Prologue

17.4K 798 60
                                    

Aku menatap hamparan rumput hijau di halaman megah rumah Xavier--sahabatku--pikiranku melayang, aku mendesah. Meletakan tangan di daguku, menompangnya.

sudah dua tahun berlalu. Pikirku

Tahun telah berganti. Kini kalender telah menunjukan tahun 2015, Sedangkan kenangan kita masih tersimpan rapi di 2013.

Aku tersenyum simpul, merasa bernostalgia dan bertanya-tanya. Seandainya aku bertemu lagi dengamu.

Tepukan di bahu kananku berhasil menarikku kembali dari lamunan. Aku menoleh dengan malas kebelakang, menemukan Xavier yang tengah berdiri dengan cengiran lebar dan sepiring cookies.

"Boleh aku bergabung dengan kesendirianmu, nona?" Tanyanya dengan nada dibuat-buat.

Aku memutar bola mataku, senyum kecil terukir di wajahku. Aku menangguk lalu kembali menatap hamparan hijau lestari di hadapanku.

Xavier duduk di kursi di sampingku. Ia meletakan piring berisi tumpukan cookies diatas meja lalu mengambil satu dan memasukkannya ke mulutnya. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"tidak ada"

"aku tahu kau berbohong"

"yeah" Jawabku malas. Tapi Xavier tidak merasa perlu tahu apa yang sedang aku pikirkan. Itulah Xavier. Bukan orang paling ingin tahu di dunia ini.

Xavier DeRayneel. Seorang anak pengusaha sukses yang sangat kaya, teman ayahku. Aku dan Xavier sudah lama bersahabat. Lebih lama dari yang bisa ku ingat. Mungkin sejak umurku 5 tahun. Tapi persahabatan kami terputus karena ia pindah ke Inggris satu tahun sebelum menghilangnya orang tuaku waktu itu.

Xavier masih tinggal di Inggris. London tepatnya, dirumah besarnya yang lain sendirian, Ia hanya berkunjung ke Paris untuk liburan di rumah orang tuanya uang besar ini, sekaligus untuk membicarakan sesuatu. Sesuatu antara aku dan Xavier.

"oi, Azella"

"hm?" Jawabku malas.

"menurutmu apa yang sedang ayahku dan ayahmu bicarakan?" Tanyanya.

"entahlah"

"Memangnya masih ada yang harus di bicarakan? kita kan sudah tahu mengenai hal itu" Xavier menatapku dengan pandangan penuh rasa penasarannya.

Aku tersenyum. "Sejak kapan kau punya rasa ingin tahu?" Tanyaku, separuh meledeknya.

Xavier berdecak. "Lupakan. Kita akan tahu pada akhirnya juga" Ujarnya datar.

~~~~~****~~~~~

Aku menatap ayahku yang duduk di hadapanku, Disebalahnya ada Mr. DeRayneel. Ayah Xavier. Di belakang mereka berdiri ibuku dan Mrs. DeRayneel. Sedangkan Xavier duduk di sampingku. Kami semua ada di ruang makan yang sangat luas di kediaman Xavier, yang sekarang tengah digunakan sebagai ruang diskusi anatar keluarga.

Ayahku tersenyum. "Aku, Ibumu dan orang tua Xavier sudah memutuskan..."

Aku hanya diam, menunggu Papa melanjutkan kata-katanya.

"bahwa kau akan pindah ke London, dan tinggal bersama Xavier disana"

"APA?!" Awalnya ku pikir pekikan itu berasal dariku, ternyata bukan. Xavierlah yang memekik.

Aku memandang papa dengan pandangan tak percaya. Mulutku sedikit terbuka, sedangkan Xavier jelas-jelas telah membuka mulutnya sepenuhnya.

"Papa, kau serius?" Tanyaku, saat aku sudah pulih dari keterkejutan. Hampir pulih.

"Tidak pernah lebih serius dari ini" Jawab Papa dengan senyum manis di wajahnya.

"Bagaimana dengan kuliahku?" Tanyaku tak percaya pada Papa.

Rewind || z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang