LTD - Bagian 16

6.1K 574 315
                                    

Menghela napas lega saat masuk kedalam rumah. Sepanjang jalan Qaila terus berpikir. Aldan akan memarahinya seperti apa. Dan ternyata pria itu masih dikantor, tidak pulang membuat Qaila senang. Qaila duduk dikursi ruang tamu lalu mengambil ponselnya yang berdering dari dalam tasnya dan mengangkat telepon itu.

“Udah pulang?” Tanya seseorang di seberang telepon, yaitu Aldan.

“Udah,” jawab Qaila.

“A'a pulang nanti sore, ya?”

“Iya.”

“Jangan keluar lagi. A'a nanti mau beli lukisan buat di ruangan meja makan. Kamu mau ikut?”

“Iya. Nggak mau ikut. Qaila di rumah aja,” balasnya.

“Yaudah. Nanti mau di bawain apa?”

“Apa aja.” Qaila menguap dan itu terdengar oleh Aldan.

“Ngantuk?”

Qaila mengangguk. “Iya.”

“Yaudah, tidur sana. A'a bawa kunci rumah. Kamu kunci aja pintunya, ya?”

Qaila kembali mengangguk walaupun tidak terlihat oleh Aldan. Ia berjalan naik ke atas menuju kamarnya dan tidak lupa mengunci pintunya. Sambungan masih terhubung. Sampai tiba di kamar Qaila bersuara.

“Qaila tidur dulu ya?”

“Tidur yang nyenyak. Assalamualaikum.”

“Wa'alaikumsalam.” Setelah mengatakan itu sambungan pun terputus. Aldan kembali menghadap ke laptopnya sementara Qaila berbaring di kasur memejamkan kedua matanya.

🐜🐜🐜

Hari sudah sore. Kini Aldan sudah berada di rumah. Ia tidak membangunkan Qaila. Ia membiarkan Qaila tidur dengan nyenyak.

Aldan berjalan menuju ruang meja makan sambil membawa belanjaannya. Aldan membeli beberapa lukisan untuk ditempel di dinding dekat meja makan sebagai hiasan.

Aldan mengambil paku dan palu martil terlebih dahulu. Lalu ia menempelkan paku itu ke dinding dan memukulnya dengan palu tetapi, mengapa saat ia memukul paku itu dengan palu. Dindingnya bergoyang. Aldan menggesernya. Dan ternyata itu bukanlah sepenuhnya dinding, tapi pintu.

Rasa penasaran itu membuat Aldan melangkah masuk kedalam ruangan itu. Aldan belum pernah lihat ruangan itu selama ia tinggal disana.

Saat Aldan masuk kedalam. Ruangan itu sangat gelap. Aldan tidak bisa melihat apapun disana. Aldan merogoh saku bajunya dan mengambil ponselnya lalu menyalakan senter dari handphone. Aldan mengarahkannya pada setiap sudut ruangan itu.

Aldan menekan saklar lampunya saat ia melihatnya. Lampu menyala begitu terang. Aldan mematikkan senter di handphone nya lalu berjalan menjelajahi tempat itu.

Di setiap sisi ada rak buku yang penuh dengan buku. Aldan melihat-lihat semua yang ada disana.

Aldan berhenti di rak buku yang bertulisan nama istrinya. Tertera nama Qaila di rak buku itu di bagian paling atas.

Aldan memandangnya cukup lama lalu mengambil salah satu buku di rak itu.

Buku berwarna hitam tebal itu Aldan buka.  Dan terlihatlah foto Qaila yang sedang memegang bunga. Perempuan itu mengenakan seragam sekolah. Senyuman dalam foto itu terlihat sangat bahagia. Aldan kembali membuka lembaran berikutnya. Di balik kertas foto itu ada sebuah tulisan tangan yang bertulisan.

‘Hari bahagia dia’

Setelah itu Aldan membuka kembali lembaran berikutnya dan terdapat sebuah foto lagi. Kini bukan foto Qaila melainkan foto Kafka. Kafka tengah memegang gantungan kunci boneka love berwarna merah.

Love To Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang