"Ustaz!" teriak Qaila sambil terus berlari menghampiri Aldan.
Aldan membalikan badannya menatap Qaila yang baru saja sampai di depannya dengan nafas tak beraturan.
Qaila berdeham kemudian berkata. "Cape ternyata lari-lari.”
"Siapa yang nyuruh kamu lari-lari?" respon Aldan.
Qaila memutar bola matanya bertepatan helaan nafas. "Gue--" perkataan Qaila terpotong karena dengan tiba-tiba Aldan menarik tangannya begitu saja.
"Eh! Mau bawa gue kemana?" tanya Qaila.
"Ikut aja."
Aldan terus berjalan sembari tangannya tak lepas menggenggam tangan Qaila, mereka masuk ke dalam rumah. Dan mulai melepaskan genggamannya saat tiba di kamar-- Aldan.
Qaila melirik ke seluruh sudut ruangan. Kamarnya terlihat begitu rapi dan bersih. Ya, Aldan termasuk orang yang selalu menjaga kebersihan.
Detik itu juga Qaila membulatkan matanya sembari kedua tangannya ia letakan di dada membentuk tanda silang.
"Lo mau apain gue?!" tanya Qaila ketakutan.
Aldan tersenyum tipis mendengar Qaila berkata seperti itu, lalu maju satu langkah mendekat pada Qaila. "Mau apa-apain kamu.”
Sontak Qaila melotot kaget mendenganya. "Katanya ustaz tapi, ko, kelakuannya kaya setan.”
"Astaghfirullah.” Aldan terkejut mendengar Qaila mengatakan itu. Ia mengusap-usap dadanya saking terkejutnya.
Qaila menurunkan tangannya kembali. Ia berdiri tegak dan menatap pria itu kemudian berkata. “Ada apa lo nyuruh gue ikutin lo?”
Bukannya menjawab kembali dengan mulut. Aldan malah berjalan mengambil sajadah yang terlipat rapi di tempat khusus sajadah lalu mengamparkan sajadahnya dan ia duduk disana. Kepalanya menoleh pada Qaila sementara tangannya menemukan sajadah bagian atasnya. “Duduk disini, ayo setor hafalan sekarang,” ucapnya.
Qaila masih diam di tempatnya. Aldan yang melihat itu kembali membuka mulutnya. “Qaila,” panggilnya lembut.
“Ini udah malem, gue mau tidur, bye,” ucapnya, berjalan hendak keluar. Tetapi, pintunya terkunci.
“Ko di kunci?”
“Kamu belum setor hafalan,” ucap Aldan. Ia berdiri menghampiri Qaila yang berdiri di depan pintu.
“Jangan hari ini. Gue cape.”
Aldan diam beberapa detik kemudian ia membuka kunci pintunya dan menahan cepat pintu itu saat Qaila hendak membukanya. “Langsung tidur, ya? Jangan begadang. Dan jangan lupa berdoa sebelum tidur,” ucapnya dengan nada yang lembut kemudian ia membukakan pintunya.
Qaila dengan cepat keluar dari sana dan masuk kedalam kamarnya yang berada di sebelah kamar Aldan. Suara pintu tertutup dari kamar sebelah membuat Aldan ikut menutup pintu kamarnya, tidak lupa menguncinya.
🐜🐜🐜
"Aldan!"
Aldan menoleh karena merasa namanya dipanggil oleh orang yang suaranya terdengar tidak asing di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Death
Random"𝓣𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓶𝓾𝓷𝓰𝓴𝓲𝓷 𝓽𝓮𝓻𝓽𝓾𝓴𝓪𝓻 𝓪𝓹𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓼𝓾𝓭𝓪𝓱 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓪𝓴𝓪𝓻 𝓭𝓪𝓷 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓪𝓭𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓮𝓫𝓲𝓱 𝓘𝓷𝓭𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓲𝓷 𝓽𝓪𝓴𝓭𝓲𝓻-𝓷𝔂𝓪." -𝓜𝓾𝓱𝓪𝓶𝓶𝓪𝓭 𝓐𝓵𝓭𝓪𝓷 𝓐𝓵 𝓑𝓪𝓺𝓲. ...