Chapter 23

721 161 14
                                    

Note: Waw, dah berapa lama aku ga update? Warning! Chapter panjang, typo, cringe, and

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: Waw, dah berapa lama aku ga update? Warning! Chapter panjang, typo, cringe, and... Enjoy!


_______

Krieet...

BAM!

Ranka melewati gerbang yang terbuka lebar. Matanya menatap hamparan gedung-gedung bertingkat yang tampak mendominasi wilayah. Hampir mirip seperti area pertokoan besar.

Jalanan aspal dua arah yang dipijakinya juga masih tergolong masih baru. Dia terus berjalan dengan hati-hati. Yaaa, siapa yang tau musuhnya akan menyerang darimana?

Sejujurnya, ini sedikit--ah, tidak! Ini sangat tidak adil. Bayangkan saja, dia harus bertarung sendirian melawan orang yang bahkan tidak dia ketahui. Kan... kayak ada kampret-kampretnya gitu.

"Tsugumi Ranka, ujian praktik.
Bersiap, mulai!"

Tepat setelah suara operator(?) berakhir, gerbang yang baru saja ia lewati tertutup sempurna. Mata Ranka bergerak cepat mengamati sekitar.

Saat ini, ada dua rencana yang berputar di kepalanya. Pertama, menunggu sambil menyisir area, lalu mengalahkan villain-nya. Kedua, hancurkan semuanya dan memaksa sang villain untuk keluar.

'Yang kedua terdengar lebih efisien', pikirnya sambil mengelus dagu.

Tapi belum sempat ia bergerak, suara dentuman yang memekakkan telinga berhasil mengalihkan perhatiannya. Dentuman yang lain menyusul hingga merobohkan banyak bangunan.

Hempasan angin bercampur debu  menghalangi pandangan Ranka. Indranya tak berfungsi untuk sesaat. Namun, dia menguatkan pijakan agar tak ikut terhempas.

Setelah angin itu mereda, Ranka bisa mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Dia mendongak dan menajamkan mata.

Bayangan sosok tinggi besar terlihat dari kepulan asap. Disusul beberapa bayangan lain di belakang pria itu. Langkahnya terdengar mantap.

Tap... tap... tap...

'5.. 10..35..' batinnya sembari mengaktifkan quirk di tangan kanan.

"Apa ini? Hanya satu bocah?" Suara berat dan besar yang menggema di tempat itu mengirimkan rasa ngeri yang luar biasa. "Sepertinya aku diremehkan."

'50... 62...' Ranka tak mengindahkan ucapan itu sedikitpun, masih fokus menghitung.

"Diabaikan? Maa~ anak jaman sekarang memang kurang ajar semua. Mari kita lihat seberapa besar kekuatanmu, nona kecil," ucapnya dengan mata menajam.

HUNTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang