BAB 5 - ZAKI

7.4K 473 10
                                        

Romeo masih di sana, ia masih duduk di pinggiran sungai sambil merokok dengan begitu bebas. Waktu sudah lebih dari pukul sepuluh pagi dan Romeo yakin kalau keadaan kantor pasti sudah sangat kacau sekarang.

Bagaimana bisa...? Romeo sudah melewatkan salah satu meeting dengan para klien asing yang ingin berkonsultasi mengenai masalah jasa hukum. Tapi, dia malah tidur seenaknya di sini. Menyandarkan kepalanya pada ban mobil dan menatap langit yang bahkan sudah menghitam karena mendung.

Romeo mengecek ponselnya yang sedari tadi sengaja ia matikan. Dan benar saja, puluhan telefon dan pesan ternyata beberapa kali menghubunginya.

Lalu ketika ponsel itu benar-benar hidup. Orang yang pertama kali meneleponnya adalah Zaki, sahabat di kantornya dan Romeo hanya bisa menghela napas ketika mengangkatnya.

"Hmm?"

"Romeo, apa kau gila?" Dan itu lah umpatan yang keluar dari mulut Zaki.

"Emm ya. Bisa dibilang begitu."

Terdengar Zaki menghela napas panjang. "Kau di mana? Aku akan ke sana sekarang juga!"

***

Dan hanya butuh waktu kurang dari lima belas menit, Zaki sudah berada di sini. Memandang na'as temannya itu, yang duduk dengan raut muka yang sangat kacau.

Zaki menutup pintu mobilnya, memasukkan kedua tangan ke kantong dan berjalan ke arah Romeo. "Dasar laki-laki brengsek! Bisa-bisanya kau bisa santai berada di sini padahal kantor sedang kacau dan itu semua karena ulahmu!"

Tapi Romeo tidak menjawab, ia masih menghisap rokoknya dan malah menghembuskannya ke udara. Seperti tidak memerdulikan Zaki yang masih berdiri di sana.

"Rom, apa kau benar-benar ingin perusahaanmu bangkrut?"

"Ya, bisa dibilang begitu."

Zaki semakin mengacak-acak rambutnya frustrasi melihat keadaan temannya. "Jangan bersikap kekanak-kanakan."

Romeo menarik napas panjang. "Kau tahu kalau perusahaan itu bukan milikku. Aku hanya terjebak dan menjadi penerus perusahaan. Kalau kau mau ambillah, aku tidak akan menghalangimu."

"Tutup mulutmu, Rom." Zaki memijat kepalanya dan kini ikut duduk di samping Romeo. Ikut mengambil rokok dan menyalakannya.

"Apa kau sebegitu frustrasinya menikah dengan Arini?"

"Shit!" Tiba-tiba Romeo mengumpat. "Satu-satunya alasanku ke sini adalah untuk membuang jauh pikiranku mengenai perempuan itu, tapi kau malah membahasnya."

"Tolong jangan sebut dia perempuan itu! Sungguh, apa kau tidak mempunyai perasaan kasihan padanya? Dia masih punya nama dan namanya Arini."

Ha ha ha. Tiba-tiba Romeo tertawa. "Ah, aku tidak tahu kau sebegitu perdulinya dengan perempuan itu. Oke, baik lah jika kau minat kau bisa merebutnya dariku. Aku akan memberikannya secara suka rela."

"Hentikan, Rom."

Romeo malah menaikkan bahunya. "Diam lah, Zak. Aku ingin tidur." Dan sepertinya Romeo sudah benar-benar gila sekarang. Seenaknya saja di malah menyelonjorkan kakinya. Memejamkan mata sambil menyedekapkan tangannya.

Di situasi sekarang Zaki sudah melihat betapa Romeo sudah berubah menjadi orang lain. Kemarin bahkan Romeo meminta Zaki untuk mengenalkannya dengan seorang wanita yang bisa diajak berkencan. Sungguh, sangat bertolak belakang dengan sifat Romeo yang selama ini Zaki kenal.

Hingga pada akhirnya, Zaki tahu bahwa perempuan itu sengaja dibawa Romeo untuk memanas-manasi istrinya, berusaha untuk membuat Arini menderita dan memancing Arini agar tidak betah menjadi istri Romeo. Karena satu hal yang Romeo inginkan adalah, Romeo ingin bahwa Arini meminta cerai padanya. Sebab, Romeo tidak mungkin menuntut terlebih dahulu, karena dia sudah mengucap janji kepada Ayahnya untuk tidak menceraikan Arini kalau bukan Arini yang memintanya.

"Bangun lah, Rom. Dan cepat lah ke kantor. Masih banyak hal yang perlu kau kerjakan."

Tapi Romeo diam saja, pura-pura tidur dan Zaki sangat tahu akan hal itu. Membuat Zaki mengerutkan dahinya menatap sahabatnya itu yang seakan tidak memerdulikannya.

"Rom, aku mohon."

Tapi kemudian Romeo membuka mata. "Aku muak jika kau terus mengomeliku untuk ke kantor Zak." Romeo kini berdiri, berjalan ke tepian sungai sambil membuang puntung rokoknya. "Kau tahu sejarah keluargaku di kantor itu. Bagaimana aku bisa tahan bahwa setiap tempat yang aku datangi mengingatkanku dengan pembunuh itu."

Mata Zaki melebar mendengar ucapannya. "Jadi kau masih berpikir bahwa Arini lah pembunuh Aluna?"

"Ya, memang seperti itu bukan?"

"Astaga, Rom. Pikiranmu picik sekali."

Romeo tertawa mendengar Zaki yang terus-terusan membela perempuan itu. "Zak, sudah kubilang kalau kau perduli padanya kau tinggal ambil saja. Apa perlu ku obral murah?"

"Rom, tutup mulutmu!" Sungguh Romeo sudah berubah menjadi orang yang tidak ia kenali lagi. Bisa-bisanya Romeo bisa berbicara sekasar itu terhadap istrinya sendiri.

Zaki menarik napas panjang, lalu beberapa detik kemudian Romeo melengang begitu saja. Masuk ke dalam mobilnya ketika ia sudah mulai merasa Zaki semakin memperburuk keadaan. Dia kira kehadiran Zaki akan menenangkan, tetapi malah semakin parah.

"Aku pergi dulu. Aku tidak akan kembali ke kantor."

"Rom, jangan bertindak seperti anak kecil."

Tapi Romeo mengabaikan Zaki. Ia menaiki mobilnya dan secepat kilat sudah tancap gas meninggalkan Zaki berada di sini sekarang.

Dan sini Zaki hanya bisa menatap kepergian Romeo dengan tatapan kosong. Sungguh, Romeo sudah berubah total. Orang yang dulunya hangat kepada semua orang, kini sudah menjadi Romeo yang kasar dan tidak perduli kepada orang-orang di sekitarnya. Dan semua berawal ketika Aluna pergi meninggalkannya. Sejak Aluna meninggal, Zaki sudah nyaris tidak mengenali sifat Romeo lagi.

Zaki paham kenapa Romeo tidak ingin ke kantor itu. Zaki tahu sejarah panjang bagaimana perusahaan itu dibangun, oleh sebuah kerja sama di antara orang tua Romeo dan juga orang tua Arini.

Di masa-masa sulit, mereka membangun Athanna. Firma hukum yang sangat terkenal di negeri ini. Terdiri dari beberapa ratus pengacara yang menyelesaikan kasus dari dalam dan luar negeri.

Mungkin itu adalah alasan dari kedua keluarga itu melakukan perjanjian. Melakukan perjodohan untuk menyelamatkan penerus dari Athanna, Zaki paham betul bahwa Romeo tertekan akan hal itu.

Dulu sebenarnya, Romeo baik-baik saja ketika dia dijodohkan dengan Aluna, karena secara kebetulan Aluna adalah orang yang sangat Romeo cintai, tetapi ternyata takdir telah berubah. Aluna meninggal dan Ayah Romeo menyuruh Arini untuk menggantikan posisi Aluna.

Yang Zaki tidak paham adalah, kenapa dia masih berpikir bahwa Romeo mengira orang yang membunuh Aluna adalah Arini? Apakah Romeo hanya mencari orang untuk menyalahkan kepergian Aluna dari kehidupannya?

***

vote dan komen ditunggu

ARINI'S WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang