18.The legend of ocean's breath

73 9 0
                                    

"Pensiun Dini? " Teriak Ale tak sengaja... Sejuk menyesap Es Jeruknya dengan wajah kusut..."setelah dia gak bisa paksa gue untuk ninggalin Iyo dan jadi bini keduanya... Sekarang dia pakek kartu gue simpatisan Nadia Higgins... I mean...gimana bisa simpatisan? Gue bahkan gak tinggal di Tangerang selatan.. " Ucap perempuan cantik itu sambil menggelung rambutnya

"Tapi gak sayang... Juk...? " Timpal Dimas yang masih asyik memeriksa data data keuangan warung Mie mereka

"Karir gue udah di plot mandeg... Kerjaan? Gak ada manfaatnya selain buat kendaraan politik atasan... minoritas gue berlapis lapis... Susah juga untuk berkendara ke atas... Mending gue urusin yang masih bisa gue urus.. " Cebik sejuk dengan wajah lelahnya

"Lo pada apain bini gue sampe merepet gitu... " Teriak Satrio dari ujung ruangan

"Gak mungkin gangbang... Ale kan homo" Lempeng Dimas yang segera mendapatkan lemparan kain lap dari si cungkring

Sejuk menarik napas panjang... "Mimpi kita tentang usaha sendiri kayaknya makin dekat sayang... " Senyumnya seraya memeluk sang suami

"You should talk to Nad first deh Juk... Pikirin solusi lain selain keluar gitu.... " Usul Ale perlahan

Sejuk memandangi laki laki cungkring itu hingga membuat Ale salah tingkah "maksud gue bukan mau ngelarang lo ngapa ngapain... Cuma yah... Jangan buat keputusan saat lo marah aja"

Dimas mengangguk angguk mendengar kata kata Sahabatnya itu "Ale itu king of bad decisions... Jadi ada baiknya mendengar pertimbangan Nad... nambah perspektif aja... " Ujarnya lebih jauh

"Dimas bangsat dan Dimas benar " Cibir Allegro seraya menghilang ke Dapur

*********
"Davi pulaaaaaang....." ujar Bocah tanggung berbaju putih abu abu itu seraya melempar tasnya sembarangan ke Sofa rumah keluarga Mauliate Nasution di kawasan pondok pinang ....

Sebuah wajah melongok dari dapur dengan dahi sedikit mengerenyit ...Pria tampan dengan Kulit sewarna tembaga ...sang kepala keluarga Mauliate Nasution

"Papa pikir kamu mau konsen bantu bantu om Pascal di Graha Raya?" ucap si muka persegi sambil membawakan Botol air es dan dua cangkir plastik

Pria yang lebih muda mencibir "ngapain....udah gede Om Pascalnya..." kesalnya sementara tangannya melepaskan simpul simpul tali sepatu

Mauliate tertawa melihat putra semata wayangnya itu "kemarin katanya kasihan..." godanya ...Davi menuangkan air es ke cangkir miliknya lalu meminumnya habis ....

"Aku lagi masa perkembangan...hormon belum stabil ...hari ini ngomong A besok ngomong B ...wajar kan?" dengusnya kesal

Sang Ayah mengangkat bahunya "kalo kayak gitu sampe tua kamu bisa jadi politikus kayak tante Nad atau Baba Kuta..." cengir  Pria tampan itu

"Papa mau Davi jadi jahat?" rajuk si Bocah

Mauliate tertawa sesaat "tapi tante Nad ataupun Baba kan ndak jahat?" timpal laki laki yang lebih tua itu sambil memandangi Davi

"Aku yang mau jadi jahat... Aku mau tinggal Om Pascal" Ujar Davi Frustasi

Mauliate memandangi bocah tanggung itu "kupikir ini buat masa depan musikmu? Buat Berklee seperti kata Papa Le...? " Tembaknya lugas

Davi tampak salah tingkah... Kemudian menarik napas panjang "mungkin ini karena patah hati?" Lirihnya kemudian

"Pegawai baru itu? " Tebak Mauliate...

Davi menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal " Om Pascal bilang nyaman sekali sama perempuan itu... Gak sadar kalo yang aku mau hatinya... Bukan tante Baru... "

03.Renjana KemalamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang