🍁 Happy Reading 🍁
🍂🍂🍂
Entah kenapa Sean merasa pagi yang datang menyapa hari itu sangat tidak ia harapkan setelah semalam bahkan ia tidak bisa tidur sama sekali. Kini ia hanya duduk termenung di tempat tidur, masih berselonjor kaki dengan selimut yang menutup. Tatapannya tertuju pada laut lepas dan pantai yang memanjang, mulai menampakkan sinar terang dari matahari yang seakan enggan untuk naik ke permukaan.
Meskipun hari ini ia yakinkan bahwa bukan hari terakhirnya di tempat Wang Yibo, namun ia tidak ingin meninggalkan tempat itu hari ini. Walau keduanya malam tadi tidur terpisah dengan kamar yang bersebelahan, ia merasa sudah memiliki kamar itu sebagai tempatnya. Tidak terlalu luas, juga tidak mewah. Semua hal di tempat itu sangat minimalis.
Cuaca dingin membuatnya malas untuk bergerak bangun, tempat itu menjadi lebih dingin setelah semalam diguyur hujan selama beberapa jam. Kepalanya sedikit berdenyut efek tidak tidur semalaman, hasilnya kini ia merasakan matanya sayu dan perih. Sesaat menghembuskan nafas sebelum menyibak selimut yang menutup kedua kaki. Namun satu suara diiringi ketukan di pintu membuatnya berhenti bergerak.
“Sean? Kau sudah bangun?”
“Hmm..” Sean hanya bergumam seraya menurunkan kaki.
Wang Yibo menggerakkan knop pintu, kini ia berdiri di ambang pintu, menatap Sean yang terduduk di tepi ranjang. Tetapi wajah layu pria manis itu membuatnya melangkah menghampiri.
“Kenapa matamu bengkak seperti ini? Kau tidak tidur?”
“Aku tidak bisa tidur.”
“Maafkan aku,” Wang Yibo duduk di sebelah Sean. “Kau tidak terbiasa tidur di tempat sempit seperti ini. Harusnya aku membawamu ke tempat lain yang lebih layak.”
“Tidak.. Bukan seperti itu..”
Sean membantah, tergesa menoleh dan menatap pemuda tampan yang begitu segar di sisinya.
“Lebih baik kau tidur sekarang,” tangan pemuda itu terulur mengusap sebelah pipi Sean. “Aku tidak ingin kau sakit setelah menginap di tempatku.”
“Eh – Yibo..”
Wang Yibo menekan kedua bahu Sean kembali berbaring dan menyelimuti tubuhnya.
“Tidurlah. Jangan memikirkan hal lain. Aku akan menyediakan makanan untukmu.”
“Tapi – “
“Tidak ada tapi. Istirahatlah. Setidaknya ketika Paul datang, kau sudah segar kembali.”
Mendengar hal itu, Sean teringat bahwa dirinya harus meninggalkan kafe itu hari ini. Berusaha menutupi perasaannya yang tiba-tiba melankolis, Sean menyunggingkan senyum tipis dan menganggukkan kepala. Menyaksikan pemuda tampan itu tersenyum dan berlalu dari kamar. Dia merasakan satu kesedihan melihat punggung pemuda itu menjauhi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐔𝐓𝐔𝐌𝐍 𝐋𝐞𝐚𝐯𝐞𝐬 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)
ActionKetika Sean menginjakkan kaki di kota Zhuhai, mimpi awalnya adalah demi memiliki kehidupan yang lebih damai dan bahagia. Tetapi nyatanya di sanalah semua kisah rumit berawal. Sean justru terlibat hubungan yang sulit dengan seorang anggota organisa...