Eps. 04 : The Heartbreaker

6K 664 82
                                    









*** warning! ***








3 hari.

CEO itu tidak memasuki kantor karena cutinya. Semua pekerjaan dipegang oleh Beta, Kim Doyoung dibantu Yangyang. Semuanya tampak berjalan lancar, tetapi tidak dengan Renjun. Berkali-kali ia ditegur oleh Yangyang sebab terlalu banyak melamun dan tidak fokus. Renjun sendiri tidak tahu kenapa bisa seperti itu, pikirannya melalang buana entah kemana tetapi tidak ada yang dia pikirkan, pikirannya seakan kosong akan sesuatu.

Renjun menghela napas dimeja kerjanya. Berkas-berkas yang berada dimejanya membuatnya malas menyalin dan berpikir.

Pandangannya lalu teralih pada ruangan Lee Haechan. Ruangan itu kosong, hanya Yangyang dan Kim Doyoung yang keluar masuk untuk meletakkan berkas.

Renjun menggigit bibir bawahnya, ia hanya merasa bersalah.

Namun, dirinya juga bingung kenapa harus merasa seperti bersalah pada Haechan. Tamparan itu sebagai bentuk refleks akan perilaku lancang sang CEO. Bukan salahnya jika Rut dan perilaku Haechan seperti itu, tapi dia justru merasa sangat bersalah.

"Ah, shibal! Kenapa denganku !?" Ia menggerutu sambil meremat rambut hitamnya frustasi.

"Kamu butuh kopi," Tawaran itu terucap bersamaan dengan segelas kopi diletakkan pada mejanya, Renjun mendongak melihat sosok yang tengah tersenyum padanya, "Terimakasih, Jeno-ya."

Jeno lalu menarik kursi, "Ada apa? Kamu tampak gila, Renjun-ah."

Renjun melirik tajam pada Jeno, tangannya sudah bersiap untuk memukul kepalanya. Jeno hanya menunduk, menghindar dari tangan Renjun, "Kau ini."

Jeno kembali tersenyum. Mata sipitnya seakan menghilang, "Apa kamu selalu tersenyum seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Aku refleks melakukannya." Jeno terkekeh kemudian.

BRAK!!!

"LIU YANGYANG!" Jeno memekik ketika Delta itu memberinya banyak berkas dimejanya.

"Apa." Yangyang menjawab dengan datarnya, "Kerjakan saja, nanti aku traktir makan ramyeon."

"Sungguh? Kau tidak akan membohongiku lagi kan?" Jeno menunjuk Yangyang dengan telunjuknya, sementara dia hanya tertawa tanpa dosa. Tempo lalu, Yangyang memang pernah mengatakan itu tetapi sampai ditempat Jeno yang membayar semuanya. Untung saja si Alpha itu tidak menerkam si Delta.

"Ah, sudahlah. Aku banyak jobdesk. Sampai ketemu di jam makan siang!" Pria China itu melenggang sambil melambaikan tangan dan tersenyum creepy pada keduanya.

Jeno mengernyitkan hidungnya, merasa jijik pada rekannya itu, "Kau yakin dia sahabatmu?" Dia bertanya retoris pada Renjun.


"Kau tidak mengatakan sesuatu yang tidak benar kan, Liu?"

Yangyang dengan tenang menjawab panggilan luar negeri tersebut, mereka menggunakan bahasa Mandarin sebagai percakapan, "Aku tidak bertemu dengannya setelah hari itu, dia juga susah dihubungi."

"Akan aku pastikan semua katamu itu benar, Liu." Nada yang terdengar seperti ancaman itu membiat Yangyang menghela napas. Ia melirik le sekitarnya, takut jika seseorang akan memergokinya, "Atau hidupmu sebagai taruhan."

Nomor telepon dengan kode +86 itu memutus sambungan telepon secara sepihak.

Yangyang mengusap wajahnya kasar. Tidak apa hidupnya dipertaruhkan yang penting orang itu bisa hidup dengan nyaman dan tenang disisinya.

[✔️HYUCKREN] Sigma: The Lonely WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang