Falling Leaves 30

1K 121 29
                                    

🍁 Happy Reading 🍁

🍂🍂🍂

Ciuman yang kembali terjalin itu nyaris meledakkan dada Sean, selain tubuhnya yang kini dihimpit tubuh kekar Wang Yibo, ia sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk menarik nafas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ciuman yang kembali terjalin itu nyaris meledakkan dada Sean, selain tubuhnya yang kini dihimpit tubuh kekar Wang Yibo, ia sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk menarik nafas panjang. Pakaian atasnya sudah terlempar entah kemana.

“Sebentar.. Yibo..”

Sean akhirnya bersuara diantara nafasnya yang tersengal setelah mendorong bahu Wang Yibo yang menekannya.

“Ada apa?”

Kening Yibo sedikit berkerut. Sebelah sikut menekan pada tempat tidur yang menjadi tempat mereka berbaring.

“Apa tidak ada yang melihat kita?” mata bening Sean menyapu seluruh kamarnya yang luas.

“Kenapa berpikir begitu?” Yibo tersenyum. Wajahnya kini mendekati leher Sean, menciuminya dengan bibirnya yang hangat.

Mata Sean terpejam, sesaat mengeluarkan desahan samar namun ia tetap berkata diantara rasa yang mulai membakar gairah.

“Apa mungkin ada yang memasang kamera? Bahkan – kau mengetahui apa saja yang kulakukan.”

Ia mendongak dan meremas rambut coklat Yibo, menikmati ciuman dan jilatan yang terus merangsang dirinya.

“Yibo..”

Pemuda itu berhenti dan kembali menghadap wajah Sean. Senyumnya terkulum.

“Kalaupun ada yang memasang, itu adalah aku.”

“Jadi kau – Hmmffpptt – “

Sesaat Sean menerima ciuman sebelum kembali mendorong bahu si pemuda.

“Kenapa lagi?” desis Yibo mulai tak sabar.

“Kau benar-benar mengawasiku? Itu melanggar privasi,” protes Sean.

“Tidak disebut melanggar. Aku hanya mengawasi pujaan hatiku.”

Sean mengulas senyum, alisnya terangkat dengan dugaan yang melambungkan perasaannya.

“Jadi pujaan hati yang waktu itu disebut Paul adalah diriku?”

“Bisa siapa lagi?”

Yibo sedikit bangun dan membuka kaos hitam yang melekat di tubuhnya. Ia hendak kembali menindih Sean sewaktu pria manis itu lagi-lagi menahan bahunya.

“Kalungmu bagus, unik,” Sean berkata seraya mengamati bandul kunci yang menggantung.

“Kau suka?”

“Hmm..”

Senyum Yibo merekah sambil menggerakkan tangan. Ia meloloskan kalung tersebut melewati kepala.

“Untukmu,” ia memasangkan kalung pada leher Sean setelah mengangkat sedikit kepala pria manis tersebut. “Kalung ini berisi kehidupanku. Sekarang, aku mempercayakan kehidupanku padamu.”

𝐀𝐔𝐓𝐔𝐌𝐍 𝐋𝐞𝐚𝐯𝐞𝐬 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang