"Kiara."
Ucap mereka hampir bersamaan. Romeo dan Arini saling menatap satu sama lain karena ikut bingung dengan kehadiran Kiara di sini bahkan di waktu dini hari seperti ini.
"Kiara, apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Aku hampir mati karena kau tidak membalas seluruh pesanku. Kau sengaja memblokir kontak dan tiba-tiba menghindariku. Aku sudah tidak tahan."
Yang merasa paling syok di antara mereka adalah Arini.
"Oh, hai. Arini. Astaga. Jadi benar kamu sakit kanker."
Walau pun itu kenyataannya, tapi kenapa Arini merasa ngilu ketika mendengar seseorang mengatakan secara terus terang seperti itu?
"Apa yang kau lakukan di sini?!"
"Tentu saja ingin menemuimu, Rom."
Kerutan yang ada di dahi Romeo semakin ketara.
"Kita bisa bicara di luar." Ingin menjaga perasaan Arini, Romeo menarik tangan Kiara untuk keluar dari ruangan ini, namun sepertinya Kiara menolak.
"Lagi pula, Arini sudah mengizinkan aku untuk mendekatimu."
Arini terlalu lemah untuk bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa meremas tangannya sambil menahan napas selama beberapa detik.
"Iya, kan Rin? Kau mengatakan sendiri jika aku bebas untuk mendekati Romeo kan?"
"Tutup mulutmu." Ujar Romeo. Tidak ingin melihat Kiara lebih lama lagi di sini dan menyakiti istrinya, Romeo menarik lagi tangan Kiara untuk keluar.
"Apa-apaan ini?!"
"Aku jatuh cinta padamu, Rom. Aku frustrasi selama ini tidak dapat menemui atau pun mendapat kabar darimu. Kenapa kau terus menerus mengabaikan pesanku?"
Romeo masih kaget dengan semua ucapan Kiara. Mungkin, seumur hidupnya, dia baru pertama kali melihat ada perempuan seperti Kiara. Yang mengucapkan apa pun di dalam otaknya tanpa memfilter sedikit pun hingga tidak perduli bagaimana perasaan orang-orang di sekitarnya.
"Apa kau tidak tahu aku sudah mempunyai istri?"
"Istrimu sendiri yang mengizinkan aku untuk mendekatimu."
"Aku tidak tahu apa yang pernah kau bicarakan pada Arini. Tapi yang pasti aku tidak pernah mempunyai niat sedikit pun untuk mencari wanita lain."
"Bukan kah kau juga ingin terbebas darinya? Aku tahu kalau kau sebenarnya menolak menikahi Arini. Saat di bar waktu itu, kau hanya ingin mencari gara-gara kan untuk berpisah dari Arini. Jadi, gunakan aku Rom. Gunakan aku agar kau berpisah dari Arini. Toh, sebentar lagi Arini akan meninggal kan?"
"Tutup mulutmu!"Tiba-tiba, amarah Romeo meledak begitu saja. Ucapan Kiara benar-benar menyakitkan. Di dalam ruangan, Arini masih bisa mendengarnya. Dan ketika ia mendengar Kiara mengucapkan akan hal itu, Arini meremas dadanya yang terasa sesak.
Tapi di dalam sana Arini harap-harap cemas. Ia menunggu ekspresi yang akan ditunjukkan oleh Romeo.
"Jangan pernah bicara apa pun mengenai Arini. Jangan pernah mengatakan hal yang tidak-tidak! Karena aku tidak akan segan-segan menyakitimu jika kau melakukannya lagi."
"Apa? Kenapa tiba-tiba kau berubah seperti itu? Bukan kah kah masih ingin berpisah dengannya?!"
"Tidak akan lagi! Sampai kapan pun Arini tidak akan pernah kulepaskan."
"A-apa?"
"Dia istriku dan aku mencintainya. Dan aku harap, kau segera pergi dari sini, jangan ganggu aku mau pun Arini lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINI'S WEDDING
RomansKetika Arini dipaksa untuk menggantikan posisi kakaknya untuk Romeo. Lalu ketika Romeo terpaksa menikahi Arini, yang benar-benar sangat membuatnya benci. Dan ketika dua hati terpaksa bersatu, mungkin kah mereka akan berdamai dengan waktu?