CHAPTER 18

2.5K 249 16
                                    


Hari ini Kilat membolos lagi, tapi bedanya kali ini laki-laki itu mengabari Boneka kalau sekarang dia sedang ada urusan penting yang mendadak.

Dan sepulang sekolah ini mengharuskan Boneka untuk mengerjakan tugas kelompok bersama Leo, Boneka takut kalau Kilat tahu dan berakhir membunuh Leo karena cemburu buta.

"Dirumah gue ya ngerjainnya," ucap Leo.

"Ga mau, takut jadi fitnah. Nanti Kilat salah paham sama Boneka, ntar dikira Boneka selingkuh sama Leo."

"Gue kan emang selingkuhan lo Bon."

"Idiih mana ada? jangan asal ya Leo, nanti kalo ada yang denger gimana?"

"Udah ayo, kita ke rumah gue mumpung si Kilat ga ada. Kita bisa bebas mau pelukan atau cip*kan di rumah gue."

Boneka menjitak kepala Leo lumayan keras, ia tidak bisa menahan tangannya saat mendengar perkataan Leo yang melantur.

"Sakit Bon, kenapa jitak gue?"

"Leo yang minta dijitak," jawab Boneka.

"Gue gak minta."

"Pokoknya ini salah Leo." Boneka berjalan meninggalkan Leo di kelas yang mulai sepi.

Leo terkekeh gemas. "Gemes banget, jadi makin demen gue," ucapnya lalu berlari menyusul Boneka.

Pada akhirnya mereka berdua mengerjakan tugas di kafe, karena Boneka bersikeras tidak mau ke rumah Leo.

2 jam sudah Leo dan Boneka mengerjakan tugasnya dengan banyak perdebatan karena perbedaan pendapat. Setelah selesai, Boneka dan Leo meregangkan otot-otot tubuh mereka. 

"Curang banget gak sih? bisa-bisanya bu guru ngelompokin Boneka sama Leo bareng, kita kan sama-sama gak punya otak," keluh Boneka.

"Lo kalo ngomong suka bener ya."

"Pasti bener dong." Boneka meminum minumannya.

Saat Leo tengah membereskan buku-buku miliknya dan Boneka, tiba-tiba seseorang mendatanginya dengan marah.

"Leo, kamu selingkuh dari aku?" tanya seorang perempuan yang tidak diketahui namanya itu.

"Jahat banget! aku lagi hamil anak kita!" tambah perempuan itu.

Boneka tersedak seketika, dia melebarkan matanya terkejut mendengar tuturan perempuan yang tengah berdiri itu.

"Gue selalu pake kondom mahal sialan, kalo mau boong mikir dulu."

"Kalo pun iya lo hamil, itu pasti anak Bram," lanjutnya.

"Ayo balik sayang," ucap Leo lalu membawa Boneka pergi meninggalkan perempuan yang terlihat sangat kesal itu.

Leo mengantar Boneka sampai ke depan gerbang rumah gadis itu. "Langsung tidur ya Say—" suruhnya.

"Stop! jangan sebut sayang lagi. Maaf nih ya Leo, Boneka gak baper tau!"

Leo terkekeh kecil. "Ya udah, cepet masuk sayang."

"Leo cepet move on ya dari Boneka, soalnya Boneka cuma cinta Kilat seorang."

"Tapi gue rela jadi selingkuhan lo loh Bon."

"Boneka gak mau tuh," ujarnya dengan tampang seolah-olah jijik, kemudian dia berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dia membuka pintu yang terkunci dengan kunci cadangan yang dibawanya.

Sesaat setelah Boneka melangkahkan kakinya masuk, suara dingin papanya terdengar.

"Bagus. Sekarang kamu udah mulai berani pulang bareng laki-laki, mau jadi jalang yang melayani lelaki hidung belang diluar sana?"

Tanpa Boneka sadari, tangannya sudah bergetar hebat saat ini. "Bo—boneka gak ngapa-ngapain kok Pa, Boneka cu—cuma ngerjain tugas kelompok bareng temen."

Plak.

Dani menampar pipi anaknya keras. "MAIN? MASIH ADA WAKTU BUAT KAMU MAIN? KAMU SUDAH GAGAL MENJADI SEORANG ANAK, DAN SEKARANG KAMU JUGA GAGAL SEBAGAI PEREMPUAN?"

Boneka memegang pipinya yang terasa panas dan perih, air matanya turun tanpa bisa ia cegah, tapi bibirnya… masih melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman untuk papanya. "Maaf Pa, maafin Boneka—Boneka salah Pa, Boneka gak akan ulangi lagi—Boneka janji," ucap Boneka tergesa-gesa.

Melihat Boneka menangis membuat Dani muak, dia mencengkram pipi anaknya dengan tenaganya kuat, matanya menatap kebencian yang begitu besar pada Boneka.

"Sakit Pa…"

"Anak sialan, seharusnya kamu yang mati—"

"OM UDAH!" Amora datang mendorong Dani menjauh dari Boneka, dia berusaha untuk melindungi Boneka dari papanya. Beruntung mamanya menyuruhnya mengantarkan makanan untuk Boneka, sehingga saat ia mendengar suara bentakan Dani, Amora langsung berlari masuk ke dalam rumah.

Amora merentangkan kedua tangannya menghadangi Boneka dari papanya. "UDAH CUKUP OM NYAKITIN MENTAL BONEKA SEJAK DULU. Jangan fisiknya juga Om, Boneka bisa hancur." Amora bisa merasakan kesedihan Boneka walau gadis itu selalu tersenyum ceria. Ditinggal mamanya saat masih kecil, dan dibenci papanya karena menjadi penyebab kecelakaan yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Memangnya kenapa kalau dia hancur? Saya sudah hancur saat istri saya meninggal karena kesalahan anak itu," ucapnya sambil menunjuk Boneka.

"Kecelakaan itu terjadi karena takdir Om, bukan salah Boneka. Dia juga saat itu masih kecil, dia gak tau apa-apa."

"Jika bukan karenanya, istri saya pasti masih hidup sekarang."

"Boneka gak sal—"

"Mor—cukup! semuanya emang salah Boneka, mama meninggal juga salah Boneka, jadi wajar kalo papa benci Boneka," ucap Boneka membuka suara, ia tidak ingin papa dan sahabatnya terus beradu mulut hanya karena dirinya.

"Dia saja mengakuinya," desis Dani.

"Seharusnya Om yang dewasa paham, bukan malah nyalahin anak Om sendiri, tante pasti benci sama Om yang sekarang. Malem ini Boneka nginep di rumah Amora, permisi Om."

Amora menarik lengan Boneka menjauh dari papanya, Boneka tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu dari siapapun–sekalipun itu papanya sendiri–Amora pastikan, Boneka harus bahagia.

Sebelum memasuki pekarangan rumah Amora, Boneka menghentikan langkahnya lalu membuka suara. "Hiks… hiks… makasih udah dateng, tapi Boneka gak apa-apa. Mora jangan khawatir ya, papa cuma lagi kecapean aja, nanti baik lagi."

Amora meneteskan air matanya perih, hal yang paling ia tidak suka adalah uang saku yang sedikit dan Boneka yang bersedih. "Selama ini cuma gue yang ada buat lo kan?" tanya Amora yang diangguki Boneka.

Amora memeluk Boneka. "Jangan bohong lagi Bon, jujur sama gue dan bagi kesedihan lo itu ke gue, gue ga mau lo ancur sendiri."

Tangis Boneka pecah dalam pelukan Amora. "Boneka takut Mor, Boneka takut sama papa. Tapi Boneka juga seneng papa megang pipi Boneka, tapi rasanya sakit Mor, Boneka lemah ya?"

Amora menggeleng kuat. "Lo ga lemah Bon, Lo sahabat gue yang paling kuat."

"Boneka udah kecewain mama, Boneka nakal udah buat papa marah…."

"Bukan lo, tapi papa lo yang udah kecewain tante, seharusnya Om jaga lo," ujar Amora.

"Ayo masuk, udah mulai dingin disini," lanjutnya lalu membawa Boneka memasuki rumahnya.

"Loh Bon—" ucapan Mama Amora terhenti kala putrinya mengisyaratkan untuk tidak bicara.

Wanita paruh baya itu menghela napas, dia merasa kasihan pada gadis seceria Boneka yang selalu menerima perlakuan kasar dari papanya sendiri.

••••
-030522-

Boneka Kilat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang