***
Renjun dibuat tak berdaya akan tingkah anak dalam perutnya. Biasanya dia akan bangun lebih siang di penghujung minggu justru tengah sibuk menenangkan perutnya dengan segelas susu hangat. Padahal baru memasuki minggu kedua atau hari ke-17, tapi Renjun merasa sudah ingin menyerah saja. Renjun tak bisa membayangkan hari-harinya 58 hari kedepan.
"Pusing..." Keluh Renjun sambil memijat pelipis, setelah meletakkan gelas susu yang bahkan baru dicicipnya. Renjun sempat kehilangan keseimbangan badan dan bisa terjatuh jika tidak ada lengan yang memeluknya dari belakang. Haechan mendusel dipundak Renjun, "Selamat pagi," Ia berucap dengan nada rendah khas orang baru bangun tidur yang justru membuatnya merinding.
Aroma mint milik Haechan serasa ikut memeluknya. Begitu tenang dan mual diperutnya pun berangsur mereda.
Renjun berbalik menghadap Haechan, ia memeluk leher Haechan dan menghirup feromon mint yang ia keluarkan tanpa alasan, hanya Renjun suka aroma mint bercampur coklat milik Mate -nya. Alpha itu mengusap punggung Renjun, "Anak kita menyusahkan, ya?" Sang Omega menggeleng dalam dekapannya.
Haechan mencium pundak Renjun sebelum melepas tubuh mungilnya, ia turunkan badan sejajar dengan perut si Omega lalu membuka kaus yang dikenakan, "Aegiya," Haechan berucap dengan jari telunjuknya menunjuk-nunjuk, "Jangan siksa papa-mu, ya. Appa tidak suka melihat orang tercintanya Appa sakit." Haechan lalu mengecup perut Renjun, seolah anak dalam kandungan mendengar dan meng-iyakan nasihatnya.
Renjun tersenyum. Haechan setulus dan sehangat itu, tapi dia masih bingung kenapa pribadinya bisa berbanding terbalik saat di kantor. Haechan lalu bangkit, ia kecup kening; ujung hidung dan bibirnya, "Maafkan aku, ya." Ucapnya dengan elusan lembut diperut.
"Bukan salahmu, Haechan-ah." Mata indah Renjun bergetar dan berbinar kemudian. Alpha -nya benar-benar membuat hatinya begitu tersentuh dan mengubahnya menjadi serapuh ranting yang jatuh dari pohon. Sekali lagi, Renjun tak pernah mendapat kepedulian dan kasih sayang yang diberikan Haechan... Mungkin hanya padanya.
Namun, Renjun memiliki pertanyaan besar dari seisi otaknya yang genius itu, tentang hubungan yang katanya tak baik antara Haechan dan Mark.
"Mau sarapan sekarang?" Suara lembut Haechan memecah lamunan Renjun. Omega itu berpikir sejenak, "Aku ingin pancake cokelat..."
Haechan menukikkan alisnya, "Kenapa kamu jadi suka coklat, ya?" Renjun tertawa kecil, "Mungkin karena Appa -nya mirip chocoball." Alpha melebarkan matanya. Dikatakan seperti itu, harga diri Haechan rasanya turun hingga yang terendah. Seorang CEO perusahaan moneter Korea terbesar dan tersegani itu disamakan dengan makanan yang sekali hap saja langsung habis. Alpha itu mencubit gemas ujung hidung Renjun yang dihadiahi rengekan darinya, "Naeui Gwiyomi,"
+++
Haechan membawa Renjun menuju sebuah pusat perbelanjaan ditengah kota setelah mereka menyelesaikan sarapan disebuah restoran. Tentu saja, Renjun sudah mewujudkan keinginan untuk menyantap pancake cokelat di restoran tersebut. Suasana ramai bahkan ketika mereka melangkah di lobby bangunan besar nan tinggi. Banyak pengunjung yang berjalan kesana kemari.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Renjun pada pelayan toko busana disisinya, ia tengah berdiri didepan cermin ukuran sebadan. Memerhatikan bayangannya sendiri dengan bangga akan pilihan yang ia kenakan. Kemeja pendek bermotif vintage dengan dominasi warna biru yang dibalut jaket berwarna pink dusty.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️HYUCKREN] Sigma: The Lonely Wolf
Fantasía⚠️21+ Content 🚫Under 15th y.o is NOT allowed !!! [ COMPLETED on March 2022 ] "Dalam pertemuan, ada cerita. Dalam perpisahan, ada kenangan. Dalam jarak, ada rindu. Dalam hatiku, ada kamu. Dalam diam, ada doa untukmu." ㅡLee Haechan. "Karena cinta, d...