🍁 Happy Reading 🍁
🍂🍂🍂
Jarum jam di dinding menunjukkan angka 11.00 AM ketika Sean tiba diantar Zhang Bin hingga di depan pintu kafe. Tangan polisi muda itu meletakkan koper milik Sean yang ia bawa dari bagasi mobilnya tadi."Benarkah tidak perlu aku jemput sore nanti?"
Sean mengangguk menanggapi pertanyaan Zhang Bin.
"Paul bilang akan menjemputku. Tenanglah."
Meski masih merasa enggan, tetapi Zhang Bin hanya bisa menghela nafas pasrah. Tangannya kini terulur mengusap kepala Sean kemudian turun membelai pipi.
"Kabari aku," ia mendaratkan kecupan di kening setelah berkata.
"Pasti," Sean tersenyum manis.
Zhang Bin menuruni tiga anak tangga, melambai pada Sean yang masih menatapnya kemudian berbalik dan berlalu dari halaman kafe.
Sambil menarik gagang koper, Sean mendorong pintu kaca yang tidak terkunci meski kafe itu belum membuka layanan untuk umum. Pria manis yang awalnya semringah itu kini sedikit mengernyit bingung sewaktu matanya bersirobok dengan sepasang mata milik Wang Yibo. Dia terheran-heran karena tatapan pemuda yang berdiri dibalik meja bar itu sangat menusuk, bibir mengatup rapat, jelas sekali raut muka itu menunjukkan kemarahan dan kekesalan.
Kenapa lagi dengannya? Baru juga tiba sudah disuguhi warna muka tidak menyenangkan..
Pemuda ini semakin membuatku penasaran..
Sean berusaha menampilkan senyumannya yang sempat pudar, bibir tipisnya baru saja terbuka hendak menyapa si pemilik kafe waktu suara berat Wang Yibo mengusik pendengaran.
"Kau berpacaran dengannya?"
Sekian detik Sean terbengong-bengong mendapati nada jengkel yang mengiringi pertanyaan tersebut. Kemudian ia tersadar, mungkin saja Wang Yibo melihat adegan di pintu. Menyaksikan Zhang Bin yang mengecup keningnya.
Merasa dirinya saat ini memang sedang berhubungan baik dengan Zhan Bin, Sean tidak mempunyai alasan untuk mengingkari hubungan mereka. Diiringi gumaman pelan, kepalanya mengangguk ringan tanpa menyadari kilatan yang begitu kentara di manik hitam Wang Yibo.
Rahang dan pelipis Wang Yibo berkedut gusar. Dia tidak menyadari saat ini tangannya memegang satu gelas kristal yang ia cengkeram dengan begitu kuat.
Sean terkesiap sewaktu mendengar bunyi pecahan gelas. Tergesa kepalanya melongok ke balik meja dan melihat gelas yang digenggam Wang Yibo pecah. Mata beningnya terbelalak karena pecahan kaca dari gelas itu menusuk telapak tangan si pemuda.
"Wang Yibo?! Kenapa denganmu?"
Pria manis itu meletakkan tas diatas koper, melangkah tergesa memutari sisi meja. Melihat darah yang menetes-netes dari telapak yang terluka, Sean memegang pergelangan tangan dan tanpa menggunakan pelindung, ia mulai mencabuti pecahan dari daging yang tertusuk.
Wang Yibo hendak menarik tangannya namun dipegang erat oleh Sean yang sedikit merundukkan wajah."Kau diam saja. Biar aku yang mengobati."
Ucapan Sean membuat Wang Yibo hanya membisu, mendiamkan pria manis itu membersihkan pecahan dari telapak tangan yang masih terus mengeluarkan darah. Melihat Sean menekan lembut telapaknya dengan handuk basah. Wajahnya sedikit mengernyit sewaktu cairan antiseptik ditekan-tekan menggunakan kapas pada lukanya yang terasa perih.
"Maaf," gumam Sean seolah ikut merasakan rasa perih yang diderita Wang Yibo waktu tangan dalam genggamannya sedikit menegang.
"Sebenarnya kenapa denganmu? Jangan karena memiliki kekuatan hingga kau bisa memecahkan barang yang bisa menyakiti dirimu seperti ini.." Sean melanjutkan sambil mengoleskan obat luka yang kembali membuat Wang Yibo mengernyit.
![](https://img.wattpad.com/cover/284655105-288-k917877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐔𝐓𝐔𝐌𝐍 𝐋𝐞𝐚𝐯𝐞𝐬 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)
AksiKetika Sean menginjakkan kaki di kota Zhuhai, mimpi awalnya adalah demi memiliki kehidupan yang lebih damai dan bahagia. Tetapi nyatanya di sanalah semua kisah rumit berawal. Sean justru terlibat hubungan yang sulit dengan seorang anggota organisa...