CHAPTER 17

2.5K 254 22
                                    

"Kira-kira Kilat pergi kemana ya?" ujar Boneka bermonolog, ia memikirkan perkataan perempuan yang bernama Dara tadi siang.

Entah kenapa Boneka sangat penasaran kabar Kilat sekarang, mau menghubungi pun percuma karena ponsel Kilat rusak dan lelaki itu belum membeli yang baru.

Tiba-tiba Boneka memikirkan sebuah tempat yang pernah sekali ia kunjungi, tempat yang membuat Kilat dan Amora marah besar kepadanya karena ia datang ke tempat itu.

"Apa Boneka ke sana aja ya?"

" Tapi Boneka takut Kilat sama Mora tau," keluhnya bimbang.

Boneka melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam, dia beranjak berdiri lalu meraih jaketnya dan keluar dari kamar. Dia berjalan ke rumah yang bersebelahan dengan rumahnya. "Kalo sama Mora, Mora pasti belain Boneka kan?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Boneka memencet bel yang terdapat di samping gerbang, beruntung karena membukakannya gerbang adalah Amora langsung.

"Bon, ngapain ke sini? masuk yuk, makan cemilan di kamar gue," ajak Amora sambil menarik lengan Boneka.

"Mora, anter Bone yuk." 

Amora berbalik menghadap sahabatnya itu. "Anter kemana?" tanyanya.

"Ke… tempat yang waktu itu."

Amora mengangkat sebelah alisnya. "Tempat waktu itu?"

"Yang banyak lampu warna-warninya."

Amora melepas lengan Boneka yang ia genggam, lalu menatap sahabatnya serius. "Club malem maksud lo?"

Boneka asal mengangguk, karena ia tidak tahu apa nama tempatnya.

"Gue kan udah bilang Bon, jangan Dateng lagi ke tempat itu!" Suara Amora mulai meninggi, tanda gadis itu marah.

"Bentar aja, Boneka cuma mau ngecek di tempat itu ada Kilat atau ngga, abis itu Boneka janji langsung pulang."

"Kalo dia ada disana, kenapa?"

"Boneka liat orang ciuman pas ke sana, Boneka ga mau Kilat ciuman sama cewek lain, Mor…"

"Kalo Mora ga mau anter, Bone bisa pergi sendiri kok."

Amora menghela napasnya panjang. "Gue ambil kunci dulu," ujarnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

Boneka tersenyum senang karena Amora bersedia mengantarkannya. Tak lama kemudian Amora keluar, Boneka membukakan gerbang untuk jalan keluar mobil.

Boneka masuk ke dalam mobil Amora. "Makasih ya, Mora baik banget."

"Gue doain lo putus sama si Kilat, semenjak pacaran sama tuh anak, lo jadi terlibat urusan gak penting tau," ujar Amora emosi.

"Ih jangan gitu dong doanya, Bone kan cinta banget sama Kilat, nanti gak bisa move on gimana?"

"Bodo amat."

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di tempat tujuan. Saat memasuki club, Amora tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Boneka. 

"Kita cuma ngecek doang ya, abis itu pulang."

"Iya, pasti langsung pulang kok."

"Tutup mata lo kalo liat yang engga-engga."

"Pasti-pasti," jawab Boneka.

Boneka dan Amora semakin memasuki Club, mereka mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari Kilat.

Amora menarik Boneka agar mengikutinya menghampiri seseorang. "Kilat ke sini ga hari ini?" tanya Amora pada Meta yang sedang duduk bersama pacarnya.

Meta menyipitkan matanya menatap Amora. "Amora akhirnya lo ke sini lagi, kangen banget gue min—"

"Jawab pertanyaan gue Meta!"

"Oke-oke, tadi pertanyaan lo apa ya?"

"Kilat dateng ke club ga hari ini?"

"Kilat? dateng kok, si Nara malah udah nemplokin Kilat pas dia Dateng ke sini."

Amora melirik Boneka yang terdiam. "Dimana?" tanya Amora.

Tangan Meta terangkat menunjuk. "Sofa paling pojok."

"Ok thanks." Amora menarik Amora untuk mengikutinya.

Dari kejauhan, Boneka melihat sosok yang dicarinya tengah duduk menyenderkan kepalanya pada Sofa sambil menutup matanya. Dan yang paling menyakiti hatinya, banyak perempuan yang duduk di samping Kilat, bahkan memeluk laki-laki dengan bebas.

Tanpa terasa, langkahnya sudah membawanya di hadapan lelaki itu sekarang. Dia berdiri menatap Kilat yang masih memejamkan matanya.

"Kilat jahat," ucap Boneka dengan mata berkaca-kaca.

Kilat membuka matanya perlahan kala mendengar suara gadis-nya. Dia berlari mnyusul Boneka yang sudah berlari ketika ia membuka matanya.

"Brengsek," desis Amora. Dia mendekati Nara yang berstatus teman sekelasnya, lalu menarik rambut Nara keras hingga perempuan itu berdiri karena kesakitan.

"ANJ*NG SAKIT AMORA."

"NGAPAIN LO PELUK-PELUK KILAT, NARA?"

"KENAPA? ITU HAK GUE."

"KILAT PACAR SAHABAT GUE, BANGS*T."

"GUE TAU! DAN GUE GA PEDULI! GUE JUGA SUKA KILAT!"

"TAPI LO GA BISA DAPETIN DIA, INGET ITU JALANG!" ujar Amora lalu mendorong Nara hingga perempuan itu terjatuh ke lantai.

Di sisi lain, Kilat berhasil meraih tangan Boneka saat mengejar gadis itu. "Dengerin gue dulu, dengerin."

Boneka mengusap air matanya lalu menatap Kilat. "Dengerin apa? dengerin cerita kalo Kilat selingkuh?"

"Gue ga selingkuh Bon."

"Boneka liat mereka peluk-peluk Kilat… Boneka liat langsung." Gadis itu menunduk, air mata menetes semakin deras.

"Sorry, gue—"

"Boneka mau putus."

DEG. Mendengar perkataan yang keluar dari Boneka membuat kakinya lemas seketika, dia memeluk perut Boneka dengan bertumpu pada lututnya.

"Hikss… ga mau Bon, gue ga mau putus dari lo." Ternyata, laki-laki urakan seperti Kilat bisa menangis karena tidak mau di tinggal pacarnya, siapapun tidak akan menyangkanya, bahkan Kilat sendiri pun.

"Kilat jahat, Kilat selingkuh."

Kilat menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bon, gue mana berani selingkuh dibelakang lo, cowok urakan ini cuma punya lo!"

"Terus tadi apa?"

"Hiks, gue cuma mabok Bon, gue gak tau kalo ada jalang di sebelah gue."

"Beneran?"

"Gue rela mati biar lo percaya sama omongan gue."

"Hiks, hiks, ya udah Boneka maafin Kilat."

"Hiks, hiks, jangan bilang putus lagi Bon. Gue cinta banget sama lo gila."

"Hiks, hiks iya, tapi Kilat jangan dateng ke sini lagi."

"Hiks, hiks iya gue janji."

"Hiks-hiks mata lo, ayo pulang Boneka!" ujar Amora yang tiba-tiba muncul lalu menarik Boneka memasuki mobil.

Kilat mengusap air matanya, dia menetralkan napas dan raut wajahnya lalu mendekati Boneka dan Amora. "Gue anter," ucapnya.

"Ga usah, lo mabok," tolak Amora.

Boneka cemberut, dia melambaikan tangannya pada Kilat. "Dadah ganteng."

Amora memijat pelipisnya yang terasa pusing, malam ini benar-benar terasa menyebalkan baginya.

-170422-

Boneka Kilat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang