Chapter 3

1.5K 233 22
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______

Musutafu, Jepang

Ranka mematung, memandangi bangunan di depannya dengan wajah keheranan selama 2 menit. Beberapa kali dia mengecek alamat yang tertulis di kertas yang diberikan Taka. Di kepalanya ada banyak pertanyaan yang terus berkecamuk.

Sungguh?

Bukankah Taka adalah seorang kepala akmil? Uangnya pasti mengalir dengan lancar, kan? Lalu, kenapa rumah yang dia tinggali terlihat biasa-biasa saja?

Bukannya keberatan. Ranka tidak keberatan walau tinggal di kolong jembatan sekalipun. Dia hanya tidak menyangka saja kalau Taka ternyata orang yang sederhana.

Tak ingin overthinking, Ranka hanya mengedikkan bahu dan berjalan melewati halaman rumah.

Dirinya bersiul takjub begitu memasuki ruang tamu. Walau sederhana, rumah ini tertata dengan baik sehingga terlihat luas dan rapi.

Puas melihat-lihat ruang tamu dan dapur, Ranka berjalan menuju lantai dua. Hanya ada dua kamar yang berhadapan. Surai hitam itu membuka pintu kamar sebelah kiri, dan ber-oh ria karena sukses menemukan kamar tidurnya.

 Surai hitam itu membuka pintu kamar sebelah kiri, dan ber-oh ria karena sukses menemukan kamar tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luas, bersih, dan rapi. Sangat sempurna. Bahkan ada dua buah gitar dan komputer dalam kamarnya. Hei, bukankah Taka adalah sosok ayah yang pengertian?

Ranka meletakkan koper di sudut ruangan dan melempar denim-nya di atas kasur. Duduk di kursi dan mulai mengotak-atik komputer, mencari tahu lebih dalam tentang Jepang dan segala hal yang berkaitan.

Walau fasih berbahasa Jepang, bukan berarti dia tahu segalanya tentang Jepang. Dia lahir dan besar di Rusia, soal bahasa, itu hanya karena ayah angkatnya berasal dari Jepang.

Dia cukup bersemangat mempelajari hal-hal baru. Mulai dari kondisi politik, ekonomi, makanan, hingga kebiasaan. Ranka bisa menemukan semuanya di internet.

Sungguh culture yang berbeda, tapi itu yang membuatnya menarik. Air keran yang bisa diminum, daging kuda mentah yang bisa dimakan, bahkan teh 100° C. Ranka bisa merasakan lidahnya terbakar jika meminum teh itu.

HUNTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang