CHAPTER 16

2.4K 265 6
                                    

"Pacar lo ga berangkat ya," ujar Leo.

Boneka yang tengah membereskan buku-bukunya menengok ke arah belakang. "Iya, kira-kira Kilat kenapa ya? chat Boneka juga belum di baca."

"Aku duluan ya Bon," ucap Anggi.

"Iya, Anggi duluan aja," ucap Boneka mempersilakan.

"Lo aja yang pacarnya ga tau, apalagi gue, palingan tuh anak lagi mabok," balas Leo.

"Leo jangan nuduh pacar Boneka yang nggak-nggak!"

"Gue lebih tau Kilat daripada Lo Bon. Pergaulannya gak bener, mending lo sama gue aja, mau ga? ya walaupun pergaulan gue juga ga jauh beda sama Kilat sih." Leo tertawa terbahak-bahak di akhir kalimatnya.

Plak. Boneka menggeplak kepala Leo dengan buku tulis, ia terlampau kesal mendengar ocehan Leo yang menjelek-jelekkan Kilat.

"Aw… kok lo kasar sih sama gue, ajaran Kilat nih pasti. Udah gue bilang, jangan sama Kilat, lo jadi berubah galak sekarang."

"Leo nyebelin! jangan jelek-jelekin pacar Boneka lagi, kalo gak, Boneka mutilasi Leo!"

Leo menahan bibirnya untuk tidak tertawa. "Emang lo berani?" tanyanya.

"Berani," jawab Boneka mantap.

"Berani liat usus-usus gue keluar dari perut? berani liat darah gue berceceran dimana-mana?"

"Ih… jorok."

Leo terkekeh. "Balik bareng gue yuk," ajak Leo.

"Walaupun Kilat sekarang gak berangkat dan Amora pulang bareng Bara, Boneka gak mau yah pulang bareng Leo."

"Kenapa?"

"Boneka gak mau ada gosip kalo Boneka selingkuh dari ayang Kilat, nanti ribet kalo Kilat ngambek. Udah ya, Boneka duluan ya Leo." Boneka berjalan menuju pintu keluar. Dia lebih memilih pulang menggunakan angkutan umum, itung-itung menjaga perasaan pacar tersayangnya.

"Kilat kenapa ya? Boneka khawatir deh," gumamnya sambil berjalan.

Saat keluar dari gerbang, Boneka berjalan ke halte yang tidak jauh dari sekolah.

"Cewek~ mau kemana?"

Boneka yang sedari tadi menundukkan kepalanya menoleh ke arah kiri yang terdapat laki-laki yang sedang duduk di motornya. "Kilat ngapain disini? terus kenapa gak berangkat sekolah tadi?" 

Kilat mengisyaratkan Boneka untuk mendekat ke arahnya, kemudian laki-laki itu berdiri dan menenggelamkan Boneka pada pelukannya. "Kangen banget gue sama lo, gak nakal kan lo di sekolah pas gak ada gue?"

Boneka mendongak ke atas menatap Kilat. "Boneka kan anak baik, jadi hari ini aman. Tapi tadi Boneka letih lesu banget."

"Kenapa? ga makan lo?"

Boneka menggeleng. "Bukan, soalnya Kilat ga ada, Kilat kan penyemangatnya Boneka hehe."

Kilat mengacak-acak rambut Boneka gemas. "Ada-ada aja lo."

"Lagian Kilat kok ga ngebales chat Boneka? Boneka marah ah!"

"Hp gue rusak. Sorry ya, mau tetep marah ga?"

Boneka menggeleng. "Ngga jadi, Kilat kan abis kehilangan hp. Mau pake hp lama Boneka ga? masih bisa dipake, tapi cepet panas suhunya."

"Makasih ya, tapi ga usah, duit gue banyak buat beli yang baru."

"Senengnya punya pacar anak tunggal kaya raya."

"Mau gue beliin sekalian hp keluaran terbaru?" tawar Kilat.

"Ngga ah, nanti papa marah kalo Boneka ga pake hp pemberian papa."

Kilat mengangguk mengerti. "Sayang banget, harusnya lo manfaatin gue, minta duit kek atau minta beliin baju. Bodoh banget lo."

"Boneka mau ke kedai es krim, nanti Boneka mau pesen banyak."

"Oke, ayo naek cantik."

"Siap gantengg." Boneka duduk di motor Kilat dengan memeluk erat perut lelaki itu.

"Bisa mati gue kalo lo meluknya kaya mau bunuh orang Bon."

Boneka mengendurkan pelukannya. "Ini karena Boneka kangen banget sama Kilat, maklumin ya."

"Gemes banget gue, mau karungin Lo terus bawa balik ke apartemen gue."

"Ih ga mau, takut diapa-apain sama Kilat."

Kilat terkekeh, lalu memakaikan helm pada kepala Boneka. Setelahnya ia melajukan motornya di tengah hari dengan terik matahari yang panas.

Beberapa menit kemudian, Kilat menghentikan kendaraannya tepat di depan kedai es krim. tempatnya cukup ramai saat jam-jam ini, apalagi oleh anak-anak sekolah seumuran dengannya.

"Kilat mau pesen apa?"

"Gue mau yang isinya paling dikit," pintanya karena Kilat tidak terlalu menyukai manis.

"Kilat duduk di situ ya, Boneka yang pesen."

Setelah memesannya, Boneka duduk di sebelah Kilat. Dia memperhatikan sekeliling, banyak mata yang menatap Kilat, Boneka tidak menyukai itu.

Kilat menopang dagunya di atas meja, dia melihat Boneka di sampingnya. Bibirnya melengkung ke atas melihat ekspresi Boneka yang menurutnya sangat lucu. "Mata lo kenapa?" tanyanya.

"Kilat diem, Boneka lagi sinisin cewek-cewek ganjen yang liatin Kilat. Enak aja mereka liatin Kilat, Kilat kan pacarnya Boneka."

Kilat terkekeh geli dengan tingkah Boneka, dia pun manurut diam dan memperhatikan Boneka. 

"Sialan."

"Heh! yang ngajarin lo ngomong begitu siapa?"

"Kilat," jawab Boneka.

"Gue?"

"Kilat berisik, Boneka lagi sebel."

Tiba-tiba pesanan mereka datang, dan membuat Boneka melupakan kekesalannya pada perempuan-perempuan yang menatap Kilat. 

"Ini semua harus abis ya, awas kalo ga abis, gue mutilasi lo."

"Pasti Boneka abisin kok." Boneka menyuapkan sesendok es krim ke mulutnya, dia kegirangan saat merasakan makanan manis dan dingin itu dalam mulutnya.

Saat Boneka tengah menghabiskan es krim, mata Kilat melebar kala melihat seorang perempuan berjalan ke arah meja mereka.

"Kebetulan banget kita ketemu di sini ya, Kilat."

"Pergi anjing." Suara Kilat dengan tegas menyuruh perempuan itu untuk tidak mengganggunya.

Bukannya pergi, perempuan itu malah duduk di depan Boneka. "Lo pacar Kilat ya? kenalin, gue Dara, gue alumni sekolah loh."

"Kakak kelas Boneka ya berarti?"

"GUE BILANG PERGI ANJING."

"Oke-oke, gue bakal pergi. Tapi nanti malem Lo gabung kan sama kita di tempat biasa? gue tunggu ya Kilat," ujar Dara lalu berjalan menjauh.

"Bangsat," desisnya.

"Nanti malem, Kilat mau ke mana?" tanya Boneka.

"Ga kemana-mana, abisin es krim lo." 

Raut wajah Kilat terlihat jelas berubah dari hangat menjadi lebih dingin setelah kedatangan perempuan tadi. Boneka memilih untuk tidak membahasnya lagi, takut Kilat akan semakin marah.

-160422-

Boneka Kilat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang