Unwanted Marriage

981 134 35
                                    

Pernikahan yang tidak diinginkan. Itulah kehidupan pernikahan yang dijalani Juan sekarang. Ia menikahi perempuan bernama Naina atas kehendak Kakeknya yang menginginkan Naina menjadi cucu menantunya. Di mata Juan Naina adalah gadis yang merusak kebahagiaannya dan merenggut kebebasannya. Karena menikah dengan Naina Juan harus merelakan cinta pertamanya.

Berbanding terbalik dengan Juan, Naina menganggap pernikahan itu merupakan hal yang harus dijaga sebaik mungkin karena merupakan amanah dari ayahnya sebelum meninggal. Naina selalu berusaha menjadi istri yang baik bagi Juan. Ia selalu memperlakukan Juan layaknya suami yang ia hormati, meskipun selalu mendapat perilaku yang buruk dari Juan.

"Mas Juan, sarapan dulu. Saya udah buatin nasi goreng, lho!" ucap Naina dengan aksennya yang medog namun tetap halus.

"Saya buru-buru!" Tanpa menatap Naina yang sudah duduk manis di meja makan, Juan langsung melesat meninggalkan rumah besar itu.

Naina hanya bisa tersenyum sendu menatap punggung suaminya yang makin mengecil dan hilang ditelan pintu. Ia memakan nasi goreng buatannya dengan pelan. Mungkin nanti siang ia akan ke kantor Juan membawakan makan siang.

Kalau mau dibilang sakit hati, Naina jelas sakit hati. Namun ia sudah terbiasa dengan sifat Juan yang seperti itu. Satu tahun menjalani pernikahan, Naina tahu dengan sangat jelas kalau Juan tidak menyukainya. Tindakan Juan barusan hanyalah sebagian kecil dari tindakannya yang lain.

Namun Naina tetap bersabar. Ia yakin suatu hari nanti Juan pasti luluh padanya. Bagi Naina, Juan itu seperti batu namun Naina akan menjadi air yang perlahan-lahan bisa meluluhkan pria itu. 

Juan selalu menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bekerja. Ia pergi pagi dan pulang larut. Juan sengaja melakukan itu karena ia tidak mau lama-lama dekat Naina. Baginya melihat Naina hanya membuatnya marah dan merasa bersalah. Senyuman manis dan perlakuan wanita itu padanya membuatnya sangat marah. Juan sudah berlaku kasar padanya semenjak mereka menikah, tapi Naina malah terus tersenyum dan memperlakukannya dengan baik. Juan marah karena hal tersebut, menurutnya Naina adalah wanita yang tidak normal.

Jam sebelas malam, Juan baru sampai ke rumahnya. Ia menatap kondisi rumah, lampu ruang tamu belum mati. Artinya Naina belum tidur dan menunggunya. Hal itu lagi-lagi membuat Juan marah.

Begitu ia masuk ke rumah, suara Naina langsung menyapanya dan menanyakan soal pekerjaan Juan di kantor bagaimana. Pertanyaan yang hampir sama setiap malamnya meskipun Juan tidak menanggapinya dan malah berjalan ke kamar tanpa membalas sapaan Naina.

Naina lagi-lagi hanya bisa bersabar dengan sifat Juan. Sebenarnya ia lelah dengan semua itu, tapi tekadnya membuat Juan luluh padanya sudah bulat. Naina akan selalu berusaha sampai batasnya.

Hari ini Naina berencana membawakan makan siang untuk Juan, seperti biasa. Ia sudah di kenal di kantor sebagai istri Juan dan orang-orang di kantor hormat padanya karena Naina adalah istri dari pewaris perusahaan ini.

"Pak Parman, saya ke atas sendiri aja. Pak Parman tolong beliin buah di supermarket di depan aja. Saya lupa bawa buahnya soalnya. Ini uangnya, Pak," ucap Naina dengan lembut kepada office boy yang bekerja di kantor Juan.

"Baik, Buk." Pak Parman pamit meninggalkan Naina setelah menerima uang pecahan seratus ribu.

Naina masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai 5, tempat ruangan Juan. Begitu sampai depan ruangan Juan ia melihat ruangan Juan tidak tertutup rapat. Baru Naina ingin membuka pintu itu, sebuah suara menghentikannya.

"Cerai aja, lagian Kakek lo udah meninggal. Susah banget hidup lo!"

"Gak bisa, di wasiat kakek gue, kalau gue cerai-in tuh cewek. Warisan buat gue dikasih ke dia separuh, separuhnya di sumbangin. Ogahlah gue!"

Their StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang