01. The Prayer

676 14 15
                                    

"E la fede che hai acceso in noi......Sento che ci salverà....." Mauliate memainkan bagian akhir dari bait bait indah itu dengan Apik , posisinya di atas panggung membuat para penonton yang berada di bagian gelap tidak dapat dilihatnya dengan baik, tapi tepuk tangan bergemuruh itu menandakan satu Hal, mereka tidak kecewa....

"hai , suami......" suara Hangat menggoda itu mengagetkan Ate ....ini sudah lama .....sudah terlalu lama.... pikirnya dalam hati

"bengong Aja, nggak...aku gak idup lagi Te..." senyum si perempuan ,tubuh berisi dengan pipi kemerahan , rambut hitam legam sehat yang dikuncir ketat , menonjolkan leher jenjangnya yang sewarna pualam

"kak......" ujar Mauliate tertahan .... matanya berkaca kaca ....

" kamu gimana Papa te?" senyum Margareth seraya terduduk di samping Mauliate dan memainkan tuts tuts piano mengeluarkan nada indah .....

Ate menarik napas panjang ...."Alea....Alea kita ...sudah tingkat dua kuliahnya, masih magang di kantor Iman dan kantorku ...perkembangannya pesat ...saat aku pensiun nanti kupikir, aku gak akan kecewa ...

Davi sudah tahun kedua di senior high school ...kami sempat bertengkar hebat mau kemana dia nanti setelah SMA , dan yang kumaksud kami adalah aku dan sahabat sahabat karibku ...kami semua rebutan jadi Bapaknya Davi , ironis karena Bapak kandungnya bahkan sekarang gak tahu di mana

Allegro, cinta pertama yang sering kuceritakan padamu Kak , makin stabil Usaha mie ayamnya, sekarang juga merambah bikin Laundry buat keseharian Bu Tini dan Nia di Tigaraksa , instingku tidak pernah salah kan kak? ...dia jawabanku ....dia selalu jadi jawabanku..."

ujar Mauliate panjang lebar , Margareth masih memainkan pianonya dengan Nada nada indah dan hangat ...

"tapi kamunya gimana Te?"

Ate terdiam memandangi Margie yang terus memainkan pianonya

"kamunya gimana ,Te?" ulang Margareth serius

Mata mereka berpandangan, Ate terdiam , tidak tahu bagaimana menjawabnya

********

"murung tumben...." senyum Ale yang masih Asyik memilihkan dasi yang akan di Pakai Mauliate untuk bekerja , Ate memandanginya , kekasihnya sejak 2018 , cinta pertamanya sejak 1999

si Pagi mendung yang pendiam sekaligus pencerocos , si semangat bernada Malas , si Random perfeksionis ....

Allegro Fajar Harison , a walking contradiction yang sangat dipujanya

"kamunya gimana Te?" ....terdengar lirih Margie dalam mimpinya ....

aku? kenapa aku?... pikirnya lebih Dalam

Allegro terduduk di ranjang di depan laki lakinya yang bersinglet sobek sobek "lipat tangan, tutup mata" senyumnya memandangi Mauliate yang sekarang Dahinya mengerenyit

"apaan?" bingung Ate salah tingkah

"bangun berdoa dulu, terimakasih karena dikasih kesempatan menjelajah Bumi Tuhan dan memperbaiki kesalahan satu hari lagi" senyum Allegro mengembang

"itu aja?" sahut Mauliate mengacak rambut Allegro yang satu persatu mulai ditumbuhi uban

"sama minta supaya kebingungan dalam mimpi berhenti di mimpi aja, gak dibawa seharian jadi badmood" ujar si laki laki yang tubuhnya lebih kecil lucu

"waktu SMP mereka bilang kamu kayak dukun ....sekarang kamu benar benar jadi dukun...." ujar Mauliate tergelak

Allegro tersenyum pahit "nggak Te ...aku gak baca pikiranmu " tolaknya halus

03.Renjana KemalamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang