*17

4.8K 577 72
                                    

Huai ketemu lg dengan , setelah sekian lamaa tak jumpaa. saya bawa chap baru untuk anda anda sekalian, silahkan dibaca...

(Zayn's Pov)

Aku menatap Ariana yang tertunduk. Ia memejamkan matanya dan raut wajahnya jelas menunjukan bahwa ia terluka.

Aku tahu, aku melakukan kesalahan saat ini. Kesalahan yang begitu fatal hingga membuat gadisku kini hanyut dalam lukanya. Tapi, tapi saat mencium Azella, aku merasa tidak ada yang salah. Segalanya terasa benar, terlalu benar hingga membuat kenyataan terasa menyakitkan.

"Ariana?", kupanggil namanya lembut.

Ia hanya diam. Aku menatap keempat temanku yang lain. Mereka hanya memandangku iba. Niall yang duduk di sebelahku menepuk pelan bahuku. Dan Harry bergumam tanpa suara meminta maaf.

"Ariana?", kusentuh pelan lengannya, tapi dengan gerakan lamban ia menepisnya.

Lalu Ariana membuka matanya dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. "Aku mau pulang", ucapnya pelan.

Aku mengangguk dan segera bangkit berdiri, aku ulurkan tangan untuk membantu Ariana berdiri, tetapi gadis itu mengabaikannya dan berjalan lebih dulu keluar rumah Niall.

"Sampaikan permintaan maafku pada Azella dan Xavier saat mereka sudah kembali dari toilet", pesanku pada Cana sebelum benar-benar keluar dari rumah Niall.

*******

Selama dalam perjalanan Ariana hanya diam, Ia bahkan tidak ingin menatapku. Gadis itu terus membuang pandangan kemana saja, asal tidak padaku.

Akhirnya aku memberhentikan mobil di sisi jalan, aku perlu bicara padanya agar keadaan tidak lagi keruh, agar semuanya jelas.

"Ariana", sekali lagi aku panggil namanya.

"hm?", hanya gumaman kecil sebagai jawabannya.

"Aku minta maaf, seharusnya dari awal aku memang tidak melakukan itu", ujarku penuh penyesalan.

Jika boleh berkata jujur. Aku terluka, aku juga menyesal. Bukan, bukan menyesal karena telah mencium Azella. Aku menyesal karena tidak pernah mampu menghapuskan bayang-bayang gadis itu dari hatiku. Bahkan hanya ialah satu-satunya gadis yang masih menempati relung hatiku yang paling dalam. Aku kecewa pada ketidak mampuanku itu, hingga menyebabkan banyak orang terluka. Ariana, Azella, Xavier bahkan diriku sendiri.

"Kau tidak perlu minta maaf, Zayn" Balas Ariana pelan, "Kau tidak salah, perasaan tidak pernah salah"

Aku tersentak dengan jawaban Ariana. Mungkinkah ia tahu bahwa, sisa-sisa rasa untuk Azella masih ada dan terus ada?

"Ariana, itu tidak seperti yang kamu pikirkan", senggahku.

Akhirnya kedua iris coklat itu menatapku dengan linangan air mata yang siap jatuh kapan saja.

"Jujurlah Zayn", ucapnya pelan. "Jika memang tidak bisa padaku atau siapapun, setidaknya jujurlah pada dirimu sendiri"

"Aku tidak mengerti"

Satu tetes air mata kini mengalir dipipinya, "Kau sudah tahu itu, tapi kau terus berpura-pura buta. Akuilah, setidaknya pada dirimu sendiri" lanjutnya dengan suara yang mulai bergetar.

"Ariana, aku mohon"

"Sehingga dengan begitu, tidak akan seperti ini akhirnya, tidak akan banyak yang terluka". Ia terus berkata, Ariana tak mendengarkan ucapanku.

"Ariana, kau tahukan aku selalu jujur padamu, jadi aku mohon hentikan omong kosong ini", kini aku memohon padanya.

Ia menggeleng. Air mata semakin banyak mengalir dari kedua mata coklatnya. "Jujurlah, Akuilah bahwa, kau masih mencintai Azella. Bahkan cinta untuknya jauh lebih besar dari pada untukku, kan?"

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang