LTD - Bagian 11

9.1K 840 56
                                    












































































































VOTE dulu Astaghfirullah!










































































































Hanum
Kafka nyariin kamu. Dia sampai kasarin gue tadi pas lo telpon. Dan dia tiba-tiba pergi gitu aja, entah kemana.

Hanum
Lo ga apa-apa kan?

“Bajingan itu mau ngapain coba,” kesal Qaila.

Ia melempar handphone nya ke kasur setelah itu ia ikut membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya.

Tiba-tiba pikirannya mengulang kejadian dimana saat ia memutuskan hubungannya dengan Kafka. Dimana masalah pertama dalam hubungannya dimulai.

“Kenapa lo selalu pokus dengan kesalahan gue doang!”

“Kenapa?!”

Qaila tidak bisa lagi menahan air matanya untuk keluar. Kini ia membiarkan air matanya membasahi pipinya.

“Kesalahan yang gue lakukan ga separah kesalahan lo. Kesalahan lo terlalu patal, sampai membuat hubungan kita berantakan seperti ini,” ujar Qaila.

“Kesalahan yang lo lakuin bukan sekali, tapi berkali-kali.” Qaila menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Setelah itu ia melangkah hendak pergi dari hadapan Kafka. Tetapi, Kafka menahan tangannya.

“LEPASIN!”

Dengan sekali hentakan Qaila berhasil melepaskan genggaman tangan pria itu.

“Kita putus. Dan jangan pernah ganggu hidup gue lagi.” setelah mengatakan itu Qaila benar-benar menghilang dari pandangannya.

Kafka diam membeku saat mendengar kata putus keluar dari mulut Qaila. Ia terus mendengar kata-kata itu berkali-kali dalam pikirannya.

“Kita putus. Dan jangan pernah ganggu hidup gue lagi.”

Kafka memejamkan kedua matanya lalu menghela napas. Ia kembali mengingat kejadian dimana saat Qaila mutusin dirinya disaat ia masih sayang dengan gadis itu. Dan ia menyesal karena sudah menyakiti perasaannya saat Qaila memberikannya kesempatan kedua.

Qaila sempat memberikannya kesempatan lagi tapi, pria itu malah menyia-nyiakannya.

Sungguh ia sangat menyesal sekali. Andai waktu bisa diulang kembali. Kafka tidak akan melakukan itu.

“Kafka! Makan dulu!” Teriak seorang wanita dari lantai 1.

Kafka mendengar itu tapi, pria itu mengabaikannya.

“Ai. Gue kangen banget sama lo,” lirihnya.

🐜🐜🐜

Qaila terlonjak kaget saat melihat Aldan berdiri dekat tembok dengan ekspresi yang datar.

“Bener-bener kaya setan!”

“Astagfirullah. Siapa yang kaya setan?” Aldan berjalan menghampiri Qaila. Ia duduk di sebelah Qaila sambil menatapnya.

Love To Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang