Jehran pulang dengan keadaan sepi. Lampu sudah di matikan. Ia kembali menghela nafas sudah ia duga Jovian pasti sudah tidur. Berjalan kaki sangat melelahkan, tumitnya terasa tebal sekali dengan nyeri memenuhi pergelangan kakinya. Untuk naik ke lantai dua rasa malas membuat Jehran enggan naik tetapi ia butuh tidur.
"Ran?"
Jehran menengada melihat Jovian yang tengah berdiri dari atas.
"Y-ya?"
Dahi Jovian mengernyit, "dari mana kamu?"
Jehran tersentak dengan nada suara Jovian yang terdengar tidak bersahabat dengannya. Dengan gugup Jehran menjawab.
"D-dari depan"
"Malem-malem gini? Kamu tahu ini jam berapa?"
"Mas ini masih jam setengah 9"
"Tapi untuk kamu ini malam Jehran dan aku harap ini terakhir kalinya kamu keluar rumah!"
Sungguh ada apa dengan Jovian? Kenapa sikapnya dingin pada Jehran?.
"Sebenarnya mas ini kenapa?" dia masih ada di bawah.
Menghampiri Jovian yang masih berdiri melihatnya dari atas dengan wajah datar dan dinginnya terlihat kejam bagi Jehran yang tidak tahu apa-apa.
"Ran tolong ya mulai sekarang jangan suka keluyuran malem-malem apalagi kamu pakai pakaian begitu? Terbuka? Apa kata orang?"
"Mas, gak ada ya larangan aku pakai baju. Aku pakai karena aku nyaman"
"Tapi bukan buat orang lain Jehran tolong jangan buat saya pusing. Mending kamu masuk kamar".
Jehran diam sejenak, "Apa karena lo baru aja putus sama pacar lo?"
Jovian melihat wajah Jehran. "Maksudnya?"
"Lo, lo lampiasin luka lo ke gue, yakan? Lo marah-marah gak jelas sama gue cuma perkara gue pulang malem bahkan ini belum sampai jam 10. Lo marah sama diri lo sendiri tapi lampiasinnya ke gue kan? Iya kan?" tuding Jehran. Matanya juga memerah.
Ada secubit hati yang sakit tapi Jehran kuat kok.
"Ran saya gak mau berantem malem-malem sama kamu".
"Kok gue? Yang mulai kan lo. Kenaoa harus gue yang diem? Tolong mikir dong, lo gak bisa sek——"
"JEHRAN!"
Bentakan Jovian membuat napas Jehran tersendat. Lelehan air mata menuruni pipi gembilnya. Jovian menyadari kesalahannya. Mencoba menggapai Jehran kembali namun sayang anak itu memilih menghindar dan berlari menuju kamarnya.
Di balik pintu itu Jovian menatap nanar. Di balik pintu itu ada hati yang terluka melipat kakinya di ujung ranjang. Menangis meredam suara.
;
Pagi tiba, Jehran sudah bersiap dengan seragam miliknya. Dan hal yang mengejutkan bagi Jovian adalah Jehran menyiapkan sarapan untuknya juga. Tanpa banyak bicara. Keduanya menghabiskan sarapan dengan sunyi. Jovian maupun Jehran tanpa membuka mulut untuk saling menyapa."Saya antar sekolahnya ya?"
Jehran mengangguk setelah selesai makan. Mengambilkan tas Jovian lantas berjalan terlebih dahulu keluar dari dalam rumah.
Melihat Jehran diam dan langsung duduk di kursi depan penumpang membuat Jovian juga ikut masuk dan segerah mengantar Jehran sekolah. Bahkan dalam mobil tidak ada satupun suara.
;
Melirik pada ponsel yang di sodorkan Jovian padanya."Ponsel kamu, mas kembalikan"
Jehran menerimanya, "Terima kasih" , melepas seltbeltnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Jovian sendirian.
;
Jehran tersenyum bahagia, teman sejawatnya akan menyusulnya kemari. Kebahagiaan itu harus buyar kala Justin datang merangkulnya tiba-tiba dan mengajaknya menuju kantin untuk ia traktir.
;
tbcHi hello anyeon—
Maaf sering ilang lama mana updatenya dikit lagi—
Jadi kemaren-kemaren aku udah mulai kerja dan karena capek aku sering tidur lebih awal. Tpi sekarang aku jado beban negara lagi 😅 aku bakal sesering mungkin update cuma ya itu—
Bakal lama dan sekali update aku usahin dua-tiga part. Karena TPH mau aku tamatin secepat mungkin 😉
Typo koreksi ya, nanti aku revisi—
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉ ᵖᵒˡⁱᶜᵉ ʰᵃⁿᵈˢᵒᵐᵉ • vm [ DISCONTINUE ]
Romantizm[DISCONTINUE] BxB Drama Korea rasa lokal Bahasa semi-baku M-preg so pasti! Summery : Jehran Jimmy Wardana, siswa SMA yang sudah legal. Tidak ada hujan,badai angin ribut halilintar. Abah menyuruhnya pulang ke Yjogyakarta hanya karena tidak sengaja d...