22.The Conspiracy

58 9 0
                                    

"Dimas masih sibuk bantuin gue beres beres di Kantor partai " jelas Nadia ketika dia dan Sejuk bertemu di foodcourt sebuah mall di samping kompleks Gelora Bung Karno, Senayan

Sejuk sedikit tersenyum mendengarnya "jadi lo udah nih, scrapped mimpi buat jadi kepala daerah?" Ujarnya setelah menyesap lemon teanya

Nadia tertawa sesaat "bekal gue kayaknya belom cukup... Hiatus dulu lah.... Ada hal yang lebih menarik harus dilakukan... " Jelasnya antusias

"Apa yang lebih menarik dari Politik, Nad? " Tanya Sejuk kemudian

"Bikin konten Investigasi.... " Senyum Nadia, Sejuk terdiam mendengarnya

"Dan gue target pertama lo, i guess... " Senyum perempuan cantik itu kecut

"You are the target... Tapi bukan gue yang nargetin" Jelas Nadia kemudian sambil mengeluarkan Tabletnya

"Ayolah Nad... Apaan sih ini? " Bingung Sejuk sesaat

"Yusuf Ibrahim... Dia berafiliasi sama petinggi partai.... Omsetnya meningkat tajam tahun ini.... Dia deketin lo kan....? Bahkan cukup berani untuk nawarin lo jadi bini kedua..?" Lanjut Nadia menggebu gebu

"Siapa yang cerita...? Abah...?" Kesal Sejuk

Nadia mengangguk tidak enak, dicomotnya kentang goreng di piringnya kemudian memakannya dalam diam

"Abah ketemu sama elo, waktu lo kelar FGD kan?" Lanjut Nadia... Sejuk mengangguk perlahan

"He don't like Yusuf Vibe... Dia tahu sepak terjang itu bapak bapak baik di partai maupun kebirokratan... Dia spesialis bendahara... Pegang pegang duit.... Dan abah curiga motif dia ke elo bukan sekedar nafsu.... Tapi... "

"Tapi...? " Bingung Sejuk kemudian

"Cuci uang.... Dia alihin asset ke elo.... Dan mereka aman dari gangguan pihak yang berwenang...? " Jelas Nadia panjang lebar

... Dan sekarang semua terasa masuk akal.... Pikir Sejuk kemudian

"Lo gak pernah terima apa apa dari dia kan Juk?" Lanjut Nadia ... Wanita cantik di hadapannya spontan menggeleng

"Why would I? " Kesal Sejuk sesaat

Nadia tak sadar tertawa "good.... Kita bisa mulai dari situ... "

********

"Baru pulang, dek? " Ujar Abah sambil tersenyum dan membuka pintu, Dimas memutar mata kesal

"Baru Pulang, bah? " Kesalnya lirih... Dilemparkannya tubuh gempalnya ke Sofa sambil mencopoti sepatunya

Abah terduduk di samping Dimas dan menarik napas panjang... "Maaf? " Ucapnya Lirih

Dimas hanya mengangkat bahu "itu hidup abah anyway" Ucapnya tidak perduli...

"Tapi Abah masih Abahmu kan Dek? " Lanjut Abah pedih

Dimas tak sengaja terkekeh "kalo abah gak mau, Dimas bisa apa? " Ujarnya getir

"Gimana Abah gak mau? Abah cuma punya kalian... " Sahut Abah kemudian

"Kalo Abah cuma punya kami, kenapa gak dijaga? " Kesal Dimas putus asa

"Dek... "

"Abah ngilang.... Sejuk ketemu abah ada di hotel tanpa alasan yang jelas... Abah selalu bilang sama Dimas... Minimal telepon... Minimal sendlok... Terus abah ngapain...? Dimas gak kuat bah... Dimas Khawatir... " Cerocos Dimas tak terkontrol

Abah seketika memeluknya erat... "Ma... Maafin Abah nak..... "

Dimas memegang pipi tua ayahnya "kalo Abah sayang Dimas... Kalo abah benar benar anggap cuma kami milik abah... Tolong anggap kami berharga bah... Tolong jangan buat kami takut" Ujar pria gempal itu lirih, Abah mengangguk dengan mata berkaca kaca... Sementara Kuta memperhatikan apa yang terjadi dengan ayah dan anak itu

03.Renjana KemalamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang