Sudah siap dengan akhirnya ?
Selamat membaca~
[ 15 Tahun Berlalu... ]
"Appa..." Tepukan lembut pada pipi Haechan perlahan mengantarkannya pada kesadaran di pagi hari, "Appa, bangun..." Suara berat anak remajanya mengalun indah pada telinga Haechan. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati sang anak tersenyum manis, "Ayo, bangun! Aku harap kau tidak telat pergi ke kantor."
Haechan mengangguk, kemudian ia menoleh ke sisi ranjang; kulit punggung polos itu menjadi pemandangan pertamanya, Renjun masih menjelajahi alam mimpinya. Kemudian Haechan mendekat, mencium pundak semampai milik Renjun, "Appa..." Sang anak memanggil sambil menghadap ke jendela kamar, dia tidak ingin melihat bagaimana cara Haechan mengagumi Renjun didepan matanya.
Sudah sering dan cukup baginya melihat pemandangan telanjang dari keduanya dipagi hari.
"Baiklah, Jisung-ah." Haechan lalu bangkit untuk duduk, ia merentangkan tangannya pada sang anak, "Peluk appa?" Jisung menggerakkan mata sipitnya keatas dan kebawah, menelisik Haechan dengan ekspresi jijiknya, "Aku tidak mau. Kalian berdua kotor dan belum mandi." Jawabnya sambil melirik Renjun.
Ekspresi kesal lalu ditunjukkan Haechan, hampir saja ia layangkan pukulan kearah Jisung namun ia urungkan; sebagai gantinya ia menggaruk kepalanya frustasi, "Kenapa aku memiliki anak sepertimu sih?"
Jisung mencebik, "Kau yang aneh."
Haechan berdecih lalu ia mencari celana kemudian memakainya dibalik selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Sigma itu lalu berjalan menuju kamar mandi.
Jisung lalu beralih ke sisi dimana Renjun masih terlelap, ia merundukkan tubuhnya disisi ranjang. Ia tersenyum manis saat melihat wajah damai Omega yang melahirkannya, "Indah sekali." Gumamnya kemudian, "Jadi ini alasannya Appa tidak mau mengalah denganku? Menyebalkan!" Anak itu mengerucutkan bibirnya kemudian.
Jari telunjuk panjang Jisung lalu terulur, menyentuh wajah Renjun dengan hati-hati; mengikuti garis wajah dan rahangnya yang indah. Jisung begitu mengagumi Omega itu.
"Papa," Jisung memanggil dengan lembut disertai tepukan pelan pada pipi gembilnya.
"Papa, bangun..." Tidak lama, Renjun bergerak dan menggeliat namun masih enggan beranjak dari mimpinya. Jisung mendekatkan wajahnya, mencium pipinya dengan hangat kemudian menunggu Renjun selagi kelopak mata itu perlahan terbuka, "Jisung-ah?" Omega itu berucap dengan suara paraunya.
"Sudah siangㅡ" Jisung lalu menggeleng dan mencoba meralat ucapannya, "Tidak, tidak, tidak. Masih pagi, tapi ayo bangun."
Renjun terkekeh mendengar ucapan anaknya. Dia pun bangkit duduk, mengumpulkan kesadarannya. Jisung bergidik ngeri melihat leher dan dada milik Omega itu, banyak sekali bekas yang dibuat Sigma tua itu. Telunjuk Jisung kemudian menyentuh salah satunya, "Apa ini sakit?"
Renjun tersenyum. Sudah terbiasa dengan Jisung dan segala penasarannya, "Saat dia menggigitnya itu sakit tapi aku merasakan hal lain setelahnya."
Jisung memiringkan kepalanya, "Hal lain?"
Renjun berusaha mencari kalimat pengganti, "Seperti kamu digigit nyamuk." Jisung lalu terkejut, "Itu sakit dan gatal." Cetusnya yang dibalas tawa Renjun.
Jisung yang sudah berusia 15 tahun dan beranjak dewasa itu seperti halnya anak-anak lain. Dunianya dipenuhi rasa penasaran dan ingin mencoba hal-hal baru. Cara pikirnya yang begitu to the point mau tak mau membuat Renjun dan Haechan sempat kewalahan menjawab dengan bahasa yang baik dan tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️HYUCKREN] Sigma: The Lonely Wolf
Fantastik⚠️21+ Content 🚫Under 15th y.o is NOT allowed !!! [ COMPLETED on March 2022 ] "Dalam pertemuan, ada cerita. Dalam perpisahan, ada kenangan. Dalam jarak, ada rindu. Dalam hatiku, ada kamu. Dalam diam, ada doa untukmu." ㅡLee Haechan. "Karena cinta, d...