LTD - Bagian 17

5.8K 473 107
                                    

Qaila melangkah pergi ke meja makan. Ia menatap dinding bercat cream disana. Ia menunduk dan melihat palu serta paku yang tergeletak disana. Qaila kembali menatap itu lalu menempelkan ibu jarinya ke lingkaran putih di dinding itu.

"Aldan ada di ruang makan. Dinding itu adalah pintu. Pintunya nyatu dengan tembok dan cuma kamu yang bisa buka pintu itu," ucap Kafka. Tangannya nyentuh ibu jari Qaila. "Buka dengan ini. Disana ada lingkaran putih. Kamu tempelkan ini kesana."

Qaila menatap pria itu.

"Ruangan itu. Aku buat khusus untuk kamu," ucapnya lagi sambil tersenyum.

"Aku pulang, ya." Kafka kembali mendekatkan wajahnya pada Qaila. Dan mengecup kening gadis itu. Lalu berdiri dan pergi dari sana.

Qaila menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Saat pintu itu mulai terbuka. Aldan berdiri dibalik pintu itu. Segera Qaila hampiri dan memeluk pria itu erat.

"Kamu kenapa?" Tanya Aldan khawatir.

Lama Qaila diam. Memikirkan alasan apa yang harus ia berikan. "Qaila mimpi," jawab Qaila.

"Itu cuma mimp. Udah jangan nangis," Aldan menepuk pelan punggung istrinya mencoba menenangkannya.

Qaila melepas pelukannya. Ia menatap ke Seluruh ruangan membuat Aldan berkata. "A'a nggak sengaja nemuin tempat ini," ucap Aldan. "Gimana kamu bisa nemuin A'a?"

Qaila kembali diam. Lama ia menatap Aldan lalu menjawab. "Qaila liat ada lukisan disana dan juga paku sama palu. Qaila nggak sengaja liat pintu ini. Temboknya beda dari yang lain." ucapnya. "Qaila nyariin A'a kemana-mana tau."

"A'a ngapain disini?" Tanya Qaila.

Aldan memberikan buku yang tadi ia baca pada Qaila. Qaila menatap lama buku itu lalu mengambilnya.

"Ini apa?"

"Ada banyak foto kamu disana," jawab Aldan. "A'a nggak tau siapa yang menaruh semua barang ini."

Qaila menunduk membuat Aldan menyentuh dagu gadis itu untuk kembali menatapnya.

Aldan tersenyum. "Kenapa?"

Qaila menggeleng. "A'a dari tadi ngapain aja?"

"A'a lihat-lihat semua yang ada di ruangan ini."

Qaila tersenyum. Ia menghela napas lega. Lalu kembali memeluk Aldan.

"Mata kamu bengkak gitu." Aldan melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Qaila. Memperhatikan kedua mata Qaila.

"Kamu mimpi apa? Sampai bengkak kaya gini matanya?"

"Mimpi A'a meninggal." Entah kenapa alasan itu yang Qaila ucapkan.

Aldan terdiam. Ia Tersenyum dan memeluk Qaila erat. Aldan tidak bisa meresponnya. Ia bingung harus mengucapkan apa jika sudah berkaitan dengan kematian.

"A'a jangan tinggalin Qaila."

"Iya. A'a nggak akan ninggalin kamu lagi saat kamu tidur."

Qaila mendongak. "Bukan itu maksud Qaila. A'a jangan tinggalin Qaila untuk selama-lamanya."

Aldan kembali tersenyum. "A'a maunya seperti itu. Tapi tidak ada manusia yang tidak mati."

Love To Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang