CHAPTER 1

12.1K 447 120
                                    

••••

"Ini di perpus, kok ngerokok? kan ga boleh. Rokok ga baik loh buat kesehatan, mending makan permen aja. Aku ada permen nih mau gak?" Boneka mengeluarkan permen yang ada di sakunya lalu memberikannya pada lelaki urakan itu.

Apa-apa gadis ini? Memangnya siapa dia sampai memperingatinya begini? "Terserah Gue. Jangan sok ngatur-ngatur. Dan Gue ga butuh permen dari Lo."

Lelaki itu terlihat tidak peduli pada peringatan Boneka dan melanjutkan menghisap rokok di tangannya. Untung saja sekarang ini perpustakaan sepi, dan petugas perpustakaan entah kemana, menyisakan mereka berdua saja.

"Dih, dibilangin malah ngeyel." Boneka memasukkan kembali permen pada saku roknya.

Boneka heran kenapa lelaki seperti ini bisa masuk ke sekolah yang terkenal dengan kedisiplinannya.

"Kamu Kilat, kan?"

Kilat hanya menatap Boneka dengan ekspresi datarnya, ia malas untuk menggerakkan bibirnya dan memilih untuk menunggu perkataan selanjutnya dari gadis itu.

Merasa tak ada jawaban dari Kilat, Boneka menghela napas sabar. Dalam hatinya ia memaki Kilat yang menurutnya tidak sopan. Kilat mempunyai mulut untuk sekedar membalas ucapannya, tapi kenapa lelaki itu tidak menggunakannya dengan baik? jika tidak bisa menggunakannya lebih baik Kilat menjadi batu saja yang selalu diam, benar kan?

Boneka mengulurkan tangannya pada Kilat, ia memamerkan senyum pepsodentnya. "Kenalin, Aku Boneka."

Kilat tertawa mendengar nama yang menurutnya sangat aneh. Boneka? itu kan mainan anak perempuan.

Kedua alis Boneka mengernyit, kenapa lelaki itu tertawa? apa ada yang lucu?

Kilat meraih tangan Boneka yang masih terulur. "Gue bukan Kilat. Kenalin, Gue Robot," ujar Kilat terkekeh geli.

Boneka dengan cepat menarik tangannya kembali. "Loh? Kamu bukan Kilat? maaf ya Robot. Aku salah orang, aku pergi dulu ya." Boneka langsung melangkah pergi meninggalkan Kilat yang melongo dibuatnya.

Kenapa gadis itu langsung pergi setelah ia mengatakan namanya bukan Kilat melainkan Robot? apa gadis itu benar-benar percaya namanya itu Robot? Kilat rasa gadis itu benar-benar Freak.

Apa tadi itu memang benar namanya? Boneka? apa benar ada yang menamai anaknya dengan nama Boneka?

Kilat mengabaikan pikiran tak bermutu itu. Ia menyandarkan kepalanya pada rak buku, lalu menutup matanya rapat, matanya sangat terasa berat hari ini.

••••

"MORAAAA."

Dengan refleks Amora menutup kedua telinganya, melindungi mereka dari teriakan maut Boneka. "Ya ampun Bon, berisik!"

"Boneka, kalo manggil Amora ga usah pake teriak bisa? telinga Kita semua sakit. Boneka mau tanggung jawab kalo telinga Kita rusak?" ucap Oki yang disetujui oleh anak-anak kelas 11-2.

"Hehe... maaf ya semua. Boneka janji ga bakal teriak lagi."

"Kalo sampe teriak lagi kita pindahin Boneka ke kelas sebelah. setuju gak guys?" ancam Oki menakut-nakuti Boneka.

Dengan lantang semua teman sekelasnya menjawab. "SETUJUUU."

"Jahat banget Kalian sama Boneka. Ini namanya diskriminasi! Kalian ga boleh gitu sama Boneka yang cantik dan imut ini."

Mereka berpura-pura muntah saat Boneka dengan percaya dirinya mengatakan dirinya sendiri cantik dan imut, ya walaupun itu adalah kenyataan tetap saja mereka enggan mengakuinya karena Boneka akan semakin besar kepala jika dipuji.

Boneka Kilat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang