LTD - Bagian 7

8.2K 622 25
                                    

Hari ini adalah hari yang paling bahagia buat Qaila. Ia dengan semangat memasukan semua barang-barangnya sampai tak tersisa satu pun. 

"Seneng banget.” Aldan terus memperhatikan Qaila dengan kedua tangannya di lipat di depan dada. 

Qaila mengangguk. "Iya, seneng banget, terbebas dari hafalan. Ayo," ajak Qaila semangat, setelah ia selesai memasukan semua baju-bajunya. 

Aldan terkekeh pelan. "Ayo." 

"Dih gak jelas," cibir Qaila, lalu ia berjalan keluar lebih dulu. 

"Terbebas dari hafalan?" Aldan terkekeh. Lalu berjalan mengikuti Qaila ke luar. 

🐜🐜🐜

"Kalian berdua hati-hati di jalan ya," ucap Umi pada Qaila dan Aldan. 

"Iya Umi. Umi baik-baik ya di rumah," ucap Aldan, memeluk umi-nya bergantian pada Abi-nya. 

Qaila tersenyum kepada mereka lalu mencium tangan keduannya begitu juga dengan Aldan. 

"Nanti kalian main lagi kesini ya," ujar Abi, diangguki Aldan dan Qaila. 

Kenapa Qaila ikut mengangguk? Ia menggelengkan kepalanya pelan saat sadar. Ia tidak akan kembali lagi ke tempat ini. 

"Ayan sama Qaila pamit pergi ya Abi, Umi. Kalian jaga diri baik-baik selama Ayan gak ada. Assalamualaikum.” lalu Aldan beranjak keluar setelah mendapat jawaban dari keduanya. 

Qaila mengerutkan keningnya mendengar Aldan berkata seperti itu. Aldan berpamitan seperti akan pergi lama saja. Padahal ia hanya mengantarnya saja. Tetapi, sebentar. Qaila mengingat kembali apa yang dikatakan ayahnya padanya. Apa Aldan akan tinggal dengannya? Satu rumah? Tidur berdua? Ah! Tidak! 

"Kenapa?" tanya Abi melihat Qaila terdiam. 

Qaila tersadar kemudian tersenyum pada mereka dan menyalimi mereka berdua. "Gak apa-apa. Qaila pamit pergi ya, Abi, Umi. Assalamualaikum," ucap Qaila lalu berlari mengejar Aldan. 

"Lo bawa koper juga?" tanya Qaila, melihat ada satu koper asing di bagasi mobil saat Aldan hendak memasukan koper miliknya ke dalam. 

"Lo mau kemana?" Tanya Qaila.

"Tinggal sama kamu," jawab Aldan dengan wajah datarnya. 

Oke. Qaila akan bersikap seolah-olah tidak tau. Ia akan mencoba bertanya apakah pria itu akan berkata jujur. "Lo ini anak pungutnya ayah, ya? " 

Aldan terkekeh pelan mendengarnya. "Jangan dipikirin nanti kamu tambah kurus," ledek Aldan, lalu masuk ke dalam mobil meninggalkan Qaila. 

"Qaila, masuk!" suruh Aldan. Karena Qaila begitu lama berdiri di tempatnya. 

Qaila pun masuk ke dalam, menuruti apa kata pria itu. Qaila duduk di sebelah Aldan dan menutup pintunya dengan kasar membuat Aldan terkejut. 

"kenapa?" tanya Aldan. 

Tidak ada jawaban membuat Aldan menghela napas. 

"Saya minta maaf, kalau saya melakukan kesalahan sama kamu," ucap Aldan lagi. Jujur ia merasa tidak suka dicuekin oleh Qaila seperti ini. 

Love To Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang