Falling Leaves 8

911 142 28
                                    

🍁 Happy Reading 🍁

🍂🍂🍂

Sepasang mata bening Sean mengerjap cepat menyaksikan pemuda yang semakin mendekat.

“Sean, kenalkan temanku, Wang Yibo.”

Kedatangan sosok tampan di dekat meja mereka sambil membawa dua cangkir berisi kopi yang mengepul disambut kalimat Paul.

Pemuda tampan itu meletakkan cangkir beserta tatakannya ke atas meja.

“Kalian nikmati minumannya. Aku tinggal sebentar,” Wang Yibo tersenyum, melirik pada Sean sekilas disertai anggukkan singkat.

Meskipun sedikit heran, namun Sean membalas senyuman dan anggukkan sang pemilik kafe.

Kenapa dia seolah tidak mau melihatku?

Diam-diam sudut mata Sean mengikuti berlalunya si pemuda yang menjauh. Entah kenapa dia merasa pemuda itu begitu luar biasa dan menarik namun diselubungi aura misterius. Satu rasa terdalam sedikit menggelitik hatinya sewaktu tatapan mereka sekian detik bertemu.

Mengikuti arah pandang Sean, Paul hanya menyunggingkan senyum.

“Temanku memang sedikit kaku, dingin dan tidak banyak bergaul dengan orang lain. Sedikit introvert. Jangan tersinggung,” ia berkata.

“Tidak apa. Itu wajar karena kita belum saling mengenal. Terutama dia harus melayani tamu lain.”

“Sebenarnya dia sosok yang baik. Kau akan tahu setelah mengenalnya.”

“Hmm,” Sean mengangguk setuju, meskipun tidak mau mengakui tapi rasa ingin mengenal itu muncul di hatinya. Tangannya mulai meraih gagang cangkir, merasa tergiur untuk menikmati kopi yang mengeluarkan aroma kuat dan mengundang selera. “Ini kopi andalan disini?” hidungnya mengendus penuh khidmat.

“Kopi Yunnan, kau tahu?”

“Ah – tentu saja. Kopi negeri sendiri tidak mungkin aku tidak tahu.”

“Tapi aku yakin kau lebih sering minum kopi jenis lain,” nada Paul sedikit menuduh.

“Terbawa pergaulan,” Sean membela diri, kembali menghirup kepulan yang mengeluarkan aroma buah-buahan.

Sedikit demi sedikit ia mulai mencicipi cairan pekat yang aromatik. Sean akui rasanya begitu memanjakan lidah, meskipun warnanya begitu hitam pekat namun sama sekali tidak pahit justru terasa manis dan menyegarkan. Terutama aromanya yang begitu khas dan sedikit memabukkan, bayangan pemandangan indah nan menghijau serta hamparan ladang kopi langsung tergambar di benaknya.

“Bagaimana rasanya? Sepertinya kau menikmatinya,” usik Paul, setengah geli melihat ekspresi Sean dalam menikmati kopi.

“Aku jadi membayangkan berjalan-jalan di ladang kopi,” Sean tersenyum.

“Kau bisa mengalaminya. Temanku bisa membawamu kesana.”

“Haha – jangan terlalu serius, jaraknya lumayan,” lagi Sean mengulas senyum. Melempar tatapan pada hamparan air laut di kejauhan.

Entah kenapa mendengar ucapan Paul yang bernada serius membuatnya sedikit tidak nyaman. Membayangkan perjalanan bersama seseorang seperti sosok pemuda tampan yang masih belum menghampiri mereka membuatnya merinding. Pemuda misterius itu memiliki aura yang nyaris melumpuhkan dirinya.

“Kenapa? Sepertinya kau ketakutan melihat temanku,” Paul kembali mengusik ketenangan Sean.

“Apa yang harus kutakutkan?” Sean tertawa kering. “Dia bukan seorang kriminal, bukan?”

𝐀𝐔𝐓𝐔𝐌𝐍 𝐋𝐞𝐚𝐯𝐞𝐬 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang