*11

5.7K 578 28
                                    

(Zayn's Pov)

Apa yang aku lakukan! Stupid you Zayn!

Aku terus mengutuk diriku sendiri dengan kalimat yang sama berulang ulang atas kebodohan yang baru saja aku lakukan. Hal fatal yang mungkin mampu menghancurkan semua yang telah aku miliki, telah aku jaga baik-baik.

Tapi ketika tubuh mungil itu bersandar padaku, melingkarkan lengannya pada tubuhku, dan ia terasa begitu dekat. Aku tidak mampu menolak dorongan untuk balas memeluknya, memilikinya dalam rengkuhanku.

Saat aroma tubuh dan kehangatannya memenuhi kepalaku, aku merasa semuanya terasa benar, semua yang aku inginkan, aku harapkan selama 2 tahun belakangan ini, keinginan dan harapan yang aku kubur rapat-rapat demi Ariana, dalam pelukan singkat itu kembali membumbung tinggi. Kepulangannya.

Meskipun aku tahu ini salah, tapi aku tak mampu memungkiri bahwa, saat aku berada begitu dekat dengannya. Aku merasa seperti kembali pulang. Terasa hangat dan begitu nyaman.

"Arghtt!" Aku mengacak-acak rambutku frustasi, lalu memukul setir mobil sebagai pelampiasan kekesalan atas ketidak bedayaanku dihadapan gadis itu, Azella.

Ketukan pelan di kaca di sebelahku membuatku menengok dengan segera.

"Zayn, You're okay?" Suara Ariana terdengar samar dalam mobil yang tertutup ini. Aku segera menurunkan jendela.

Wajah Ariana terlihat begitu cemas, bagaimanapun aku takkan menyalahkannya. Aku tahu aku terlihat sangat kacau sekarang.

"Aku mencarimu kemana-mana" Beritahunya. "Apa yang terjadi?"

Aku mengeluarkan tanganku lewat jendela untuk membelai pipinya. "I'm okay, bisa kita pulang sekarang?, barusan Mom menelfonku ia bilang Safa sakit" Dustaku padanya.

"Oh, I'm so sorry, Zayn" Ariana menggenggam erat tanganku yang barusan membelai pipinya.

"No prob, bisa kita pulang sekarang?" Tanyaku mengulangi. Gadis itu mengangguk dan berjalan memutar untuk memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang di sebelahku. Lalu aku melajukan mobilku, meninggalkan tempat dimana gadis itu berada.

***

(Ariana's Pov)

"Kau yakin, kau tidak apa-apa?" Aku bertanya pada Zayn sekali lagi untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja, karena bagaimanapun wajah Zayn tampak pucat dan berkeringat.

Ia tersenyum dan mengangguk.

Aku masih menatapnya ragu. Pikiranku mulai mengarah ke arah negatif, akhir-akhir ini Zayn sering tampak pucat dan tidak sehat.

"Kemarilah" Zayn meraih kepalaku dan menariknya lembut. Ia mengecup pelan dahiku. "Sekarang masuklah, kau juga harus beristirahat" Katanya

Aku menatapnya sejenak sebelum mengangguk, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Aku melambaikan tangan saat mobil Zayn keluar dari perkarangan rumahku dan melaju diatas aspal.

Beep.. beep...

Aku merasakan getaran ponselku pada saku kanan hot pantsku. Aku membukanya dan mendapati pesan bahwa baju laundry ku sudah siap untuk diambil.

"Maaf Zayn, tapi aku rasa belum bisa beristirahat sekarang" Kataku, lalu berjalan memasuki mobilku dan membawanya melaju diatas aspal.

***

Lonceng kecil pada bagian atas pintu toko buku berdering saat aku memasukinya. Aku memutuskan untuk mampir sebentar di toko buku ini sehabis mengambil pakaianku dari laundry.

"Ariana?" Suara melengking khas anak-anak memanggilku saat aku tengah melihat-lihat buku tentang filosofi. Aku beralih pada sumber suara.

"Safaa?!" Tanyaku setengah tak percaya dan terkejut.

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang