Paling tidak, hanya dengan sakit Arini bisa sedekat ini dengan Romeo. Alih-alih beristirahat, semalaman Arini malah memandangi Romeo yang sedang terpejam di sampingnya sambil tersenyum simpul.
Hingga pagi menjelang, Arini nyaris tidak tidur sama sekali. Mungkin terkesan berlebihan, tapi kapan lagi Arini bisa memandangi wajah Romeo sampai sedekat ini?
Hanya saja, Arini bisa merasa bahwa waktunya bersama Romeo tidak akan pernah bertahan lama. Entah ... Arini hanya menerka.
Lalu tiba-tiba, mata Romeo mulai mengerjap. Hari sudah pagi dan yang Romeo lihat pertama kali adalah Arini yang berada tepat di sampingnya.
Sial. Aku ketiduran.
Begitu ucap Romeo di dalam hati.
"Maaf, aku tidak membangunkanmu."
Romeo diam saja. Ia hanya melihat jam yang ada di tangan kirinya dan tampak sibuk menyiapkan dirinya sendiri. Ia segera pergi ke arah wastafel dan langsung mencuci muka."Kau sudah bisa mengurus dirimu sendiri kan? Aku ada rapat dengan klien dan aku harus pergi." Begitu ucap Romeo kepada Arini.
Tapi sebelum Arini berkata lebih jauh lagi, Romeo sudah pergi menghilang dari ruang perawatan Arini.
Arini tersenyum, maklum. Mungkin, Romeo benar-benar sibuk.
Lalu tiba-tiba, Arini melihat sebuah tas berwarna hitam seperti kepunyaan Romeo berada di atas sofa.
Seperti sebuah kebiasaan, Romeo memang selalu teledor menaruh barang. Baru satu hari yang lalu Romeo kelupaan membawa fleshdisk, tapi sekarang apa lagi ...?
Buru-buru Arini turun dari ranjang dan segera meraih isi tas itu. Dan betapa terkejutnya Arini bahwa di dalam tas itu ada sebuah dompet, beberapa berkas milik Romeo dan juga laptop hingga membuat Arini tercekat.
Ya Tuhan, kenapa barang sepenting ini Romeo lagi-lagi melupakannya?
Arini kemudian membawa tas itu, menarik tiang infus untuk pergi bersamanya lalu segera keluar dari ruang perawatan.
Semoga Romeo belum jauh dari sini ...
***
Sementara itu, Romeo tampak tergesa. Ia berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit untuk segera keluar.
Arini sudah bangun dan sepertinya ia tampak sehat, jadi sepertinya Romeo tidak perlu lagi untuk menjaganya. Arini sudah dewasa, ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Lagi pula, Romeo sudah menyelesaikan seluruh administrasi, Romeo juga sudah membayar salah satu perawat untuk menjaga Arini.
Semua sudah beres. Dia akan segera pulang. Mungkin itu lah yang ada dipikiran Romeo sampai suatu ketika ada seseorang yang menyapanya dari arah belakang.
"Romeo."
Romeo kenal betul siapa pemilik suara itu. Dan ternyata benar, Zaki sudah berada tepat di belakangnya dengan menenteng sekeranjang buah.
"Kau mau ke mana? Bukan kah istrimu masih dirawat?"
"Eh?"
Sial. Dari mana dia tahu Arini masuk rumah sakit?
"Aku akan pulang sebentar lalu akan ke kantor. Kau tahu ada rapat penting hari ini."
"Rapat?" Zaki melenguh. "Hanya rapat bulanan dan tidak begitu penting kenapa bisa sampai terburu-buru seperti itu? Padahal biasanya kau sangat malas pergi ke kantor tapi kenapa hari ini kau malah semangat sekali?"
"..."
Ucapan Zaki benar-benar membuat Romeo menahan napas.
"Apa maumu, Zak? Dan dari mana kau tahu kalau Arini ada di rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINI'S WEDDING
Roman d'amourKetika Arini dipaksa untuk menggantikan posisi kakaknya untuk Romeo. Lalu ketika Romeo terpaksa menikahi Arini, yang benar-benar sangat membuatnya benci. Dan ketika dua hati terpaksa bersatu, mungkin kah mereka akan berdamai dengan waktu?