BAB 29 - MADU

6.5K 258 15
                                    

Seharusnya, Arini merasa senang ketika pada akhirnya dia pulang ke rumah. Pengobatan mengalami kemajuan yang signifikan, kemudian ia hanya perlu ke rumah sakit untuk terapi beberapa kali dalam sebulan.

Namun ...

"Apa aku benar-benar tidak akan memiliki bayi seumur hidupku?"

Baru saja Arini ingin bahagia, tapi kenapa lagi-lagi ia dihempaskan begitu saja? Arini mulai mencari informasi di dalam internet. Mulai konsul ke sana ke mari mengenai pengaruh pengobatan kemoterapi terhadap efek jangka panjang setelahnya.

Hingga pada akhirnya, Arini mendapatkan fakta bahwa ...

Ketika Arini masih dalam pengobatan, obat-obatan yang Arini konsumsi pasti akan berpengaruh dengan kondisi janinnya. Lalu jika kemoterapi akan terus dilakukan, itu benar-benar akan sangat menganggu sistem reproduksi dan menurunkan tingkat kesuburan.

Arini kembali dihadapkan kenyataan yang menyakitkan. Arini tahu, bahwa lelaki di mana pun yang sudah menikah, pasti akan mengharapkan keturunan, tapi bagaimana jadinya jika sampai pada akhirnya Arini masih tidak bisa memberikan seorang bayi untuk Romeo?

Kini, Arini duduk di taman belakang rumahnya. Menatap pada langit yang sudah berubah oranye karena senja sudah mulai nampak.

"Arini ..."

Arini menoleh. "Rom?"

"Pantas aku mencarimu ke mana-mana, tapi kau tidak ada. Rupanya kau di sini."

Arini mengangguk. "Aku hanya ingin duduk di sini. Sama seperti apa yang pernah kamu impikan."

Romeo mengernyit tapi kemudian ikut duduk di samping Arini. Menggandeng tangannya dengan sangat erat.

"Masuk lah, hari sudah sore."

"Bagaimana kalau aku tidak bisa memberikanmu keturunan Rom?" Tiba-tiba Arini mengatakan hal itu hingga membuta Romeo terhenyak.

"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu?"

"Hanya saja, mimpimu tidak akan pernah menjadi nyata. Katamu, kita akan bergandengan tangan bersama di kala senja lalu melihat anak cucu kita berkumpul di sini."

Kerutan yang ada di dahi Romeo semakin ketara.

"Jadi, bagaimana kalau mimpi itu tidak akan pernah berakhir sesuai apa yang kita inginkan? Karena kata dokter ..."

"Sudah lah, jangan bicara macam-macam."

"Sepertinya kau juga sudah tahu efek jangka panjang kemoterapi terhadap perempuan seperti aku kan?"

"Dokter juga belum mengatakan hal final kan? Tapi, jika suatu saat hal terburuk itu akan terjadi, jangan pernah sedih oleh takdir yang digariskan untukmu."

"Mustahil kalau aku tidak sedih. Dari mimpimu saja, aku sudah tahu kau menginginkan seorang anak."

Romeo menghela napas sebentar. Apakah kebohongannya malah membuat luka di hati Arini?

"Kau harus tahu, aku bohon soal mimpi itu?"

"Bohong?"

"Ya." Romeo mengangguk.

"Aku tidak pernah bermimpi seperti itu. Mimpi itu hanya sebuah ilusi yang aku ciptakan sendiri untuk membuatmu bersemangat dalam menjalani pengobatan. Namun ternyata, kebohonganku malah membuat luka untukmu di kemudian hari."

"Lalu apa mimpimu waktu itu hingga membuatmu merasa gelisah?"

"Aku melihatmu meninggalkanku. Kau pergi meninggalkan aku seorang diri."

"Apa?"

"Jika aku mengatakan hal sejujurnya padamu waktu itu, mungkin kau tidak akan semangat menjalani kemoterapi. Untuk itu, maaf aku berbohong."

ARINI'S WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang