*14

4.6K 533 25
                                    

gue terharu sama semua support yang kalian kasih buat gue, makasih banget yaa, kalian semua bener, gak semestinya gue nyerah gitu aja sama cerita yg tokoh2 udh gue sayang banget bahkan kayak anak gue sendiri contohnya azella bahkan Zayn. gue emng ga pernah nganggep Zayn bukan lagi bagian dari 1D, sampai kapanpun itu. dan berkat kalian gue usaha buat bikin chap ini. maaf kalau setelah ini gue bakal jadi slow update. maaf yaaa. gue sayang kalian semua. jadi gue pertahanin ini cerita juga untuk kalian semua. so ini dia lanjutannya. maaf kalau kesannya maksa. maklumin aja yaaa...

***

Aku menatap pantulan diriku di cermin, aku tahu aku tampak luar biasa dengan gaun panjang cantik yang menjuntai hingga menyapu lantai dan dengan riasan manis di wajahku serta tatanan rambutku.

Tapi kenapa aku merasa gelisah, tidak yakin dengan pertunangan ini. Sesuatu ada yang salah, dan aku tahu apa itu.

Aku memejamkan mataku. Merasakan desiran perih di hatiku ketika bayangan dia memenuhi pandanganku dengan latar belakang hitam. Tapi bukan dia yang akan berdiri di sisiku nanti. Bukan dia yang akan memakaikan cincin pengikat di jari manisku. Bukan dia yang akan jadi tunanganku.

Aku segera membuka mata ketika terdengar suara ketukan di pintu ruang riasku ini.

"Azella, kau sudah siap?", suara Cana terdengar di balik pintu. "Acara sudah dimulai dan kini waktunya kau dan Xavier keluar"

Aku membukakan pintu dan mendapati Cana yang tampak sangat manis dengan gaun lavender selututnya.

"Kau cantik sekali, Ella", Cana menatapku dengan binar dimatanya. membuatku tersipu.

"Kau juga", balasku.

"Ayo kita pergi, Xavier sudah menunggu di dekat tangga" Cana mengulurkan tangannya padaku lalu membimbingku menyusuri lorong rumah Xavier yang besar.

Xavier benar ada di dekat tangga. Menunggu aku untuk turun menemui para undangan bersama. Saat berhadapan dengannya aku tahu aku merona. Xavier tampak begitu tampan dengan setelan tuxedo hitamnya yang mewah. Tangan kokohnya terulur kepadaku, aku menyambutnya dan kami melangkah bersama menuruni tangga.

Aku tahu, diantara banyaknya undangan yang hadir. Dia ada disana.

***

Zayn's POV

Aku menatapnya tanpa bisa berkedip saat ia menuruni tangga dengan begitu anggunnya disisi lelakinya. Azella tampak luar biasa cantik dan aku menahan desakan untuk menyentuh wajahnya dan mengatakan betapa aku menginginkan dia saat ini. Dan Ariana benar-benar hilang dari pikiranku.

Azella tampak bahagia, menyalami para tamu dan tertawa ringan. Mungkin memang benar. Aku bukanlah yang terbaik untuknya.

Lampu tiba-toba mati dan ruangan menjadi gelap selama berapa saat.

"Zayn?" Panggil Ariana sambil merapatkan dirinya padaku, aku merangkul bahunya dan tak lama menyala ah lampu sorot yang meyoroti kedua pasangan berbahagia itu.

Terdengar suara microphone diketuk lalu pembawa acara mulai membacakan sambutan hingga akhirnya acara utama itu di mulai.

"Untuk mengikat hati kalian hingga ke jenjang pernikahan nanti, silahkan kedua belah pihak memasangkan cincin di jari pasangannya" Beritahu pembawa acara ini.

Seketika nafasku terasa sesak dan jantungku seakan berhenti berdetak. Ini dia. Setelah ini, Azella milik Xavier bahkan dengan ikatan yang lebih kuat dari pada aku dan gadis itu sebelumnya. Hatinya telah terikat dan aku tak tahu harus bagaimana.

Xavier memasangkan cincin dari dalam kotak yang di pegang Cana yang berdiri di sisinya pada jari manis Azella. Tatapan matanya teduh dan mereka berdua tersenyum bahagia. Azella melakukan hal yang sama pada Xavier dan setelah itu, aku merutuki diriku yang menyaksikannya.

Xavier menarik Azella dan menciumnya dalam. Tangan kanan Xavier berada di kepala Azella dan tangan kirinya di pinggang gadis itu. Azella meletakan kedua tanganya di dada Xavier dan ciuman mereka semakin lama semakin panas.

Dadaku luar biasa sesak dan hatiku terasa benar-benar nyeri. Bukankah kau sudah mempersiapkan diri untuk ini Zayn? Sejak kau berdiri di hadapan big ben dan memutuskan untuk melupakan gadis itu, bukankah kau seharusnya sudah tidak peduli?

Tapi aku peduli. Dan aku merasa tersakiti. Maka aku segera berbalik. keluar dari ruangan ini dan berdiam diri di halaman rumah Xavier. mencoba mencari udara segar.

"Zayn?" Aku merakan sentuhan lembut di lenganku dan mendapati Ariana yang menatapku sendu. Ada apa dengan dia?

"Kau kenapa, Zayn?" tanya Ariana dengan suara lemah. "Acaranya belum selesai"

"Di dalam terasa pengap" jawabku berbohong. "aku butuh udara segar"

"Benarkah?", Ariana menatapku dengan matanya yang tampak bertambah sendu. "Bukan karena Azella?"

Aku tersentak mendengar pertanyaannya dan langsung menatap Ariana tak percaya.

"Zayn" Panggilnya lirih. Ariana menatapku dengan pandangan memohon dan sorot sedih. "Siapa Azella bagimu?"

*****

Azella's POV

Aku mencari-cari sekeliling ruangan, tapi aku tidak mendapatinya dimanapun. Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan ini, seharusnya aku menemani Xavier yang tengah mengobrol dengan teman-temannya.

Aku bertemu dengan Niall, Harry, Louis dan Liam. tapi tidak ada Zayn. Dimana dia? padahal sesaat sebelum acara pemasangan cincin aku masih bisa melihatnya di sekitar sini tapi kemudia ia menghilang setelah ciumanku dengan Xavier.

Mungkinkah?

Mungkinkah Zayn masih... ah tentu saja tidak. Ia sudah punya Ariana dan sikapnya juga telah meyakinkan aku bukanlah siapa-siapa lagi baginya.

Aku sampai di depan pintu dan berniat mencari Zayn di luar, entah kenapa tapi aku ingin melihatnya, melihat Zayn dalam balutan tuxedo selalu membuat debaran menyenangkan dalam dadaku.

Baru saja tanganku menyentuh handle pintu aku merasakan tepukan lembut di bahuku.

"Azella" panggil Xavier, aku berbalik dan tersenyum padanya. "Ada yang ingin aku kenal kan padamu, ayo" Xavier menarik tanganku dan membawaku kembali masuk kedalam keramaian para tamu undangan.

Zayn dimana ia berada? Apa ia tengah bercumbu mesra dengan Ariana? jika ya aku bersyukur tidak lagi menyaksikannya.

*****

Maaf ya kalau kesannya dipaksakan dan alurnya terlalu cepat. gue bikin ini karena ga enak sama semua komen kalian yg udah bikin aku semangat, jadi sebelum gue memutuskan untuk break dari ff ini sementara gue kasih kalian lanjutannya sedikit

Jadi gue udah mutusin bakalan lanjutin terus ff ini tapi engga sekarang-sekarang. gue butuh waktu buat break dulu dari ini. Pas nulis ini aja gue sedih dan akhirnya jadi berantakan gini chapnya. gue gak mau kalau gue maksa nulis ceritanya malah jadi ngawur dan ga seru lg. Jadi mohon penertiannya.

Tapi gue gak sepenuhnya berhenti nulis. Gue mau mulai nulis fiction remaja biasa tanpa ada bumbu 1d di dalamnya. Itu untuk nenangin gue dan mungkin bisa ngehibur kalian. semoga kalian mau baca. Ada yang minat? Kalau ada bakal gue post beberapa chap yg udh ada di draft.

Semoga ada yang mau baca yaaa...

Saat waktunya udah tepat dan gue udh siap gue bakal lanjut rewind. doain aja ya gak lama-lama... Sampai ketemu lagi di cerita gue lainnya atau nanti buat yg setia nunggu di updatan rewind selanjutnyanyaaa...

p.s: Thanks ya buat sekua support kalian. gue sayang banget sama para reders kece gue inii muachhhh :*

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang