingga sampai ke bagian belakang sekolah. Ia berhenti cukup jauh dari gudang karena tidak ada akses kendaraan ke sana. Setelah memarkir motornya, Jungkook bergegas ke gudang. Ia menemukan pintu gudang tergembok dari luar dan samar-samar terdengar suara tangis dari dalam.
Laki-laki itu kembali ke motornya dan mengambil beberapa alat perkakas yang ia simpan dalam bagasi motor kemudian kembali ke gudang. Laki-laki itu berusaha membuka gembok pintu gudang dengan alat perkakas yang ia bawa tadi. Tidak butuh waktu lama gembok itu terbuka dan Jungkook segera membuka pintunya.
Jungkook memasuki gudang lebih dalam dan mengikuti suara Eunha yang terisak. Langkahnya ia percepat saat melihat Eunha tengah kesulitan mengeluarkan kakinya dari sela-sela kursi tua. Tadi gadis itu berusaha keluar dari gudang dengan menaiki sebuah kursi tua agar ia bisa meraih ventilasi gudang. Namun karena kursi kayu yang ia naiki sudah tua dan lapuk, saat menaikinya Eunha malah terjatuh dan kakinya terjebak di sela-sela kursi itu. Bahkan sampai berdarah karena tergores paku berkarat.
Eunha menyadari kedatangan Jungkook dan membuat perempuan itu kaget sekaligus ketakutan.
"Jungkook, hikss... Aku mohon ampun, Jungkook. Jangan sakiti aku lagi hiksss... Aku mohon..." ucapnya dengan kurang jelas karena diiringi tangisan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Their Story
FanfictionKumpulan Short Story Eunkook. Ada part bahasa non baku! Update sesuka hati author!