Amora sudah berjanji untuk memastikan kebahagiaan Boneka, dan untuk itu, tidak boleh ada yang menyentuh sahabatnya.
Amora datang ke club, ia tidak akan membiarkan Nara mengganggu Boneka terus-menerus.
Amora mencari-cari Nara, tanpa bertanya pada siapapun Amora menyelusuri seluruh Club. Tepat setelah ia melihat mantan temannya, Amora menghampiri Nara, ia menarik lengan Nara keras dari duduknya.
"APA-APAAN SIH LO!" sentak Nara tak terima pada tindakan Amora.
Amora menarik rambut panjang Nara keras sampai perempuan itu mendongak dan meringis sakit. Akibat keributan yang disebabkan Amora, banyak pengunjung club tertarik untuk menonton mereka.
"Nara, gue udah bilang ke lo kalo Boneka itu sahabat gue."
Dalam keadaan kesakitan pun Nara tetap membalas perkataan Amora dengan tatapan tajam. "Ya terus?"
"Langkahin dulu mayat gue."
Amora menghempaskan jambakannya ke bawah hingga Nara tersungkur ke lantai. Amora mengambil sembarang minuman beralkohol lalu menyiramkan pada tangannya. "Sial, tangan gue jadi kotor pegang rambut lo."
Melihat Nara yang terpaku diam sambil menunduk membuat Amora bosan dan memilih untuk pulang.
"Udah gitu aja?" celetuk seseorang.
"Lo mau gimana? mau gue ribut sama dia?" tanya Amora sambil menunjuk Nara.
Orang itu secara refleks mengangguk ketika di tanya Amora.
"Udah malem, gue harus belajar, mungkin lain kali." Amora tidak berbohong, besok pagi kelasnya memang ada ujian harian.
Setelah Amora keluar dari tempat laknat itu, ia memandang ke atas langit yang gelap. "Padahal gue udah janji ga bakal ke sini lagi, sorry Bon." Amora lantas masuk ke dalam mobilnya lalu menjalankannya dengan kecepatan sedang.
••••
Di lain tempat, Boneka tengah cekikikan saat mengobrol dengan Kilat lewat telepon.
"Bon, suka lollipop ga?" tanya Kilat.
"Kenapa? Kilat mau beliin ya?"
"Ngga."
"Terus kenapa tanya?"
"Ini gue ada banyak lollipop sama coklat dari cewek, tapi mau gue buang aja."
"Jangan! buat Boneka aja, boneka ikhlas kok."
"Kenapa jadi lo yang ikhlas? kan gue yang punya."
"Ikhlas nerima hehe."
"Ya udah ambil aja besok."
"Dih ko besok?"
"Jadi mau sekarang?"
"Iya."
"Ya udah gue mau cosplay jadi maling dulu."
"Aduuh pacar Boneka kok ga punya selera banget si? ngapain cosplay jadi maling? jadi anime dong."
Kilat tertawa terbahak-bahak, ia memegang perutnya sakit akibat terus tertawa. "Udah ya Bon, gue mau maling dulu."
Kilat mematikan sambungan teleponnya lalu mengganti pakaian dengan celana dan kaus berwarna hitam, tak lupa juga topi hitamnya ia pakai.
Kilat mengendarai motornya ke sekolah, ia memarkirkan motornya lumayan jauh dari sekolah agar tidak ketahuan satpam.
Bagaikan seorang pencuri, Kilat mengendap-endap, ia tidak ingin kepergok satpam saat mengambil permen dan coklat di lokernya.
Cahaya senter hampir saja mengarah ke arahnya jika saja Kilat tidak menghindar dengan gesit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boneka Kilat (On Going)
Teen FictionTentang kisah rumit remaja SMA yang menghadapi masalah keluarga dan pergaulan bebas yang membawa mereka ke dalam neraka.