*12

5.9K 582 87
                                    

Ternyata udah sebulanan gue ga muncul disini, kangen gue ga? pasti engga lah, gua sadar diri. Karena rasa bersalah gua yg lama ga update, akhirnya gue bikin part ini panjang uat you you pada. Yaudahlah langsung aja...

Enjoy the story.

(Zayn's Pov)

Aku segera merebahkan diriku pada sofa ruang keluarga ketika tiba di rumah, kepalaku terasa berdenyut-denyut dan aroma khas Azella anehnya masih melekat dengan jelas dalam penciumanku. Aku memejamkan mataku sambil memijat-mijat ringan pelipisku. Ini gila, semua yang berhubungan dengan gadis itu selalu membuatku gila.

"Zayn" Panggilan kecil itu membuatku kembali membuka mataku dan menemukan Safaa yang berdiri di sisiku.

"Ada apa?" Tanyaku lembut padanya, aku mendudukan tubuhku dan bersandar pada sofa.

"Barusan aku bertemu dengan Ariana di toko buku, ia menitipkan ini padaku" Safaa menyerahkan sebuah kartu ucapan kecil.

"Tunggu... Kau bertemu Ariana?" Aku memastikan pendengaranku tak salah. Jika memang Safaa bertemu dengan Ariana. Tamatlah sudah riwayatku.

"hu-um" Gumam Safaa mengiyakan sambil menganggukan kepalanya kecil. "Ada apa?" Tanyanya, "apa kau bertengkar denganya?"

Aku menggeleng, "tidak ada apa-apa" Aku mengambil kartu ucapan itu dari Safaa, lalu tersenyum simpul padanya, memberitahunya bahwa ia bisa meninggalkanku sendiri sekarang.

Safaa balas tersenyum padaku sekilas sebelum berlari kembali ke lantai atas. Aku membuka kartu ucapan kecil itu, mendapati tulisan: Get well really soon.

Aku menghela nafas, Ariana menyindirku atas kebohongan payah yang kukatakan padanya. Kepalaku kembali berdenyut-denyut dan kali ini makin parah. Aku kembali memijat pelipisku.

Aku harus menghubungi Ariana, setidaknya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Aku harus jujur padanya jika aku masih ingin hubunganku dengannya berjalan lancar. Aku yakin Ariana pasti mengerti.

Aku mengetikan nomernya pada ponselku yang sudah kuhafal di luar kepala. Hingga nada sambung ketiga barulan Ariana menjawab.

"Zayn?" Suaranya terdengar cemas, membuatku semakin gugup.

"Ariana, aku bisa je--"

"Aku tahu, Zayn" Ujarnya memotong ucapanku.

Aku mengerutkan keningku, Dia tahu?

"Aku tahu kau hanya tidak ingin membuatku cemas kan, makanya kau berbohong mengatakan bahwa Safaa yang sakit bukanya dirimu" Ariana mengucapkannya dengan begitu lembut.

Aku bimbang bagaimana harus meluruskan ini, separuh diriku lega karena ia tidak berpikiran yang aneh-aneh. Tetapi separuh lagi merasa bersalah jika tidak memberitahu dia yang sebenarnya.

"umm.. iya" Akhirmya aku kembali memilih untuk berbohong.

"Kau tahu Zayn, kau tidak perlu merasa khawatir kau membuatku cemas, aku ini pacarmu, aku akan selalu ada padamu disaat senang maupun susahmu" Katanya dengan nada paling lembut yang pernah ia gunakan. "Saat kau sakit, aku akan merawatmu, saat kau sehat aku akan menjaga kesehatanmu, saat kau tertekan aku akan memberimu support. Aku akan selalu ada untukmu"

Perkatanya yang terdengar begitu tulus dan penuh kasih sayang membuatku kembali merasa bersalah. Disaat Ariana mencemaskanku, pikiranku malah di penuhi dengan gadis lain. Pacar macam apa aku ini.

"ya, terimakasih" Hanya itulah yang bisa aku katakan saat ini.

"Banyaklah istirahat Zayn" Nasihatnya lagi. "Hubungi aku lagi saat kau sudah merasa lebih baik"

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang