LTD - Bagian 9

9K 646 38
                                    

Seorang anak kecil berusia 4 tahun dengan semangat menggendong bayi yang berusia 3 bulanan. 

"Pelan-pelan Ayan," ucap seorang wanita di sebelahnya, membantu Ayan untuk menggendong bayinya. 

Ayan dengan gemas menggendong bayi itu, ia memeluknya dengan erat. 

"Nanti, kalau Qaila-nya udah gede, Ayan bakal nikahi kamu, ya," ucap Ayan dengan cadelnya. 

Azzam, Ayah Qaila tersenyum mendengarnya. "Pegang omongan kamu, ya?" ucapnya. 

"Ciap! Ayan bakal pegang omongan Ayan. Nanti Ayan bakal nikahin Qaila. Kalau Ayan udah gede dan Ayan udah punya cegalanya," ucap Ayan, membuat mereka tertawa bersama. 

Ayan tersenyum melihat wajah Qaila yang begitu cantik, lucu dan manis di matanya lalu Ayan berkata. "Humailah-nya A'a." 

Qaila tersenyum menatap Ayan, tangannya bergerak-gerak menyentuh-nyentuh pipi Ayan. Ayan pun mendekatkan wajahnya pada Qaila. 

"Lo mau nikah sama gue, karena lo mau nepatin janji lo dulu?" Tanya Qaila memastikan. 

Aldan menggenggam kedua tangan Qaila. "Dan juga,  saya sudah mencintai kamu sejak dulu.”

"Mangkanya saya membuat janji," sambungnya. 

"Kenapa gak nunggu gue sadar aja? kenapa nikahin gue saat gue koma?" tanya Qaila. 

"Itu sudah menjadi keputusan ayah, Qaila," jawab Aldan. 

Qaila melepaskan genggamannya lalu menghadap kedepan sembari tangannya ia lipat di depan dada. 

"Pantes kelakuan lo sama gue itu beda," ujarnya. 

"Tapi kamu senang kan?" tanya Aldan, mengarahkan kembali wajah Qaila ke hadapannya. 

Qaila berdeham. "Gak juga." 

Qaila kembali berdeham. "Gu-gue udah ngantuk. Bye, gue mau tidur.” Qaila berdiri setelah mengatakan itu. 

Baru saja beberapa langkah Qaila berjalan, Aldan memanggilnya sehingga Qaila menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia menunggu Aldan membuka mulutnya lagi. 

"Jangan gunakan bahasa Gue-lo. Kalau bisa panggil saya, A'a." 

Qaila mengangguk kecil lalu kembali melanjutkan langkahnya. 

Aldan tersenyum. Pada akhirnya ia bisa memberitahu hubungannya dengan Qaila. Hal yang paling Aldan takuti saat memberitahu fakta ini adalah, takut Qaila tidak bisa menerima fakta itu. Dan walaupun Qaila tidak menerimanya sebagai suami, Aldan bakal membuat Qaila menerimanya. 

🐜🐜🐜

Jam menunjukan pukul 04.00. Aldan berjalan menuju kamar Qaila dan mulai mengetuk pintunya setelah sampai di sana. 

Suara ketukan pintu mengganggu tidurnya. Hal itu membuatnya begitu kesal. Qaila bangun, dengan bibir maju beberapa senti sambil mengacak-acak rambutnya dengan kesal kemudian berjalan hendak membukakan pintunya. 

Pintu terbuka. Mata Qaila masih terpejam hanya terbuka sedikit. Qaila tersenyum saat melihat seorang pria di depannya, berdiri dengan gagah terlihat seperti pangeran yang tampan. 

Love To Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang