Eps. 03 : I'm Sorry...

6.3K 738 96
                                    








.
. warning! .
.








Renjun sedang berada disebuah kedai pinggir jalan. Asap mengepul dari menu makanan yang ia pesan, bau harumnya pun tercium dengan lezatnya membuat pria itu tidak sabar untuk menyantapnya hingga tetes terakhir. Perutnya memang benar-benar lapar.

"Makanan pinggir jalan itu kotor. Lihat bagaimana mereka mencuci bekas tempat makannya."

Kalimat itu entah mengapa tiba-tiba terdengar ditelinganya. Suara sang Ayah yang melarangnya ketika dirinya ingin makan malatang disebuah kedai pinggir jalan saat mereka masih di China.

Renjun hanya mendengus dan melahap mie yang menghangat, "Lagipula kita akan mengeluarkannya dipagi hari." Ucapnya dalam hati.

Sambil menikmati rasa dan mengunyahnya, Renjun memandangi interior kedai tersebut. Tidak ada yang aneh, sih. Tetapi ia mendapati sebuah keluarga kecil sedang menikmati menu.

Hatinya mengambang seketika, Pria paruh baya yang dilihatnya sedang menyuapi sang anak dengan telaten. Menghapus jejak makanan yang menempel dimulutnya dan akan memperingatkan secara halus saat sang anak merengek.

Lalu, dihadapannya ada sang Ibu dengan anak yang lebih besar. Anak itu akan berseru saat adiknya melakukan hal-hal aneh dan meniru cara sang Ayah saat memberitahunya.

Sehangat itu, keluarga yang Renjun lihat.

Airmata Renjun turun tiba-tiba. Dia tidak pernah merasakan kehangatan dan kebebasan keluarga saat di China. Terlebih sang Ayah sangat tidak peduli dengannya.

Alasannya, hanya Ibunya. Sang Ibu meninggal saat melahirkan Renjun, selang beberapa jam dirinya lahir ke dunia, Ibunya menutup mata sambil mendekapnya.

Ayahnya yang begitu mencintai Ibu justru menyalahkan kehadiran Renjun, Renjun dianggap membunuh ibunya sendiri.

Kakaknya pun tidak menunjukkan jiwa saudaranya. Dia lebih banyak memukul Renjun dan Ayahnya hanya membiarkan hal itu terjadi hingga berlanjut dewasa. Kakaknya begitu ambisius, segala cara digunakan untuk keinginan yang dia mau termasuk mengekang hidup Renjun.

Dia hanya disuruh untuk menuruti keinginan sang Ayah juga Kakaknya.

Menebus dosanya pada Sang Ibu, kata mereka.





Setelah perutnya penuh, ia pulang ke rumahnya. Yah, hanya rumah sewaan berharga murah tetapi Renjun lebih suka disini daripada mansion mewah dengan harga miliaran yuan tetapi dirinya tidak bebas bergerak.

Renjun telah membersihkan diri. Setelan jas rapihnya berganti menjadi kaus putih dan celana pendek yang kini menampilkan kaki ramping dan mulusnya. Ia berjalan menuju kulkas di dapur, meraih minuman soda darisana.

Pemantik itu dinyalakan, api yang keluar membakar ujung gulungan nikotin pada selipan bibir tipisnya. Hanya dengan cara ini, ia merasakan tenang dan rileks. Katakan saja, jika Renjun sudah kecanduan rokok tetapi memangnya ada yang lebih candu dari sebatang rokok?

Jika kalian tahu, beritahu pemuda cantik ini.

Renjun mendengus ketika benaknya tiba-tiba terlintas wajah CEO barunya, "Lee Haechan... Kenapa kamu menyapa pikiranku?"

Drrtt... drttt...

Ponselnya berbunyi dan bergetar, menandakan ada panggilan masuk, "Ah, sialan. Belum ada seminggu kenapa menagih terus, sih!" Gumamnya ketika mengetahui nomor yang berada diatas layar.

[✔️HYUCKREN] Sigma: The Lonely WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang