Hal : 0.33

668 88 1
                                    

Jehran dan Jovian telah sampai di rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jehran dan Jovian telah sampai di rumah mereka. Namun Jehran berjalan terlebih dahulu dan meninggalkan Jovian di belakangnya. Mengikuti Jehran yang mungkin masih bingung harus percaya atau tidak. Tidak apa-apa Jovian mengerti, tapi semua harus di selesaikan bukan?.

"Jehran-". Menahan lengan Jehran di antara anak tangga.

"harus di selesaikan sekarang bukan?". Ucap Jovian. Jehran menghela nafas pelan lalu turun secara perlahan, berdiri di hadapan Jovian yang tinggi.

"Mas butuh jawaban yang mana? Jawaban di mana aku harus percaya mas atau yang lain?-mas kenapa pilih aku?".

Jovian terdiam sebentar, "Karena kamu pilihan mas Ran, mas gak punya alasan lain buat pilih kamu. Kamu pilihan mama dan pilihan ku juga. Mas gak punya jawaban yang tepat tapi kamu yang mas mau".

"Mas tahu kalau mas nyakitin aku? Mas pernah gak sih mikir dulu? Aku masih sekolah, aku masih labil dan gak pernah yang namanya pacaran deket orang yang aku suka aja gak pernah. Aku suka tawuran, aku suka keluar malem, aku suka ngebantah, aku juga laki-laki yang gak akan pernah bisa ngasi kamu keturunan . Apa yang istimewa?". Jehran menengada menatap Jovian dengan mata memerah.

Jovian mendekat, merentangkan kedua tangannya dan menarik Jehran dalam pelukannya. "Bagi saya kamu sudah cukup. Pandangan pertama ketika mama memberikan fotomu saat itu juga saya jatuh cinta sama kamu. Jangan ragukan saya lagi Ehran saya tahu apa yang kamu pikirkan tentang saya. Kamu istri saya dan kamu adalah teman hidup saya".

Jehran tertegun, membiarkan air matanya jatuh dan menerima pelukan Jovian. Dalam pelukan dirinya menangis sekeras yang ia bisa. Kerinduannya hanya dalam 240 hari ia bisa sejatuh ini padanya.





# [RATE - M]

Tetesan embun pada kaca yang terjadi sekitar jam 8 malam dan bagaimana hujan mengguyur bumi. Udara yang harusnya sejuk nan dingin tidak berpengaruh pada dua insan yang mencoba menghangat diri. Bagaimana tulang lunak itu mengobrak-abrik liang senggamanya dengam begitu lihai. Suara erangan pria manis di atas kasur membuat sang dominan semakin bergairah menjamah setiap titip kenikmatan.

Jehran pening. Tangan Jovian juga tak mau kalah. Mengurut secara teratur penisnya. Jehran bisa sinting seketika.

"M-Mas Vian-". Rengek Jehran. Rintihan Jehran sungguh segar di telinga Jovian.

Sudah terlalu basah, Jehran kembali tersentak ketika dua ruas jari keluar masuk dengan cepat membuatnya kembali menangis dan ingin berteriak kencang. Kedua tubuh yang bugil dan keringat mulai menetes.

"Kalau sakit bilang ya dek".

Jehran menggigit lengannya sendiri melihat Jovian mulai mencoba menerobos pertahanan terakhirnya. Ini memang bukan pertama kali namun kali ini keduanya saling menginginkan bukan karena terpaksa. Jeritan tertahan Jehran terdengar di telinga Jovian. Melepas lengan Jehran agar tidak menggigitnya.

"Jangan di gigit kalau sakit bilang". Jehran mengangguk dan Jovian kembali mencoba menerobos Jehran lagi.

"M-Mas s-sakit-agh".

"Maaf, tahan sebentar lagi ya". Mengelus pinggul Jehran agar rasa sakitnya teralihkan. Desahan legah dari keduanya ketika tulang lunak Jovian telah sepenuhnya tertanam cantik di antara belahan bulat nan kenyal milik Jehran.

Malam itu penuh dengan erangsn penuh tenaga. Bagaimana Jehran terus merengek, merintij dan jeritan tertahan namun penuh kenikmatan. Jovian juga tak kalah tangguh ketika miliknya benar-benar tertelan habis oleh liang milik Jehran.

Bagaimana Jehran mampu menerimanya dan terus bergerak mencari kenikmatan tersendiri. Bahkan ketika semburan hangat memenuhi peranakannya. Jehran menyukainya.






;
Pagi menyingsing memenuhi kaca melewati celah-celah tirai. Jehran terbangun seorang diri dan mengerang karena rasa sakit menjulur ke seluruh tubuhnya.

"Dek dah bangun?". Suara Jovian mengejutkan Jehran yang tidak bisa berbalik karena rasanya tubuhnya remuk.
Tapi dia tetap memaksakam dirinya untuk bangun.

"Air hangatnya sudah mas siapkan".

Melihat tatapan Jehran yang tak enak hati melihatnya membuat Jovian bingung. "Kenapa?". Tanyanya.

"Gak bisa jalan". Ucapnya liri lalu menunduk.

Jovian tersenyum simpul menghampiri Jehran. Menariknya pelan lalu menggendongnya ala pengantin menuju kamar mandi. Ikut membersihkan tubuh Jehran. Jehran terus menunduk karena malu.

"Kenapa nunduk terus?".

"Jangan di tanya lagi malu". Jawab Jehran cepat. Jovian terkekeh geli.

"Kenapa malu toh mas udah liat kamu luar dalam". Canda Jovian mendapat cipratan air busa dari Jehran.

"Gak lucu". Binir plum merah yang mengerucut dan pipi memerah semakin membuat Jovian gemas. Mengigit main-main pipi bakpao Jehran.

"Jangan di makan ini bukan bakpao". Kesal Jehran.

"Kamu lucu kalau lagi marah, tapi saya juga gak suka kamu marah lama-lama". Celetuk Jovian, tangan masih bergerak menyabuni Jehran.

Tubuh Jehran tersentak karena pelukan Jovian dari belakang.

"Jehran saya tahu kamu masih ragu dengan hubungan kita, dan mas gak bisa janji apapun ke kamu. Tapi mas mau bikin kamu bahagia dengan cara mas sendiri. Maaf kalau cara mas kasar atau bikin kamu tidak suka".

Jehran berbalik menghadap Jovian menangkup pipi Jovian.

"Tunjukin aja mas".

:












"Jehran itu pemaaf banget jadi walau udah berapa kalipun kalian sakitin Jehran dia bakal maafin kalian. Segampang itu Jehran luluh". Raya menyecap teh manis di hadapan teman-teman Jehran. Secepat iti dirinya berbaur dengan teman-teman baru Jehran.

Raya tahu sebaik apa Jehran sampai kadang Raya mau ngumpetin Jehran aja dia gak tega kalau liat jehran di sakitin. Anak sebaik itu gak boleh di sakitin.

Masalah rumah tangga Jehran dan Jovian, Raya pikir dia gak bisa berpihak pada salah satunya. Jehran itu labil, tukang urakan jadi Raya tahu pasti ada rasa gregetan dari Jovian, dan soal Jovian. Kalau dia sampai ketemu sama tuh cowok demi pantat bayinya Jehran dia bakal tonjok mukanya.











Tbc

 ᵗʰᵉ ᵖᵒˡⁱᶜᵉ ʰᵃⁿᵈˢᵒᵐᵉ • vm [ DISCONTINUE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang