*16

5.3K 582 119
                                    

"Aku tidak mungkin melakukannya, aku tidak akan melakukannya", tolak Zayn tegas sambil menatap Niall tajam

Niall hanya mengangkat bahu. "entahlah", katanya

"Tidak mungkin aku melakukan perintah itu terhadap Azella. Ia punya Xavier dan Aku juga terikat pada Ariana"

"Kenapa kau mendramatisir begitu, Zayn? ini hanya ciuman biasa. Perintahnya tidak menyuruhmu make out dengan Azella", ujar Harry. Mungkin mudah baginya melakukan itu, karena memang benar katanya. Zaman sekarang ciuman bukan lagi arti cinta. Semua orang dapat melakukannya, dimanapun, kapanpun dengan siapapun.

"Zayn", Aku melihat Ariana menyentuh pelan lengan Zayn, gadis itu menatap Zayn dengan pandangan yang tidak aku mengerti. "Lakukanlah, benar kata Harry. Ciuman tak selalu berarti cinta. ini juga pembuktian apa yang janjikan itu benar, bahwa azella hanya masa lalumu"

Ariana mengatakannya dengan sangat pelan. Tapi entah kenapa aku dapat mendengarnya dengan amat sangat jelas. Rupanya gadis itu sudah tahu perihal hubunganku dengan Zayn.

"See, Ariana pun tidak mempermasalahkannya" ujar Eleanor. "kau yang terlalu berlebihan Zayn."

"Tapi bagaimana dengan Xavier dan Azella?" tanya Zayn.

Aku menatap Xavier cemas. Lelaki itu tersenyum padaku. "Aku percaya padamu" katanya sambil menggenggam erat jemariku.

Xavier belum tahu masa laluku dengan Zayn. Ia tak tahu betapa berpengaruhnya sentuhan zayn terhadapku. Ia tak tahu, mungkin hanya dengan ciuman ini aku kembali terlena. Dan benteng yang kubangun susah payah dapat runtuh seketika.

Tapi apa yang dikatakan Ariana benar. Aku tak bisa terus menghindar dan lari dari kenyataan. Akulah yang menyatakan bahwa kini aku dan Zayn hanya teman yang tak terikat apapun satu sama lain. Harusnya menempelkan bibirku dengan bibirnya tidak akan jadi masalah. Ini pembuktian, apakah memang aku sudah melangkah maju dan melupakannya.

"Ariana dan Xavier tidak ada masalah, so Zayn what are you waiting for?", tanya Louis.

Zayn menatapku dengan pandangan tak yakin, ia meminta perizinanku. Aku mengangguk kecil, meyakinkan diriku bahwa setelah ciuman ini tidak akan ada yang berubah.

Zayn memajukan duduknya mendekat padaku, Ia mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dariku.

Dadaku bergemuruh kencang. Memandangnya sedekat ini mengingatkanku pada masa lalu, Zayn menatapku dengan mata coklatnya yang begitu indah, yang begitu aku rindukan.

Tangan kanannya menyentuh pipiku lembut, "kau yakin?", ucapnya pelan, nyaris seperti berbisik.

Aku mengangguk kecil dan memejamkan mataku, memberi isyarat pada lelaki itu bahwa aku sudah siap.

Kupejamkan mata semakin erat, jantungku berpacu kian kencang saat kurasakan hembusan hangat nafas Zayn diwajahku, menandakan wajahnya kini begitu dekat denganku.

Detik berikutnya kurasakan kelembutan sentuhan di bibirku, tekstur bibir Zayn yang lembut dan berisi menekan bibirku lembut. Rasa manis dan hangat itu menjalar keseluruh tubuhku, membuat aku seakan ingin meledak karenanya.

Awalnya Zayn menciumku dengan kecupan-kecupan kecil dan irama yang perlahan, tetapi kemudian ia mengigit bibir bawahku, membuatku dengan refleks membuka mulutku dan lidah Zayn segera menerobos masuk dan menjelajahi seluruh rongga mulutku.

Ciuman kami semakin panas saat tangan kirinya menarik kepalaku lebih dekat padanya, memperdalam ciuman kami. Zayn terus melumat bibirku.

Aku tak lagi mampu berpikir logis. Satu tanganku terulur menyentuh pipinya, lalu pelipisnya dan berakhir dengan menyusupkan jemariku dalam helaian rambut hijamnya.

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang