Qaila beserta Aldan berjalan memasuki rumah mewah berlantai dua, yaitu rumah pemilik pesantren Al-baqi. Mereka berdua masuk ke dalam dengan Aldan berjalan di depan sementara Qaila berjalan di belakang Aldan.
Dengan pelan Aldan membuka pintunya dan terlihatlah seorang perempuan berjalan menghampiri mereka berdua, dengan senyuman bahagia. Kedatangan Qaila disambut hangat oleh umi Aldan yaitu Tharya Khairina Latifah biasa dipanggil umi Tipah.
Umi Tipah mengelus kepala Qaila saat Qaila mencium tangannya. "Umi bahagia banget, akhirnya kamu sekarang sudah sehat lagi," ucap umi Tipah lembut. Wanita itu memiliki suara yang enak di dengar, merdu. Bukan hanya itu, ia juga memiliki wajah yang cantik dan adem dilihatnya.
Qaila tersenyum kecil lalu menjawab. "Alhamdulillah tante."
"Manggilnya jangan tante. Umi aja, ya," suruh umi Tipah yang di jawab anggukan kecil oleh Qaila.
"Abi di mana?" tanya Aldan, menyadari tidak ada abi-nya di rumah.
"Abi lagi di masjid," jawab umi Tipah. "Ayo masuk. Pasti kamu cape," ajaknya pada Qaila.
“Iya umi.” Qaila pun berjalan masuk mengikuti umi Tipah.
"Ayan. Kamu anter Qaila ke kamar ya," suruh umi Tipah pada Aldan. Ayan itu nama panggilan Aldan. Semua keluarganya suka memanggilnya 'Ayan.'
"Baik umi," respon Aldan.
Sekilas Aldan melirik Qaila lalu berjalan menuju kamar yang sudah umi Tipah siapkan khusus untuk Qaila. Qaila mengikuti Aldan dari belakang sembari tangannya sibuk memainkan ponsel dan hal itu membuatnya menabrak punggung Aldan.
"Aduh!" Qaila memegang keningnya yang terbentur punggung Aldan yang terasa begitu keras seperti batu.
Aldan membalikan badannya menghadap Qaila. Menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dengan gerakan cepat Aldan mengambil ponsel dari tangan Qaila.
"Sekarang gak ada handphone-handphone lagi. Adanya ini," Aldan mengambil Al-Qur'an yang tergeletak di meja dekatnya dan mengarahkannya tepat di depan wajah Qaila.
Qaila tidak terima. Dengan cepat Qaila merebut handphone-nya dari tangan Aldan tetapi, tidak berhasil. Aldan tak kalah cepat, ia merentangkan tangannya ke atas agar Qaila tidak dapat mengambilnya.
"Balikin! itu hp gue!" Kesal Qaila, sambil terus berusaha mengambil handphone-nya dari tangan Aldan.
"Masuk ke dalam! istirahat, kamu pasti capek," ucap Aldan, membukakan pintu kamarnya.
"Balikin dulu hp gue!"
"Masuk! mandi, wudhu, sholat dan hafalkan surat Al-mulk. Nanti setelah isya setor ke saya," ucap Aldan membuat Qaila melotot kaget. Yang benar saja! ini hari pertamanya masuk pesantren sudah di kasih hapalan dan di suruh nanti malam setor. Gila! yang benar saja di kasih waktu cuma 5 jam untuk menghafalkan surah sepanjang Al-Mulk. Untuk Qaila yang mempunyai kekurangan susah menghafal. Waktu segitu tidaklah cukup untuknya.
"Enak aja siapa lo nyuruh-nyuruh gue? Bapak bukan, ibu bukan, suami juga bukan. Dasar ustaz aneh," ucap Qaila nyelonong masuk ke dalam dengan perasaan kesal.
'Saya suami kamu Qaila,' batin Aldan.
Brug!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Death
Random"𝓣𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓶𝓾𝓷𝓰𝓴𝓲𝓷 𝓽𝓮𝓻𝓽𝓾𝓴𝓪𝓻 𝓪𝓹𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓼𝓾𝓭𝓪𝓱 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓪𝓴𝓪𝓻 𝓭𝓪𝓷 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓪𝓭𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓮𝓫𝓲𝓱 𝓘𝓷𝓭𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓲𝓷 𝓽𝓪𝓴𝓭𝓲𝓻-𝓷𝔂𝓪." -𝓜𝓾𝓱𝓪𝓶𝓶𝓪𝓭 𝓐𝓵𝓭𝓪𝓷 𝓐𝓵 𝓑𝓪𝓺𝓲. ...