"Aku menginginkanmu seutuhnya untuk selamanya. Kamu dan Aku, setiap hari."
ㅡ Renjun, Sigma: The Lonely Wolf...
Renjun kembali membanting ponsel pintar sekaligus mahalnya diatas meja kerja kamarnya. Pak Tua itu terus-terusan menagih denda judi pada dirinya, padahal dia sudah mengatakan untuk mengirim ke rekening bank jika mendapatkan uang. "Arghh!" Renjun mengerang sembari meremat rambut hitamnya.
Pak Tua itu dan pengajuan presentase miliknha membuat otak dalam kepalanya seperti mengebul dan mungkin sebentar lagi akan meledak.
"Panas sekali." Dia mengibas-ngibaskan buku tipis dan membuka kaus yang ia pakai. Dia juga menyalakan AC, beruntung saja rumah sewaan ini menyediakan pendingin ruangan itu, "AC nya rusak atau bagaimana?" Sebab Renjun tidak merasakan sejuk, akhirnya dia mengubah derajat AC sampai yang ke terdingin.
Beberapa saat kemudian dia merasakan gejolak aneh dibagian bawah tubuhnya. Perutnya terasa nyeri kemudian keringat dingin keluar membasahi pelipisnya.
Renjun pun membawa dirinya untuk membaringkan diri diatas ranjang. Mungkin dia kelelahan hingga mengalami hal demikian.
Ponselnya lalu berbunyi saat dia memejam mata untuk tidur barang 5 menit, mungkin saja dia akan merasa lebih baik setelah bangun. Sebuah nada pengingat dari sebuah aplikasi. Renjun pun dengan gontai dan memegangi kepalanya yang terasa pening itu kemeja, melihat pengingat yang muncul setelah hari ini.
"Sialan." Renjun tertawa.
Dia menertawakan kebodohan dan kepikunannya.
Besok adalah hari dimana masa-masa heat itu datang. Bodohnya Renjun yang tidak menyadari akan tanda-tanda yang biasanya muncul pada dirinya. Tetapi bukan itu masalahnya, bagaimana besok dirinya bisa menjelaskan presentase didepan rekan dan sang Atasan dengan mudah dan lancar?
Renjun kemudian berjalan keluar kamar menuju dapur, "Ah! Pusing..." Keluhnya sambil memijat kepala.
Dibukanya laci yang menyimpan pil untuk mengurangi rasa pada heat -nya. Ia menghela napas, pil yang ia punya hanya tersisa 8 butir untuk 4 kali ia minum. Tampaknya dia harus mengingat untuk membelinya besok. Renjun mengambil 2 butir untuk ia minum saat ini.
Saat merasakan reaksi obatnya, bayangan Haechan yang tertawa waktu itu justru melintas dipikirannya. Sangat lucu, mengingat CEO itu sangat pelit hanya untuk tersenyum. Renjun mengulum bibirnya saat mengingat adegan itu lebih jelas tapi...
"Ah! Apa yang sedang aku pikirkan !? Gila." Renjun menggeleng, menampik apa yang sedang ia pikir saat ini.
"Kenapa harus dia sih, kenapa tidak Jeno atau Mark saja?" Gerutunya dengan udara malam sembari membawa dirinya kembali menuju kamar.
Keesokan paginya, Renjun terbangun dengan merintih. Ia berkeringat dengan napas yang tersengal-sengal, rasa nyeri pada bagian bawahnya dan panas menyelimuti tubuh Renjun pagi ini. Harusnya dia sudah mandi dan sedang bersiap-siap, heat sialan itu memotong waktu rutinitas paginya.
Dengan berusaha tetap sadar pada nalar manusianya, Renjun meraih pil yang memang sengaja ia bawa tadi malam diatas laci dekat ranjangnya. Seteguk air minum bersama pil itu lolos dari tenggorokannya, hanya menunggu selagi obat itu bekerja.
Renjun melihat obatnya, tersisa 4 butir dan hanya cukup untuk dua kali minum. Semoga sensasi itu tidak sering muncul jika dikantor. Setelah kembali pada akalnya, Renjun segera mandi dan bersiap pergi ke kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️HYUCKREN] Sigma: The Lonely Wolf
Fantasy⚠️21+ Content 🚫Under 15th y.o is NOT allowed !!! [ COMPLETED on March 2022 ] "Dalam pertemuan, ada cerita. Dalam perpisahan, ada kenangan. Dalam jarak, ada rindu. Dalam hatiku, ada kamu. Dalam diam, ada doa untukmu." ㅡLee Haechan. "Karena cinta, d...