**1

8.2K 630 80
                                    

duuh gue terharu sama semua komen kalian, berkat itu maka jadilah chap pertama dari counting stars...

enjoyy...

~~~~~*****~~~~~

Aku menatap keluar jendela pesawat. Awan-awan putih bergulung memenuhi pandangan. Aku melamun lagi, memikirkan saat terakhir kali aku naik pesawat untuk datang ke London. saat itu kau ada untuk menyambut, menyerukan namaku dan membawaku dalam pelukan mu. Tapi kini, aku tahu kau takkan ada, meskipun aku terus berdoa.

Satu minggu telah berlalu sejak keputusan papa memberangkatkan aku ke London bersama Xavier. Aku menoleh ke tempat duduk di sampingku, Xavier sedang asik mendengarkan musik sambil bermain game dari psp-nya. Aku tersenyum. Anak ini memang tak pernah berubah. Pikirku.

Aku menghabiskan sisa perjalanan dengan tertidur, mendengarkan musik atau mengobrol dengan Xavier hingga penerbangan selama 12 jam itupun berakhir.

Saat pintu pesawat terbuka, para penumpang yang lain dengan sigap berjalan keluar sambil membawa koper mereka, sedangkan aku masih terdiam. Merasakan perutku seperti dipelintir, seketika tanpa aba-aba semua kenangan membanjiriku. Udara London, Aroma London,  Aksen British yang terdengar sayup-sayup. Semuanya mengingatkanku pada dirimu.

"Azella, kau baik-baik saja?" Aku merasakan tepukan di bahuku, seketika aku sadar dari lamunan.

"hah?"

"Wajahmu tampak pucat, kau sakit?" Tanya Xavier sambil meletakan tangannya di keningku.

Aku tersenyum. "aku baik-baik saja. Ayo keluar dari sini" Kataku, sambil berusaha keres merendam detak jantungku yang tak karuan.

Meskipun aku tahu ini mustahil tapi aku tak bisa memungkiri bahwa sebagian besar dari hatiku berharap.

Kau ada di luar sana untuk menyambutku.

~~~~~****~~~~

Jalanan London tampak senggang akibat hujan deras yang tiba-tiba saja turun. Aku menatap keluar dari jendela mobil Audi perak Xavier yang di dikendarai supirnya.

Hujan membuat kota cantik ini tampak muram, membuatnya seakan berwarna ke abuan. Persis dengan perasaanku seiring dengan laju mobil kami.

Ketika mobil kami melintasi big ben. Aku mendongak menatap longkaran jam besar itu yang basah tergerai hujan. Senyum sendu terukir di wajahku. Mengingat ketika pertama kali jam besar itu menjadi saksi bisu pertemuan pertama kita.

Rumah Xavier terletak di daerah dekat dengan Buckingham palace. Agak jauh dari big ben. Dan rumahnya luar biasa besar. Nyaris seperti istana.

Dari halamannya yang luas dan tertata rapi, Big Ben tidak dapat terlihat karena terhalangi beberapa bangunan pencangkar langit.

Aku mendesah lega. mungkin aku masih membutuhkan waktu untuk aku mampu melihat big ben tanpa mengigatmu. Batinku.

"Jangan hanya berdiri di halaman di tengah hujan deras, Ella" Aku merasakan Xavier berdiri di belakangku sambil memegang payung yang melindungi kami dari hujan.

Aku menunduk, merasakan kenangan memenuhi otakku. memikirkan saat pertama kau menyerahkan payung padaku saat pertama kali kita bertemu.

"Ella, ayo. Udaranya dingin sekali diluar, ayo masuk!" Aku merasakan tangan Xavier menarik pergelangan tanganku. Menuntunku menuju rumah.

Aku hanya tersenyum. Membiarkan Xavier membimbingku.

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang