Epilog

5.6K 622 88
                                    

Zayn's Pov.

"Ayo bu, dorong", ucap seorang dokter perempuan berulang kali pada Azella.

Aku dengan perasaan tegang sekaligus cemas berdiri disisinya. Kutatap khawatir wanitaku yang tengah berumuran peluh.

Azella mengerang lagi selagi ia mendorong lebih kuat. Terkadang ia menjerit kesakitan yang membuatku ngerti atau mencakar-cakar lenganku bahkan menancapkan kuku-kukunya pada permukaan kulit lenganku.

"Ayo sayang, kamu pasti bisa", kataku memberi semangat padanya yang tengah mempertaruhkan nyawanya untuk membawa buah hati kami ke dunia ini.

"Sedikit lagi, bu" kata dokternya. "Dorong sedikit lagi, kepalanya sudah terlihat"

Azella kembali mengerang. Peluh kembali bercucuran bahkan air mata mengalir di sisi wajahnya.

Sebenarnya aku tidak tega melihat Azella seperti ini, andai saja rasa sakit yang ia alami ini bisa dipindahkan padaku, biar aku saja yang menanggungnya.

Ketika akhirnya suara tangisan bayi terdengar, Azella menghela nafas dan tersenyum sambil menitikan air mata.

"Selamat bu, pa anaknya perempuan", kata dokter tersebut sambil menggendong bayi yang masih berumuran darah.

Lalu dokter tersebut menyerahkan buah hatiku kepada seorang suster untuk dibersihkan.

Azella masih saja tersenyum memandangiku takkala dokter membersihkan sisa-sisa melahirkan pada dirinya.

"Sakit?", Tanyaku sambil tersenyum hangat.

Azella kembali menitikkan air mata dan mengangguk. Kuulurkan tangan untuk meraih jemarinya. Kugenggam erat dan ku kecup lembut jemarinya yang panjang dan kurus.

"Terimakasih", kataku lembut.

Azella kembali hanya bisa mengangguk sambil menatapku hangat. Menatapku dengan binar cinta yang selalu mampu membuatku merasa menjadi orang paling bahagia di dunia.

Suster yang barusan keluar kembali masuk dengan bayi yang masih merah dalam gendongannya.

"Bayinya cantik sekali, seperti ibunya", ucap suster itu sambil menyerahkan bayi mungil itu kepadaku.

Dengan hati-hati aku mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya dalam gendonganku. Kuperhatikan wajahnya yang begitu polos. Rambutnya hitam sepertiku tapi mata berwarna biru es seperti Azella. Akhirnya air mata itu menetes dipipiku. Air mata haru dan bahagia melihat malaikat kecilku yang telah lahir di dunia.

"Dia cantik sekali", kataku pada Azella hanya terus tersenyum dengan air mata yang mengalir.

"Siapa namanya pak?", Tanya suster itu yang tersenyum haru padaku.

"Lavender, namanya Lavender" aku kembali menengok kepada Azella. "Kau setuju, sayang?"

Azella mengangguk. "Nama yang cantik", ucapnya pelan.

Aku kembali memandang malaikat kecilku. Malaikat cantik dan yang memiliki cahaya yang lembut. Seperti bunga Lavender.

Aku menyerahkan Lavender pada Asella yang segera memberikan ASI. Wajah Azella begitu damai memandangi buah hati kami.

"Lavender", panggilnya pelan. "Cantik seperti Lavender".

Aku menandangi kereka penuh haru, air mata itu kembali menetes.

Tuhan, terima kasih karena telah menghadirkan dua malaikat paling berarti dalam hidupku.

Aku bersumpah dengan seluruh nyawa dalam diriku. Aku akan terus mencintai dan menjaga mereka. Aku bersumpah takkan pernah menyakiti mereka dan akan terus membuat mereka bahagia.

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang