Don't forget to follow belleaabelle
Maaf apabila ada kesamaan alur, nama, tokoh, karakter, ataupun tempat dengan cerita lain.
Orang yang cuma BACA doang, gak kasih VOTE sama COMENT silahkan angkat mata☺
Happy Reading! ♡
Seorang gadis cantik terus berlutut di hadapan ayahnya memohon untuk tidak mengirimkannya ke pondok pesantren.
Qaila Shanum Azzahra. Gadis yang kerap dipanggil Qaila itu memiliki paras wajah yang cantik dan senyum yang manis. Ia adalah anak pertama Azzam dan almarhumah Asheeqa. Qaila memiliki ibu tiri yang terbilang sangat baik yaitu, Almira.
"Kamu kayak gak kenal ayah," ujar Almira, bunda sambung Qaila.
"Ayah! Qaila mohon, ayah!" Rengek Qaila. Ia tidak pernah putus asa, terus memohon pada Ayahnya untuk tidak mengirimkannya ke tempat yang sama sekali tidak ia sukai.
"Qaila bakal ngerubah diri Qaila tanpa ke pesantren, ayah. Qaila bakal buktiin sama ayah bahwa Qaila bisa jadi lebih baik tanpa harus ke pesantren," lanjutnya terus berlutut di hadapan Azzam.
Azzam dan Almira saling melempar pandangan. Namun, Azzam tetaplah Azzam, ia tidak akan berubah pikiran.
Azzam menghela napas dalam-dalam. "Mau tidak mau kamu harus mau," ujar Azzam tegas.
Qaila beralih menatap Almira, berniat meminta pertolongan pada Almira. Almira melihat ekspresi wajah Qaila, sangat gemas. Ingin sekali ia membiarkan Qaila seperti itu terus dengan ekspresinya.
"Apa yang ayah lakukan itu yang terbaik buat kamu," kata Almira.
"Tapi, Qaila gak mau," rengek Qaila makin menjadi-jadi. Kepalanya terus menggeleng-geleng.
"Udah, ayo ayah anterin."
"Ayah jahat!" Qaila melipat kedua tangannya di depan dada lalu berdiri. Baru saja ia melangkah hendak pergi dari sana. Gerakan Azzam lebih cepat darinya. Azzam menahan tangan putrinya lalu menggendong Qaila seperti karung beras kemudian berjalan keluar dan memasukkan Qaila ke dalam mobil, setelah pintunya dibukakan oleh Almira.
“AYAH KALAU MAU BERDUAAN SAMA BUNA BELIIN QAILA RUMAH AJA!”
🐜🐜🐜
Tiba di pesantren. Azzam mematikan mesin mobilnya lalu melirik ke samping pada Qaila yang terus cemberut dengan bibir maju beberapa senti, membuat Azzam gemas bukan kasihan.
"Udah sampe," kata Azzam berniat memberitau Qaila.
"Qaila tau," respon Qaila jutek.
Mata Azzam tak sengaja melihat seorang pria yang ia kenal. Pria itu berjalan menghampirinya. Segera ia turun dari mobil.
"Ayo turun," suruh Azzam sebelum turun. Tetapi Qaila masih diam di tempat, tidak bergerak sama sekali.
Azzam kembali membuka pintu mobilnya lalu berkata. "Sayang. Ayo!"
Qaila menatap Azzam kesal. Lalu keluar dan menutup pintu mobilnya dengan kencang. Dan hal itu membuat Azzam istighfar berkali-kali.
"Ayah," ucap seorang pria tadi saat tiba di hadapan Azzam dan Qaila. Pria itu mengambil sebelah tangan Azzam untuk menyalami.
Pria itu bernama Muhammad Aldan Al Baqi. Seorang ustaz muda di pesantren Al Baqi. Ustaz yang akan mengajari Qaila. Kini pria itu berjalan menghampiri Qaila, menggerakkan tangannya menyuruh Qaila untuk mencium tangannya.
"Salim dulu," suruhnya.
Masih dengan ekspresi cemberutnya, Qaila menurut saja. Ia mencium tangan Aldan membuat Aldan tanpa sadar tersenyum.
"Ayah langsung pulang ya," kata Azzam mengelus kepala Qaila dengan sayang.
"Gak mau masuk dulu?" Tanya Aldan.
Azzam tersenyum. "Nanti ayah main kesini lagi sama bunda. Ayah akhir-akhir ini banyak sekali kerjaan," jawab Azzam. “Sampaikan salam dari ayah dan bunda ke abi dan umi kamu, ya.”
“Baik ayah.”
“Eh! Mau kemana kamu?” Tanya Azzam saat melihat Qaila masuk lagi kedalam mobil.
“Mau ikut ayah,” jawab Qaila polos.
“Kamu kan sekarang tinggal disini,” ucap Azzam lembut lalu memeluk putrinya.
“Gak mau ayah.” Qaila berusaha mencoba menahan tangis di pelukan Ayahnya.
Aldan melihat mereka. Ia menunduk lalu ia memilih mengeluarkan koper milik Qaila di dalam bagasi mobil mereka.
Mereka berdua masih berpelukan. Aldan meraih tangan Qaila yang tidak membalas pelukan ayahnya lalu menggenggamnya, hal itu membuat Qaila menoleh padanya.
Aldan menatap kedua bola mata gadis itu. “Ayo masuk. Abi sama umi udah nungguin,” ucap Aldan.
Refleks Aldan melepaskan tangan Qaila dari genggamannya saat melihat wajah Qaila marah.
Azzam melirik mereka berdua lalu berkata pada putrinya. “Ayah pulang ya?”
“Jangan.” Qaila kembali memeluk Azzam. “Ayah, Qaila gak bakal ganggu ayah sama buna ko. Ayah bebas mau ngapain aja sama buna, Qaila bakal pura-pura gak liat, ya? Qaila mau ikut ayah, Qaila gak mau disini.”
“Ayah kirim kamu kesini, agar kamu bisa memperbaiki ngaji kamu yang masih berantakan itu.” Azzam melirik Aldan dan kembali berucap. “Dan, ustaz Aldan yang bakal ngajarin kamu, hal apapun dia akan ajarin kamu. Lebih tepatnya, dia akan membimbing kamu kejalan yang benar.”
“Dan, kamu harus nurut sama ustaz Aldan, jangan membantah,” sambungnya lagi.
Qaila merengek seperti anak kecil tanpa ada rasa malu pada Aldan. “Gak mau!”
Azzam menghela napas panjang lalu menatap Aldan sambil menepuk pelan bahu pria itu. “Ayah titip Qaila, ya?” ucap Azzam, berucap dengan berat hati.
“Ayah jahat!” Qaila berjalan ke dalam dengan kesal, meninggalkan mereka berdua.
“Hati-hati di jalan ayah,” ucap Aldan, mencium telapak tangan Azzam.
Azzam hanya mengangguk menjawabnya. Ia menatap mereka berdua berjalan memasuki pesantren.
"Kerudungnya ke bawahin," suruh Aldan tiba-tiba pada Qaila.
Qaila menoleh ke samping, terdapat Aldan di sampingnya lalu ia menunduk melihat kerudungnya sendiri yang dililit di leher. Lalu refleks ia menurunkannya dan menutup dadanya dengan kedua tangannya sambil memelototi Aldan.
Aldan tersenyum melihatnya lalu berkata. "Semua itu milik saya. Saya tidak izinkan orang lain melihat aurat kamu sedikit pun, selain saya. Saya tidak suka berbagi," kata Aldan lalu berjalan lebih dulu. Kini Aldan yang meninggalkannya.
“Gak jelas banget. Tungguin woy!”
To be continued
30-juli-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Death
Random"𝓣𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓶𝓾𝓷𝓰𝓴𝓲𝓷 𝓽𝓮𝓻𝓽𝓾𝓴𝓪𝓻 𝓪𝓹𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓼𝓾𝓭𝓪𝓱 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓪𝓴𝓪𝓻 𝓭𝓪𝓷 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓪𝓭𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓮𝓫𝓲𝓱 𝓘𝓷𝓭𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓲𝓷 𝓽𝓪𝓴𝓭𝓲𝓻-𝓷𝔂𝓪." -𝓜𝓾𝓱𝓪𝓶𝓶𝓪𝓭 𝓐𝓵𝓭𝓪𝓷 𝓐𝓵 𝓑𝓪𝓺𝓲. ...