02.the breakfast

251 11 13
                                    

Pondok Pinang

"Iya Tante, kupikir tante dan Om Dimas ajakin Kuta ngobrol lebih lah, biar percaya dirinya naik

bibir anak kecil karena polos kadang kadang gak sadar kalo nyakitin, tante dan om Dimas boost aja rasa percaya diri Kuta,

biar gak mudah tumbang sama bibir tajem teman temannya" Ujar Davi seraya merapikan kerah Baju seragamnya sedikit

Pagi itu dia menyempatkan diri untuk berbicara dengan Nadia terkait keluhan Kuta beberapa hari lalu

Setelah berterimakasih Nadia kemudian menutup teleponnya

Davi sejenak teringat saat Sekolah dasar dan berbeda, tidak ada yang memberikan Support supaya dia percaya Diri , ibunya terlalu sibuk mengurus Nia , sementara Ayahnya selalu ada di sisi pengejek pengejek itu

Kamu laki Vi, harus tegar ...ujar Bapak sambil tersenyum mengejek, tenggelam dalam asap gudang Garamnya

Davi memandangi Kaca dan tersenyum pada dirinya sendiri

Tegar itu bukan gak sensitif bapak, Tegar Itu bertahan dari cemoohan orang,tanpa berusaha menyakiti orang lain

Gumam Davi dalam hati seraya meraih ranselnya dan keluar kamar menuju meja makan untuk Sarapan

******

Alea menghampiri meja Makan pagi itu menggunakan Blouse berbahan jeans ketat dengan dua kancing depan terbuka, rambut tebalnya yang dipotong Bob Panjang terlihat berkilau menguarkan wangi karamel

Make up tipis dengan lipstik berwarna honeydew Terlihat cantik dan segar untuk gadis yang beranjak dewasa

Setelah mengecup Pipi Ate dan Ale dia kemudian duduk di kursi berhadapan dengan mereka , pandangan dan Matanya masih asyik mengscroll handphone

Mauliate memandangi Gadis sulungnya itu, badmood yang melandanya sejak kemarin membuatnya sedikit terlalu teliti memandangi penampilan Alea

"Bajunya bisa longgar dikit gak sih?" Bisik Ate pada Ale pagi itu di meja makan

Ale mengangguk dan menyikut lengan Alea lembut "papa nanya bajumu bisa longgaran dikit gak nak?" Lirih Ale pada putrinya

Alea memutar mata dan berbisik pada Allegro "di kampus mereka udah nyangka aku lesbian, jangan sampe karena selera papa yang konservatif mereka nyangka aku lesbian slebor" kesal Alea

"Alea gak mau dibilang lesbian slebor te , tunggu tunggu, kalian ini jaraknya gak lebih dari satu meter, kenapa komunikasi harus lewat aku sih" kesal Ale yang kemudian mengunyah sandwichnya

"Lagian Papa le polos, gampang diperalat" sahut bocah tengil di depannya

Ale manyun "lagian kamu ada keadaan aneh kayak gini bukannya komplen ke ini orang dua, suruh mereka ngomong langsung, papa le bukan wartel" kesalnya

Davi terbengong polos "wartel ? Wartel apa sih kak?" Bingung Davi berbisik

"Gak tau, mungkin sejenis walkman" bisik Alea

"UDAH NGOMONGNYA NORMAL AJA GAK USAH PAKE BISIK BISIK" kesal Ale yang kemudian berdiri untuk mengambil kopinya di pantry

Semua di meja makan tertawa tertahan

"Ka, kamu bukan lesbian slebor nak...." gagap Ate, Alea memandangnya dengan kesal

"Dan papa bukan fashion stylist pa" pedas Alea

Ale tak sengaja menyemburkan kopinya karena menahan tawa sementara Davi mengangguk angguk

Ate memandangi Davi kesal

03.Renjana KemalamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang